Selasa, 30 Juli 2013

ADAT ISTIADAT "MONTAMBUN" SUKU MADI' (SALUAN)



“MONTAMBUN”ADAT SUKU MADI’ (SALUAN)
Penulis Mahasiswa S3. Univ.Negeri Makassar;
 Peneliti dan Pemerhati Pendidikan
Sulawesi Tengah
==============================================  

Suku Madi’ tergolong atau biasa dan lazim dikenal dengan sebutan suku “Saluan”, namun sesuai hasil penelitian ternyata terjadi dua perbedaan besar dalam penamaannya. Apabila melakukan penamaan satu suku melalui pendekatan bahasa, maka suku yang sejak zaman dahulu sekitar abad X M. Telah mendiami daerah daratan yang membujur dari barat ke timur Sulawesi Tengah ini dinamakan dengan suku “Madi” karena kata madi’ artinya tidak ada. Selanjutnya apabila ditinjau dari perilaku, maka penamaan suku saluan sesungguhnya didasarkan terhadap perilaku komuniktas ini yang selalu berpindah menyeberangi pengunungan julutumpu dan Tompotika pada saat dikejar-kejar oleh bala tentara Tobelo dari ternate. Saluan artinya “selalu melintasi” berasal dari kata “sa’ malaluan”,  saluan juga bermakna filosofis selalu tidak boleh mengambil hak yang bukan haknya, walaupun hanya ditanda dengan satu jepitan daun atau dahan pada pohon yang berdiri sesuai dengan arah panah, contoh; cabang ranting pohon yang  di jepitkan di pohon pangkalnya menghadap timur maka kawasan itu menjadi milik satu rumpun keluarga.
Suku Madi’ (Saluan) mempunyai satu budaya yang hampir dilupakan, namun dalam konteks komoderenan dan ke Indonesiaan saat ini, sangatlah relavan, adat tersebut adalah adat “MONTAMBUN”. Montambul pada zaman dahulu, dilaksanakan di suatu HAGUM (kawasan / area) SIGAHUMAN (tempat khusus untuk berkumpul).
Montambun menjadi amat strategis saat ini karena sifat dan fungsinya sebagai pengembangan demokratisasi, oleh karena itu disini ditegaskan bahwa suku Madi’ (Saluan) adalah suku yang demokratis karena kegiatan KANTUMUU’AN (kehidupan) dan SINAI MIIHI (kematian) dilaksanakan melalui media montambun, karena montambun acara intinya adalah membicarakan secara bersama-sama apa yang akan dilakukan yang berdampak kepada komunitas mereka, seperti membuka lahan baru, meninggalkan lahan yang pernah di garap untuk kemudian digarap kembali setelah menjadi hutan belantara kembali.
Membiracarakan perjodoan, atau pencarian pasangan hidup dilaksanakan melalui proses montambun di HAGUM SIGAHUMAN. Pada prosesi ini perempuan gadis di satukan pada satu hagum, dan jejaka demikian pada  hagum yang lain, setelah tiba saatnya kepala sukumelakukan ritual sang jejaka dipersilahkan mengitari gadis yang semuanya ditutupi wajah dan seluruh tubuhnya, kecuali telapan kekaki dan ibu jari. Apabila jejaka mendekati suatu gadis dengan ditemani kepala suku  gadis yang  tidur menggerakan ibu jari, maka keduanya akan diasingkan dalam HAGUM SIGAHUMAN yang lain menunggu panen dan kelengkapan permintaan orang tua gadis terpenuhi seperti; toik, besi, dan sebagainya.
Upacara “MONTAMBUN” dihadiri seluruh masyarakat yang ada disuatu kawasan, sepeti dikenal dengan; kawasan Sinaa Sinaion; Kinii Kinion, Mantan, dan sebagainya, dalam pertemuaan di SIGAHUMAN  dipertontonkan keahlian berperang dari setiap laki-laki dan dilakukan selama 4-7 hari, di samping keahlian perang yang dipertunjukan juga membunyikan seruling dan menabuh gendang dari terbuat dari bambu besar yang dilubangi.
Pada acara montambun selalu dikembangkan rasa persaudaraan yang tinggi, masing-masing saling memberi dan memberi tahu apa kekurangannya sehingga lainnya langsung memberikan bantuan, dan demikian terus menerus ikatan persaudaraan mereka selalu disyaratkan dengan warnah merah darah, kalau ada yang meninggal karena terbunuh maka pembunuh harus dibunuh oleh keluarga yang terbunuh, di luar hal bunuh membunuh semuanya bisa dimaafkan dan didahulukan kebersamaan demi menyelamatkan hidup mereka bersama.
Ciri khas HAGUMSIGAHUMAN tempat montambun dicirikan dengan satu pokon yang namanya KOILI satu pohon besar, yang dibelakang hari ada yang menterjemahkan dengan pohon beringin, tapi sesungguhnya KOILI adalah pohon bertuah yang menjadi tempatnya para nenek moyang mereka yang telah meninggal.
Wallahu alam.

6 komentar: