PONDOK PESANTREN
ITTIHADUL UMMAH
KABUPATEN POSO
( Suatu Tinjauan Sosial )
1.
Gambaran Umum Kabupaten Poso
Kabupaten
Poso adalah sebuah kabupaten di propinsi Sulawesi Tengah, dengan kota Poso sebagai ibukotanya, dan
memiliki luas daratan sekitar 8.712,25 km atau 12,81%.Secara administratif
pemerintahan daerah ini terdiri atas 18 kecamatan, yaitu: Pamona Selatan, Pamona
Barat, Pamona Tenggara, Pamona Utara, Pamona Timur, Lore Selatan, Lore Barat, Lore
Utara , Lore Tengah, Lore Timur, Lore Peore, Poso Pesisir, Poso Pesisir Selatan,
Poso Pesisir Utara, Poso Kota, Poso Kota Selatan, Poso Kota Utara, Lage.(Sumber
BAPPEDA Sulteng).
Secara geologis,
wilayah Kabupaten Poso terletak pada deretan pegunungan lipatan, yakni
pegunungan Fennema dan Tineba dibagian barat, pegunungan Takolekaju dibagian
barat daya, pegunungan Verbeek dibagian tenggara, pegunungan Pompangeo dan
pegunungan Lumut dibagian timur laut.
Kabupaten
Poso memiliki potensi sumber air yang besar, baik air tanah maupun air
permukaan yang terdapat di danau dan sungai-sungai besar. Kabupaten Poso
juga memiliki potensi sumber daya alam
yang sangat besar untuk dikembangkan, diantaranya sektor perkebunan dengan
komoditi utama yang dihasilkan berupa kakao, kelapa, kopi arabika, kopi
robusta, cengkeh, lada, kemiri dan jambu mete. Pertanian di daerah ini
menjadikan tanaman pangan sebagai komoditas unggulan berupa padi, tanaman
holtikultura dan palawija.
Salah
satu potensi sumber daya alam sekaligus potensi wisata terbaik yang menjadi
ikon Kabupaten Poso dan sudah terkenal hingga ke mancanegara adalah Danau Poso.
Danau Poso terletak di kota Tentena Kabupaten Poso pada posisi strategis lintasan
perjalanan Trans Sulawesi antara Toraja, Poso, Gorontalo, dan Manado. Posisi
ini membuat Danau Poso selalu disinggahi wisatawan. Danau Poso adalah danau
kedua terbesar yang ada di Indonesia. Luasnya
mencapai 32.000 hektar yang membentang dari utara ke selatan sepanjang
32 Km dengan lebar 16 Km dan kedalaman mencapai 510 meter. Danau yang berada
pada ketinggian 657 meter diatas permukaan laut ini, memiliki keunikan karena
berpasir putih dan bergelombang seperti air laut.
Danau
Poso sendiri memiliki sumber daya alam yang bernilai tinggi, yaitu satu spesis
ikan yang terkenal, ikan Sidat (orang Poso menyebutnya Sogili). Potensi spesis ikan Sidat Danau Poso bukan
hanya bagi pasar lokal, regional dan nasional, tetapi juga bagi pasar
internasional. Selain karena kualitas dan populasinya yang tinggi, besarnya
prospek bisnis ikan Sidat di pasar dunia internasional, juga dikarenakan jenis
Sidat ini sudah dikenal luas masyarakat dunia.
Dari aspek kependudukan (demogafi)
digambarkan bahwa kabupaten Poso berpenduduk sebanyak 194.139 jiwa, terdiri
dari 99.491 jiwa laki-laki dan 94.648 jiwa perempuan. Seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan juga mengalami
peningkatan. kepadatan penduduk tercatat 22 jiwa/km,
dengan luas wilayah kabupaten Poso 8.712,25 km (data
penduduk pada masing-masing kecamatan dapat dilihat
pada lampiran).
Berdasarkan
kepadatan penduduk pada tingkat kecamatan, sebagian besar penduduk lebih banyak
tinggal di kecamatan Pamona utara, Pamona selatan dan Poso pesisir suatu
kawasan dataran dan pebukitan dengan prediksi 16,22%, 9,38% dan 9,36%. Kondisi tersebut menandakan bahwa sebagian
besar masyarakat Poso lebih banyak berprofesi sebagai petani, pekerja tambak
dan nelayan.
2. Eksistensi Pondok Modern Ittihadul
Ummah Gontor Poso
a.
Profil Pondok Modern Ittihadul Ummah Poso
Pondok Modern
Ittihadul Ummah bertempat didesa Tokorondo, Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten
Poso Provinsi Sulawesi Tengah, awalnya merupakan lembaga
pendidikan filial (binaan) dari Pondok Modern Darussalam Gontor
Ponorogo dan untuk lebih jelasnya hal
ini akan dikaji pada pembahasan selanjutnya.
1) Latar belakang berdirinya
Kabupaten Poso adalah salah satu
kabupaten yang menjadi target pemerintah pusat dalam percepatan pembangunan
serta pemulihan pasca konflik horizontal sosial. Dalam hal ini, pemerintah
pusat menginstruksikan kementrian koordinator bidang kesejahteraan
rakyat (menkokesra) untuk melaksanakan program pembangunan
tersebut. Peningkatan taraf ekonomi dan pendidikan juga menjadi salah satu
program utama dalam
pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas di kabupaten ini.
Berkaitan
dengan hal tersebut, pasca konflik, masyarakat Poso atas nama tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh wanita dan pemuda berinisiatif
bahwa di poso saat itu (pasca konflik) dibutuhkan kehadiran lembaga pendidikan
yang bernuansa Islam yang berstatus moderat dan nasionalis. Maka
menghadaplah salah seorang tokoh agama Poso (H.M Adnan
Arsal) kepada Wapres yang waktu itu dijabat oleh bapak H. Jusuf Kalla nada tutur sebagai
berikut; Pak.... !; kami datang menghadap bapak, untuk menanyakan
bagaimana kepedulian pemerintah pusat terhadap masyarakat Poso yang sudah babak
belur ini, kami masyarakat muslim yang dulunya teraniaya dibantai, sekarang
teraniaya lagi karena dari pembalasan kami terhadap umat Kristen, kami dianggap
melawan pemerintah dan kami juga dianggap telah banyak mencederai hukum, dan
kami sudah diproses. Jadi kami yang sudah hancur, masih juga ter-dzalimi.
Saat ini kami yang sudah ter-dzalimi kedua kali ini mohon dibantu dan
diberdayakan pak, kebetulan kami adalah pengasuh pondok pesantren Amanah,
bagaimana agar pesantren kami ini bisa dibantu. Beliau menjawab, saya akan
membantu, dengan pembangunan Pondok Pesantren tetapi harus ada kerjasama dengan
pihak Pesantren Gontor Ponorogo! Saya menjawab, apapun namanya pak, apalah arti
sebuah nama. Yang penting bagi kami bisa mendidik dan memberdayakan masyarakat
muslim Poso secara ilmu pengetahuan agar bisa memahami Islam. Maka
dipertemukanlah saya dengan bapak KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, dan pak KH.
Syukri Zarkasyih merespon, saya akan membantu Poso, tetapi saya ingin meninjau
poso terlebih dahulu. Dan setelah ditinjau ternyata layak untuk dibangun pondok
pesantren yang bermodel Gontor Ponorogo.
Sebagai
implementasi dari rencana tersebut maka diutuslah Menkokesra pada
waktu itu untuk melihat lokasi sekaligus memberikan bantuan untuk
pembangunan pesantren Gontor di Poso, dan saya hanya sekedar
memfasilitasi. Dan ketika akan dibangun oleh Wapres ditanyakan yayasannya apa?
Bukan yayasan Gontor, tetapi yayasan yang dibangun oleh masyarakat muslim Poso
sendiri. Maka sepakatlah ormas-ormas Islam kemudian membuat rapat untuk
membentuk sebuah yayasan yang bernama “Yayasan Ittihadul Ummah. Pada awalnya
disepakati saya yang diangkat sebagai ketuanya. Akan tetapi tiba-tiba ada
pernyataan dari menkokesra melalui telepon, bahwa karena bantuan ini dari
pemerintah maka yayasan ini harus dipimpin oleh birokrasi. Maka pada saat
itu digantilah saya sebagai ketua, dan
saya menyetujuinya. Maka yang kemudian diangkat sebagai ketua yayasan, dari
pihak birokrat adalah wakil bupati Poso, H. Abdul Muthallib Rimi.
Selanjutnya
untuk teknis pembangunan, dirumuskanlah Memorandum of Understanding (MoU)
antara Kementrian Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Yayasan Ittihadul
Ummah Poso (nomor 01/MoU/KMK/Dep.I/V/2007 dan Nomor 04/IU/V/2007) dan MoU
antara Yayasan Ittihadul Ummah Poso dan Pondok Modern Darussalam Gontor (nomor
05/IU/V/2007 dan nomor 224/PM-A-4/1428).
Sesuai dengan kesepakatan segitiga tersebut, dana bantuan
akan disalurkan kepada yayasan kemudian akan disalurkan kepada Gontor
sebagai pelaksana pembangunan dan
pelaksana pengembangan manajemen pesantren selama 10 tahun pertama yang dapat
diperpanjang sesuai dengan kesepakatan bersama.
Peletakan batu pertama berdirinya Pondok Modern Ittihadul Ummah gontor di
Poso yaitu pada tanggal 1 Mei 2007 oleh bapak H. Susilo Bambang Yudhoyono dan
diresmikan pada tanggal 18 Juli 2008 oleh bapak H. Jusuf
Kalla,. Sekaligus membuka penerimaan santri baru. Untuk lebih
jelasnya struktur kepengurusan Yayasan Ittihadul Ummah dan struktur organisasi
Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso dapat dilihat pada bagian
lampiran.
Adapun
tujuan dari pembangunan pondok pesantren ini untuk meningkatkan kualitas
pendidikan khususnya pendidikan Islam di Kabupaten Poso dan sekitarnya, dengan
tetap mengacu pada sistem dan manajemen Pondok Modern
Darussalam Gontor Ponorogo, sebagaimana yang dijelaskan oleh salah
seorang guru dalam wawancara penulis berikut: Sesuai dengan
perjanjian bahwa pondok Modern Ittihadul Ummah mengacu
kepada sistem dan manajemen Pondok Modern
Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur, maka tak heran jika visi dan
misi Pondok ini sama persis dengan Pondok
Darussalam Gontor Ponorogo yaitu: mencetak
kader-kader pemimpin umat, menjadi tempat ibadah t}olab al-‘ilmi, sumber
ilmu pengetahuan Islam, bahasa Alquran, dan ilmu pengetahuan umum dengan tetap
berjiwa pondok. Dan misinya adalah: (1) Membentuk
generasi yang unggul menuju terbentuknya khoir ummah. (2) Mendidik
dan mengembangkan generasi mukmin-muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat,
berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat. (3) Mengajarkan
ilmu pengetahuan agama dan umum secara seimbang menuju terbentuknya ulama yang
intelek. (4) Mewujudkan warga negara yang
berkepribadian indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt.
Seiring
waktu, memasuki tahun ketiga pendirian Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor
Poso, berdasarkan hasil konsultasi Badan Pengurus Yayasan Ittihadul Ummah
dengan Bapak Drs. H Moh. Jusuf Kalla (mantan Wakil Presiden) pada tanggal 27
Juni dan 7 September 2010 di Jakarta, maka Badan Pengurus Yayasan Ittihadul
Ummah Poso, telah menyerahkan seluruh urusan dan kewenangan Pondok Modern
Ittihadul Ummah Gontor Poso kepada Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor,
sesuai dengan surat pernyataan tertanggal 28 Oktober 2010 yang ditandatangani
langsung oleh Ketua Yayasan Ittihadul Ummah Poso, Bapak Abdul Muthalib Rimi,
dan Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo K.H Abdullah Syukri
Zarkasyi Ponorogo, yang meliputi :
1.
Urusan dan kewenangan pengelolaan pendidikan
2.
Urusan dan kewenangan pengelolaan
keuangan
3.
Urusan dan kewenangan pengelolaan
perlengkapan/infrastruktur.
Demikian
pula segala hal yang berkaitan dengan aset yayasan yang berbentuk fisik tidak
bergerak, semuanya telah diserahkan kepada Pondok Modern Gontor sesuai dengan
peraturan yang berlaku, dan resmilah Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso
sebagai cabang Gontor yang ke 13 untuk putra, dan cabang Gontor ke-6 untuk
Gontor Putri. Sehingga pengelolaan Pondok Modern ittihadul Ummah Gontor Poso sepenuhnya
telah menjadi urusan dan kewenangan dari Pondok Modern Darussalam Gontor serta lepas dari ketergantungan dana dan
biaya-biaya dari luar pondok.
2) Jenjang Pendidikan
Secara akademis,
jenjang pendidikan yang akan ditempuh oleh santri/santriwati di Pondok Modern
Ittihadul Ummah Gontor Poso ini adalah jenjang pendidikan
menengah. Sebagaimana pada Pondok Modern Gontor
Darussalam, di tingkat
menengah ada dua lembaga yang secara langsung menangani pendidikan dan
pengajaran, yaitu Kulliyatu al-Muallimi>n al-Isla>miyah (KMI)
dan pengasuhan santri. Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan oleh KMI, dan
dipimpin oleh direktur KMI. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan oleh lembaga kepengasuhan
santri, dan dipimpin oleh pengasuh santri.
Jenjang pendidikan yang ditempuh para
santri/santriwati di Pondok
Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso ini adalah: santri tamatan
SD/MI atau sederajat akan menempuh pendidikan selama 6 tahun, yakni
ditempuh secara berurutan dari kelas 1-6 Dan bagi santri tamatan
SMP/MTS atau sederajat akan menempuh pendidikan selama 4 tahun, yakni
dengan urutan jenjang kelas 1-3-5 dan 6. Adapun sistem pendidikan yang
diterapkan di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor
Poso adalah sistem pendidikan wajib berasrama, dan dalam
proses belajar mengajar para santri akan diberikan materi pelajaran agama (al-dirasah
al-Islamiyah) dan materi pelajaran umum (al-dira>sah
al-’ammiyah).
3) Kurikulum
Kurikulum di Pondok Modern
Ittihadul Ummah ada yang bersifat non
akademis dan akademis. Kurikulum yang bersifat non akademis yaitu segala
aktivitas santri yang ada di pondok selama 24
jam. Adapun kurikulum yang diterapkan di KMI yang
bersifat akademik dibagi menjadi beberapa bidang studi, yakni; Pertama,
bahasa Arab
meliputi; al-imla>’, al-insya>’, tamri>n al-lughah, al-mut}a>la’ah, al-nahwu, al-s}arf , al-bala>gah, tarikh al-adab, dan al-khat}
al-‘arabi. Semua materi ini disampaikan dalam bahasa Arab Kedua; Dirasah
Islamiyah yang meliputi al-Qur’a>n , al-tajwi>d, al-tawhi>d, al-tafsi>r, al-h}adi>s{, mus}t}alah} al-h{adi>s, al-fiqh, ushu>l al-fiqh, al-fara>id},
al-di>n al-isla>mi, muqa>ranat al-adya>n, tari>kh al-isla>m, al-manti>q
dan al-tarja>mah. Semua materi ini
juga menggunakan bahasa Arab. Ketiga, ilmu
keguruan yang meliputi; al-tarbiyah wa al-ta’li>m
(pendidikan dan pengajaran) yang disampaikan dalam bahasa Arab, dan
psikologi pendidikan yang disampaikan dalam bahasa Indonesia. Keempat;
bahasa Inggris, yang meliputi reading
and comprehension, grammar, composition dan dictation. Kelima; ilmu
pasti, mencakup berhitung dan matematika. Keenam; ilmu pengetahuan alam, meliputi
fisika dan biologi. Ketujuh; ilmu pengetahuan sosial sejarah
nasional dan internasional, serta geografi. Kedelapan; yaitu
keindonesiaan/kewarganegaraan, mencakup bahasa Indonesia dan tata
negara. Dan para santri diwajibkan untuk menggunakan bahasa Arab dan
bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari.
Komposisi kurikulum yang disebutkan diatas sudah ditetapkan untuk mencapai
tujuan tertentu. Pengetahuan bahasa Arab ditetapkan untuk santri sebagai kunci
untuk memahami sumber-sumber Islam dan khazanah pemikiran Islam. Sedangkan
bahasa Inggris digunakan untuk media komunikasi modern dan mempelajari
pengetahuan umum, bahkan juga pengetahuan agama, karena saat ini tidak sedikit
karya-karya di bidang studi Islam ditulis dalam bahasa Inggris. Diharapkan
setelah 2 atau 3 tahun belajar di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso,
santri sudah bisa membaca kitab-kitab tersebut.
Kurikulum pengetahuan agama, (Dirasah Islamiyah), dan ilmu pengetahuan
umum, (ilmu pasti, IPA dan IPS),
diselenggarakan agar para santri memiliki wawasan komprehensif yang integral.
Mata pelajaran keindonesiaan atau kewarganegaraan ditujukan agar para santri
mampu memahami dan menghayati tradisi, budaya dan nilai-nilai luhur yang
diwariskan bangsa Indonesia. Sedang materi-materi ilmu pendidikan dan keguruan
dimaksudkan untuk menanamkan kepada santri jiwa mendidik, yang merupakan
investasi dalam kehidupan.
Penting diketahui, bahwa setiap pelajaran yang diberikan selalu merujuk
kepada tujuan umum pendidikan dan pengajaran di Pondok Modern Darussalam
Gontor, dan selalu bersentuhan dengan
nilai-nilai yang ditanamkan oleh pondok ke dalam diri santri. Misalnya ada
materi pelajaran yang sarat dengan pesan jiwa kebebasan (berpikir) para santri,
yang meniscayakan akan tumbuh jiwa berpikir kritis, terbuka, open minded, komparatif, dan sebagainya.
4)
Kualifikasi kegiatan
Pondok terhadap santri
Kegiatan yang dilaksanakan pondok
terhadap santri diklasifikasikan dalam dua macam, yaitu:
1.
Kegiatan Intrakurikuler
Adapun kegiatan intrakurikuler yang
sudah dilaksanakan dipondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso
adalah sebagai berikut:
1)
Mengadakan ujian masuk Kulliyatul
Muallimin al-Islamiyyah (KMI)
2)
Mengadakan pembukaan tahun ajaran baru
3)
Menstabilkan proses kegiatan belajar
mengajar di kelas
4)
Mengaktifkan
pelajaran sore
5)
Mengadakan ujian pra-ulangan umum
6)
Mengadakan ulangan umum
7)
Mengaktifkan bagian-bagian organisasi
pondok modern diantaranya
a.
Bagian pengasuhan santri
b.
Bagian administrasi
c.
Bagian KMI (Kulliyatul muallimin
al-Islamiyah)
d.
Bagian koperasi belajar (kopel)
e.
Bagian
koperasi dapur
f.
Bagian pembangunan
g.
Majelis pembimbing koordinator pramuka
(Mabikori)
h.
Bagian suara Gontor
Poso FM.
2.
Bagian Ekstra kurikuler
Materi
keterampilan, kesenian dan olahraga tidak dimasukkan dalam kurikulum, tetapi menjadi aktivitas ekstra kurikuler agar para
santri dapat lebih bebas memilih serta mengembangkan diri sesuai dengan bakat
dan minat yang ada pada santri, untuk itu diadakanlah
beberapa kursus yang secara resmi dibuka pada tanggal 06 Februari 2009. Berkaitan
dengan kegiatan ekstra kurikuler ini, dimaksudkan untuk memberikan manfaat yang
begitu besar bagi para santri diantaranya sebagai wadah untuk mengasuh dan
menggali potensi serta bakat yang ada pada diri santri.
Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang
sudah terlaksana di pondok Modern Ittihadul Ummah ini sebagai berikut:
1.
Mengadakan pengajaran al-Qur’an
setiap magrib
2.
Mengadakan latihan kepramukaan setiap
hari kamis siang
3.
Mengadakan perkemahan kamis dan jumat
(Perkajum)
4.
Mengadakan latihan muh{a>d}arah/pidato
bahasa Arab dan bahasa Inggris setiap hari kamis dan pidato bahasa
Indonesia pada hari ahad malam
5.
Kegiatan seni dan ketrampilan,
diantaranya: kaligrafi, letter, lukis perspektif dan kartun, Komputer, Qira>’ah, masak memasak dan menjahit
6.
Mengadakan latihan pencak silat Persedima (Persatuan bela diri Ittihadul
Ummah)
7.
Mengadakan latihan drum band
8.
Mengaktifkan kegiatan olahraga seperti,
lari pagi, sepak bola, bola basket, bola volly, bulu tangkis, takraw dan bola
kasti
9.
Mengadakan pertunjukan seni musik islami
dan pementasan drama kontes dua bahasa (Arab dan Inggris)
10. Pagelaran
seni panggung gembira dan lomba vokal grup
11. Mengadakan pekan olahraga dan seni
(porseni)
12. Mengirim kontingen pramuka dalam acara
jamrana dan raimuna Jambore Nasional pesantren se-Indonesia ke Pondok Modern
Darussalam Gontor.
13. Mengikuti perkemahan akbar se-Sulawesi
Tengah (Boder Powell scoat day) di bumi perkemahan Paneki Palu.
Pondok Modern Ittihadul Ummah dalam melatih dan membina
serta mendidik para santrinya untuk mampu hidup bermasyarakat atau
bersosialisasi aktif, memiliki 2 organisasi santri yaitu Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) dan
Organisasi Gerakan Pramuka Ittihadul Ummah.
Organisasi
Pelajar Pondok Modern (OPPM) Ittihadul Ummah dimulai pada tahun 2009 bertujuan
untuk membantu dan mengatur atas terlaksananya program dan tatanan kegiatan
santri non akademis secara teratur dan efisien dan juga sebagai ajang latihan
santri dalam bermasyarakat. Untuk data pengurus dan bagian-bagian Organisasi
Pelajar Pondok Modern dapat dilihat pada lampiran.
Selanjutnya mengenai jumlah santri
yang ada di Gontor Poso, Ustadz Cecep Sobar Rahmat
menjelaskan ;Memasuki tahun ketiga ini jumlah
santri sudah berjumlah 241 orang, putra 140 orang
dan putri 101 orang. Keseluruhan
santri adalah sekitar 70% berasal dari Poso, dan 30% dari luar Poso,
diantaranya berasal dari Palu, Parigi, Ampana, bahkan dari Sulawesi Selatan dan
Kalimantan.
Melihat jumlah santri yang lebih
banyak berasal dari Poso, penulis berasumsi bahwa masyarakat Poso, pasca
konflik lebih berantusias untuk menggali pendidikan agama Islam bagi
keluarganya. Ini terbukti dengan memasukkan
anak-anak mereka pada pondok pesantren modern Ittihadul Ummah Poso yang dua tahun berdirinya mendapat ketambahan
santri lebih dari 100% dari tahun pertama dibukanya pesantren tersebut
Memasuki abad ke-21 khususnya dalam 66 tahun
usia kemerdekaan Indonesia, tampak bahwa dunia pesantren tak pernah kehilangan
peminat. Ini tentunya dikarenakan pesantren memiliki kemampuan untuk
mempertahankan eksistensinya yang sesuai dengan sosiologis masyarakat
lingkungannya. Untuk lebih jelasnya hal ini akan
dibahas pada sub berikutnya.
b.
Strategi Pengajaran di Pondok Modern
Ittihadul Ummah Gontor Poso
Demi keberhasilan proses pendidikan
dan pengajaran di Pondok
Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso, maka
diterapkanlah secara kuat tradisi proses belajar mengajar dengan konsep Kulliyyatu
al-Mu’allimi>n
al-Isla>miyah (KMI) dan
pengasuhan santri. Sistem Kulliyatul Muallimi>n al-Isla>miyyah (KMI)
Berdasarkan pembagian tugas KMI ada
beberapa kegiatan dalam proses belajar mengajar (PBM) di KMI yang meliputi
kegiatan harian, mingguan dan tahunan. Pelaksanaan semua kegiatan
tersebut selalu mengacu pada perencanaan, pelaksanaan, supervisi, maupun
evaluasi. Berikut ini penulis paparkan kegiatan di Pondok
Modern Ittihadul Ummah Poso:
1.
Kegiatan harian
Kegiatan harian
santri Pondok Modern Ittihadul Ummah dimulai pukul 03.30—22.00 wita, diawali
dengan bangun subuh sampai istirahat malam. Berikut timing kegiatan harian
santri:
Tabel 1
Kegiatan Harian
No
|
Jam
|
Kegiatan
|
1
|
03.30 – 04.15
|
Bangun pagi dan shalat tahajjud
|
2
|
04.15 – 04.30
|
Membaca al-Qur’an
|
3
|
04.30 – 04.45
|
Shalat subuh berjama’ah
|
4
|
04.45 – 05.00
|
Membaca al-Qur’an
|
5
|
05.00 – 05.30
|
Penyampaian kosakata (Arab-Inggris)
|
6
|
05.30 – 06.00
|
Olahraga pagi
|
7
|
06.00 – 06.55
|
Persiapan masuk kelas dan makan pagi
|
8
|
06.55 – 07.45
|
Proses belajar jam pelajaran I
|
9
|
07.45 – 08.30
|
Proses belajar jam pelajaran II
|
10
|
08.30 – 08.55
|
Istirahat
|
11
|
09.00 – 09.45
|
Proses belajar jam pelajaran III
|
12
|
09.45 – 10.30
|
Proses belajar jam pelajaran IV
|
13
|
10.30 – 10.45
|
Istirahat
|
14
|
10.45 – 11.30
|
Proses belajar jam pelajaran V
|
15
|
11.30 – 12.15
|
Proses belajar jam pelajaran VI
|
16
|
12.15 – 12.30
|
Persiapan shalat dzuhur berjama’ah
|
17
|
12.30 – 13.00
|
Shalat dzuhur
|
18
|
13.00 – 13.55
|
Makan siang
|
19
|
14.00 – 14.45
|
Kursus sore
|
20
|
14.45 – 15.00
|
Persiapan shalat ashar
|
21
|
15.00 – 15.25
|
Shalat ashar berjama’ah
|
22
|
15.25 – 15.45
|
Baca al-Qur’an terbimbing
|
23
|
15.45 – 16.45
|
Olahraga sore
|
24
|
16.45 – 17.25
|
Persiapan ke Masjid
|
25
|
17.30 – 18.00
|
Baca al-Qur’an terbimbing
|
26
|
18.00 – 18.15
|
Shalat magrib berjama’ah
|
27
|
18.15 – 18.30
|
Baca al-Qur’an terbimbing
|
28
|
18.30 – 19.15
|
Makan malam
|
29
|
19.15 – 19.30
|
Persiapan shalat isya’
|
30
|
19.30 – 19.45
|
Shalat isya’ berjama’ah
|
31
|
19.45 – 20.30
|
Belajar malam terbimbing
|
32
|
20.30 – 22.00
|
Istirahat
|
33
|
22.00 – 03.30
|
Tidur malam
|
Sumber : Kantor Pondok Modern Ittihadul Ummah Poso
Dari
gambaran kegiatan harian yang dipaparkan diatas, dapat dipahami bahwa kegiatan
dalam Pondok berlangsung selama 24 jam; dari mulai tidur sampai akan tidur lagi
semuanya telah diatur sedemikian rupa, hingga terlihat bahwa tidak ada waktu
yang terbuang percuma, selain waktu istirahat tentunya, semua dimanfaatkan
dengan berbagai kegiatan. Pendek kata, sebagaimana yang diamanahkan oleh
Pimpinan Pondok Darussalam Gontor bahwa : “Pondok tidak tidur, banyak yang mendoakan,
banyak santri yang puasa senin-kamis dan banyak pula yang tahajjud, baik dalam
kelompok maupun sendiri-sendiri”.
Tentu
saja semua aktifitas itu dijalankan melalui mekanisme pengawasan. Pengawasan
itu sendiri berlangsung dengan juga melibatkan santri yang senior. Jadi,
aktifitas santri dimonitor oleh kakak kelas mereka, yang juga diawasi oleh para
guru, serta dibawah pengarahan dan pengawasan Pimpinan Pondok sendiri.
Kegiatan
harian di KMI ini dikelompokkan atas beberapa aturan yang meliputi: gerakan tabki>r, tafti>siy, al-i’da>d,
naqd al-tadri>s, kontrol kelas dan
al-ta’allum al-muwajjah. Untuk lebih
jelasnya akan penulis uraikan satu persatu.
Gerakan tabki>r adalah gerakan masuk kelas
tepat waktu. Kegiatan ini dilakukan oleh staf KMI dengan cara mengontrol santri
ke asrama, dapur, dan tempat-tempat keberadaan santri lainnya di Pondok agar
dapat masuk kelas dengan segera. Santri yang terlambat akan dicatat, menjadi
pertimbangan dalam menilai sikap mental mereka, dan santri tersebut dapat
diberikan sangsi.
Tafti>sy al-i’da>d adalah
pemeriksaan persiapan mengajar guru pada buku i’dad (persiapan) khusus, yang
dilakukan oleh guru-guru senior ataupun pimpinan Pondok. Pembuatan i’da>d ini wajib dilakukan oleh para
guru. Guru yang tidak membuatnya tidak diizinkan mengajar. Sedangkan naqd al-tadri>s, yakni evaluasi
(kritik) mengajar. Sebagai pesantren yang memiliki sistem dan metodologi
tersendiri, terutama dalam kurikulum bahasa Arab dan Dirasah Islamiyah, Gontor
perlu melestarikan sistem dan metodologi tersebut, dan naqd al-tadri>s ini merupakan salah satu cara peningkatan kedua
mutu tersebut. Guru senior, baik yang memiliki jam mengajar pada hari itu
maupun yang tidak, sudah di jadwal rolling
di tiap-tiap kelas untuk memastikan kegiatan ini berlangsung. Apabila ditemukan
kesalahan dalam menggunakan metode ajar, guru yang bersangkutan akan diberi
bimbingan. Dengan cara demikian sistem Gontor dapat dipertahankan dan
dikembangkan menjadi lebih baik. Lebih dari itu selain adanya pengawasan
(supervisi) seperti yang diterangkan diatas, ada sistem supervisi di kelas dan
asrama di tengah berlangsungnya jam pelajaran. Model kedua ini dilakukan untuk
mengantisipasi terjadinya kelas kosong, keterlambatan guru dalam mengajar, dan
untuk memastikan absen atau tanda keterangan tidak masuk kelas—dalam istilahnya
disebut tas}ri>h—bagi santri,
misalnya karena alasan sakit.
Selanjutnya,
al-ta’allum al-muwajjah, yakni
belajar terbimbing pada setiap malam. Cara belajar ini dilakukan untuk
mengulangi pelajaran yang telah diberikan kepada santri pada jam belajar formal
di pagi hari, atau memberikan bimbingan individual bagi santri yang dianggap
lemah kemampuan akademiknya, dengan cara dibimbing oleh para wali kelas, dan
diawasi oleh guru-guru senior dan staf KMI secara langsung.
2.
Kegiatan mingguan
1.
Percakapan dua bahasa (Arab dan Inggris)
2.
Latihan pidato tiga bahasa (Arab,
Inggris dan Indonesia)
3.
Latihan kepramukaan (kamis siang)
4.
Latihan pesatuan beladiri Ittihadul
Ummah (Perbedima)
5.
Latihan baca al-Qur’an (ahad dan jumat)
6.
Evaluasi kegiatan dan pengabsenan
disiplin mingguan.
3.
Kegiatan bulanan dan atau 1 semester
1.
Perkemahan akbar
2.
Lomba drama contest dua bahasa (Arab dan Inggris)
3.
Art show
(pertunjukan/pameran seni)
4.
Lomba vokal grup antar kelas
5.
Lomba menghias kamar
6.
Ulangan umum materi pelajaran pagi
7.
Ujian kursus sore
8.
Ujian pelajaran pagi
Kegiatan
mingguan dan bulanan selain ditujukan untuk santri, juga ditujukan untuk guru. Untuk guru, diadakan
pertemuan mingguan bersama Pimpinan Pondok, biasanya dilakukan pada hari kamis
(di Gontor dikenal dengan istilah kemisan).
Selain sebagai media penyamaan persepsi, tujuan pertemuan tersebut adalah untuk
menyampaikan informasi penting mengenai kegiatan Pondok dan perkembangannya.
Lebih dari itu juga dilakukan evaluasi kegiatan belajar-mengajar selama satu
minggu. Adapun untuk siswa, staf KMI mengkoordinir ketua-ketua kelas berkumpul,
untuk menyampaikan informasi program-program KMI, dan mendengarkan laporan para
ketua kelas terkait dengan keadaan siswa dan keadaan kelas. Kemudian pada
setiap akhir bulan, ketua kelas dilibatkan KMI untuk mengecek batas-batas
pelajaran, dengan memberikan buku khusus pengecekan pelajaran dari bagian
Proses Belajar Mengajar (PBM).
4.
Kegiatan tahunan
1.
Pembukaan tahun ajaran baru
2.
Apel tahunan santri Pondok Pesantren
Modern Ittihadul Ummah
3.
Jambore dan raimuna penggalang dan
penegak (Jamrana ) di Pondok Modern Gontor 1 Ponorogo
4.
Musyawarah kerja rayon (asrama)
5.
Halal bi halal bersama wali santri
6.
Membentuk panitia idul adha
7.
Membentuk panitia peringatan 17 Agustus
Sebagai
salah satu lembaga di Pondok Modern
Ittihadul Ummah, KMI mempunyai
kontribusi penting dalam merealisasikan
motto pondok modern, sehingga terlahir kader-kader umat yang berfungsi
sebagai munz}ir
al-qaum. Guru-guru Islam KMI
dengan berbagai program-programnya selalu berupaya meningkatkan
kualitasnya, walaupun peningkatan tersebut
belum mencapai hasil yang optimal. Berikut
adalah program kerja
rutinitas KMI 2010—2011:
1.
Melaksanakan program naqdu al-tadri>s (evaluasi
mengajar) secara terjadwal.
2.
Melaksanakan tafti>sy (pemeriksaan)
buku catatan siswi.
3.
Mengontrol target pelajaran.
4.
Melaksanakan program insya’ yaumi
(kosa kata sehari-hari)
5.
Mengadakan al-ta’allum al-muwajjah
(belajar terpimpin) dengan anak didik
6.
Mengadakan perkumpulan dengan ketua
kelas setiap sabtu malam minggu setelah
sholat isya, yang bertujuan untuk mendata siswi perkelas, evaluasi, pengungkapan
permasalahan dan solusinya serta memberikan beberapa pengarahan dan
pengumuman.
7.
Mengadakan pendalaman materi biologi
melalui visualisasi materi
8.
Meningkatkan kualitas insya ’yaumi
siswi melalui:
a)
Mewajibkan para santri untuk menggunakan ushlub bahasa
yang telah dipelajari dalam penulisan insya’ yaumi.
b)
Merekapitulasi nilai insya’ yaumi
perkelas dan menempelkannya.
c)
Mensosialisasikan insya’ yaumi
terbaik.
9.
Peningkatan cara belajar santri melalui:
a)
Mewajibkan para santri untuk membawa
kamus dalam pelajaran bahasa.
b)
Mengoptimalkan buku prestasi santri
dengan memeriksanya seminggu sekali.
c)
Mengadakan pemeriksaan buku catatan
santri secara berkala.
10. Meningkatkan
motivasi belajar santri dengan:
a)
Membagi kelompok belajar perkelas dengan
didampingi guru pembimbing.
b)
Mengumumkan santri terajin dalam
menghafal pelajaran.
c)
Membagikan angket permasalahan proses
belajar santri kepada wali kelas.
11. Meningkatkan
disiplin santri melalui:
a)
Meminimalisasikan perizinan keluar kelas
ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung.
b)
Meminimalisasikan perizinan tidak masuk
kelas bagi santri yang sakit.
c)
Mengadakan pengabsenan ketika muwajjah
malam
12. Mengefektifkan
peran dan fungsi wali kelas dan asistennya dengan:
a)
Mengadakan evaluasi mingguan wali kelas
dan asistennya dengan staf KMI.
b)
Mengadakan perkumpulan sebulan sekali
antara wali kelas dan siswa yang diadakan setelah sholat magrib.
c)
Mengadakan perlombaan antar kelas yang
dikoordinir oleh ketua kelas.
13. Meningkatkan
cara belajar dan prestasi belajar santri dengan:
a)
Mewajibkan kepada santri untuk memiliki
buku catatan untuk setiap materi.
b)
Mengadakan tafti>sy buku
dan buku catatan dengan rutin.
c)
Optimalisasi penggunaan PBS.
14. Meningkatkan
kualitas penulisan insya’ yaumi dengan:
a)
Mewajibkan kepada santri untuk
menggunakan uslub-uslub bahasa yang telah dipelajari.
b)
Mengumumkan dan mensosialisasikan insya’yaumi terbaik dan memberi hadiah.
15. Mengoptimalkan
pelaksanaan manasik haji dengan memberikan pengarahan secara umum melalui
visualisasi manasik haji.
16. Meningkatkan
motivasi belajar santri dengan mengefektifkan proses belajar bimbingan dengan
wali kelas beserta asisten kelas.[2]
Dalam
proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar santri dapat
belajar secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diharapkan,
terutama dalam menghadapi perbedaan kemampuan belajar santri. Salah satu
langkah untuk memiliki strategi itu
adalah guru harus menguasai metode-metode pengajaran, teknik-teknik
penyajian materi pelajaran. Strategi pengajaran yang dimaksud adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru dalam
menyajikan bahan pelajaran kepada santri di dalam kelas, agar pelajaran dapat
ditangkap dan dipahami oleh siswa dengan baik.
Dalam
menghadapi perbedaan kemampuan belajar santri agar secara
merata dapat menerima secara maksimal pelajaran yang diajarkan, guru/pengasuh
pada Pondok Modern
Ittihadul Ummah Gontor Poso
telah melakukan berbagai upaya untuk menerapkan berbagai strategi
pendidikan dan pengajaran.
Sesuai
dengan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat dikemukakan berbagai
upaya para guru dalam menghadapi berbagai perbedaan kemampuan belajar siswa
sebagai berikut:
1.
Pengajaran dengan berbagai metode
Metode
adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran. Metode yang
digunakan oleh guru-guru di KMI cukup bervariasi, ada metode ceramah, latihan,
demonstrasi, tanya jawab, dan penugasan. Dalam proses belajar mengajar di dalam
kelas, dipergunakan berbagai metode secara bervariasi seperti ceramah, tanya
jawab, demonstrasi, pemberian tugas, metode latihan dan berbagai metode lainnya
yang dapat menunjang keberhasilan belajar mengajar. Dengan
metode tadi, kami dapat meningkatkan minat belajar mereka dengan demikian
perbedaan-perbedaan kemampuan belajar siswa dapat diatasi.
Metode yang diterapkan di KMI tidaklah kaku, dalam satu
materi pelajaran, bisa mengacu pada dua metode bahkan lebih, yang saling
melengkapi. Hal ini penulis dapatkan
ketika melakukan observasi, penulis mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas.
Pada pengajaran materi Dira>sah
al-Isla>miyah, pada bab praktek shalat jenazah, dalam materi fiqih, guru
tidak hanya menggunakan metode ceramah, tetapi diperkuat dengan metode
demonstrasi dan tanya jawab agar pelajaran menjadi lebih menarik, dan untuk
mencapai tujuan pengajaran dengan lebih baik.
Dari
berbagai metode yang diterapkan tersebut, tentunya berhubungan dengan
tujuan atau bahan materi pelajaran yang akan disajikan. Olehnya itu pemilihan
metode yang tepat harus memperhatikan tujuan
pengajaran, keadaan siswa, situasi, fasilitas, media, termasuk
guru itu sendiri. Karena inti dari metode pembelajaran
materi-materi akademis di pesantren Ittihadul Ummah, tak lain adalah membentuk
cara berfikir santri yang rasional-kreatif, dengan melibatkan para santri
berpikir dan aktif bernalar dengan sendiri, yang tentunya selalu dikawal dan
diawasi oleh para pengajar.
2. Penggunaan
media dalam pengajaran
Media
pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru dalam
memperkaya wawasan peserta didik. Aneka macam bentuk media
pendidikan sebagai alat bantu untuk
tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini dilandasi dengan kenyakinan bahwa proses
belajar mengajar dengan bantuan media pengajaran mempertinggi kegiatan belajar
santri dalam tenggang waktu yang cukup lama. Pondok Modern
Ittihadul Ummah Gontor Poso,
mempergunakan media pengajaran dengan memperhatikan prinsip tertentu agar penggunaan media tersebut dapat mencapai
hasil yang baik. Adapun prinsip tersebut adalah:
a.
Menentukan jenis media dengan tepat,
artinya para guru memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan
tujuan dan bahan pelajaran yang akan dibawakan.
b.
Menetapkan dan memperhitungkan subjek
dengan tepat artinya media tersebut
sesuai dengan kematangan dan kemampuan siswa.
c.
Menyajikan media dengan tepat artinya
teknik dan metode penggunaan media dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan
tujuan, bahan, waktu, metode dan sarana yang ada.
Melalui penggunaan media pengajaran tersebut, maka sasaran pengajaran dapat
tercapai. Artinya santri yang tadinya memiliki perbedaan kemampuan belajarnya akan teratasi dengan
sendirinya.
3. Memiliki
bentuk motivasi yang akurat
Para
guru di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor
Poso, sengaja menciptakan dan berusaha agar santri senang dan bergairah dalam
belajar para tenaga pengajar di pondok ini dalam menghadapi perbedaan belajar
santri, mereka berusaha memberikan motivasi belajar berupa pemberian nilai yang
bagus, pujian, pemberian tugas, pemberian hadiah, bagi siswa yang meningkat
prestasinya, dengan demikian rata-rata dapat mengikuti proses belajar mengajar
dan kegiatan ekstrakurikuler secara aktif.
4. Pengembangan
variasi mengajar
Untuk
menghindari kebosanan santri dalam belajar di pondok, maka guru perlu
mengembangkan variasi yang meliputi tiga
aspek: variasi dalam mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan
pelajaran serta variasi interaksi antara santri dan guru.
Penggunaan
variasi dalam mengajar sangat penting dalam jumlah santri yang banyak biasanya
ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar perhatian santri tetap dalam
materi yang diberikan. Karena di antara santri tersebut tentunya mempunyai
perbedaan pemahaman pengajaran sehingga guru harus menguasai variasi mengajar
dalam pengajaran mata pelajaran-mata pelajaran. Sebab pelajaran yang santri
terima langsung dipratekkan dalam kehidupan sehari-hari seperti
akhlak, tauhid, ibadah.
5. Kerjasama
dengan orang tua santri
Pendidikan
bukanlah tanggungjawab guru semata, melainkan juga tanggung jawab orang tua di
rumah. Oleh karena itu guru di Pondok Modern
Ittihadul Ummah melakukan kerjasama
dengan orang tua santri. Hal ini dilakukan agar antara orang tua santri dengan
guru saling mengetahui keadaan santri, seperti mentalnya, kesehatannya, dan
lain-lain. Dengan adanya kerjasama ini
maka santri dapat dikontrol pergaulannya
di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso.
6. Pengelolaan kelas yang baik
Pengelolaan
kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya
untuk menciptakan serta mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga
anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran
secara efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar.
Upaya
yang dilakukan oleh pengasuh/guru di Pondok Modern
Ittihadul Ummah Poso dilakukan dengan
pendekatan kelompok peninjauan pada aspek individual santri. Misalnya,
penempatan tempat duduk santri memerlukan pertimbangan pada aspek postur tubuh
santri, dimana menempatkan santri yang mempunyai tubuh besar dan tinggi atau
rendah, menempatkan yang mempunyai kelainan pendengaran dan penglihatan, siswa yang cerdas, yang bodoh, yang pendiam
yang lincah dan yang suka berbicara dilakukan pemisahan agar kelompok tidak
didominasi oleh satu kelompok tertentu sehingga
persaingan dalam kelas berjalan
dengan seimbang.
Dari
uraian di atas, dapat ditarik pengertian bahwa penerapan strategi
pengajaran di pondok pesantren modern
Ittihadul Ummah Gontor Poso sesuai dengan sumber daya yang mereka miliki.
Pesantren
diperuntukkan untuk memberdayakan masyarakat melalui kharisma seorang kyai atau
ulama. Oleh karena itu diera modern ini diharapkan agar
alumni pondok pesantren mampu menempatkan diri ditengah kemajuan zaman yang
dibarengi dengan semangat religius.
Hal yang demikianlah yang dilakukan
pimpinan dan pengasuh/pengajar dalam mengelola Pondok Modern
Ittihadul Ummah. Penting untuk diketahui bahwa diawal berkembangnya
ini Pondok Modern Ittihadul Ummah tidak terlalu terikat dalam
hal persyaratan masuk pondok seperti calon santri harus tahu baca tulis al-Qur’an. Ini dimaksudkan agar Pondok
ini banyak peminatnya, terlebih lagi disesuaikan dengan kondisi keagamaan
masyarakat sekitar yang anak-anaknya mayoritas tidak mengerti baca tulis
al-Qur'an. Walaupun demikian Pondok tetap
menerapkan disiplin wajib berbahasa Arab/Inggris minimal dua bulan
setelah berada di pondok pesantren.
Pada
materi bahasa Arab/Inggris ini, metode pengajaran direct method yang sudah
diterapkan sejak berdirinya KMI selalu
mendapatkan penekanan, sekaligus dikembangkan sesuai dengan berkembangnya
metode yang lebih kreatif-inovatif.
Misalnya para guru bahasa Arab/Inggris di KMI tidak boleh menggunakan
sistem terjemahan. Metode langsung ini diarahkan kepada penguasaan secara aktif
dengan memperbanyak latihan baik lisan maupun tulisan, yang dilengkapi dengan
media penggunaan alat peraga dengan berbagai variasinya. Untuk penerapan hal tersebut maka
diadakan berbagai macam latihan dan muha>d{arah (lomba
pidato) tiga bahasa yaitu bahasa Arab, bahasa Inggris dan bahasa
Indonesia, semua ini dimaksudkan sebagai
upaya memacu kreatifitas para santriwan dan santriwati agar termotivasi untuk
senatiasa belajar.
Ada
semboyan menarik yang diungkapkan oleh K.H Imam Zarkasyih (pendiri Pondok
Modern Gontor Ponorogo): “al-kalimah al-wa>h}idah fi> alfi
jumlah, khairun min alfi kalimah fi
jumalatin wa>hidah” yang artinya, mengetahui satu kata dan mampu
meletakkannya dalam seribu kalimat sempurna, lebih baik daripada mengetahui
seribu kata, tetapi hanya dapat meletakkannya masing-masing dalam satu kalimat
sempurna. Para pakar bahasa telah menggaris bawahi empat skill berbahasa asing
dengan baik, yaitu:
1.
Mendengar/listening/al-istima’
2.
Berbicara/speaking/al-muha>das}ah
3.
Membaca/reading/al-qira>’ah
4.
Menulis/writing/al-kita>bah.
Dalam
didaktik-metodik di Pondok Gontor ada tambahan kemampuan (menjadi kemampuan
kelima), yaitu kemampuan mengajar bahasa dengan baik. Untuk mengasah kelima
kemampuan tersebut, Gontor menggunakan sistem perpaduan antar dua teori yang
saling menopang, yakni: all in one system
(nad}a>riyat al-wih}dah) dan polysystemic
approach (nad}a>riyat al-furu’).
Dalam
proses pengajaran bahasa asing tersebut, pondok Gontor lebih menitikberatkan
pada penggunaan direct method atau
yang dikenal dengan al-tari>qah
al-muba>syarah (penggunaan bahasa secara langsung) yang diarahkan kepada
penguasaan bahasa secara aktif baik
lisan maupun tulisan. Dengan kata lain, santri
diarahkan untuk memfungsikan kalimat secara sempurna, dan bukan sekedar
teori grammatikal tanpa mampu berbahasa.
Sebagaimana
yang menjadi arus utama sistem pendidikan dan pengajaran di Gontor, tidak ada
dikotomi antara intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Karena menurut paham
Gontor, yang disebut dengan kurikulum adalah segala hal yang meliputi seluruh
aktifitas kehidupan yang berlangsung di pondok. Hal demikian diterapkan, tak
lain agar menumbuhkan kepekaan rasa dan artikulasi berbahasa asing yang
sesungguhnya. Adapun kegiatan ekstra yang ikut mendukung kemajuan berbahasa
asing baik secara lisan ataupun tulisan, adalah sebagai berikut:
1.
Muh}a>d}arah. Muh}a>d}arah
atau latihan berpidato ini diselenggarakan tiga kali dalam satu minggu, dengan
menggunakan tiga bahasa, yaitu bahasa Inggris pada Minggu malam, bahasa Arab
pada Kamis malam, dan bahasa Indonesia pada Jumat malam. Tujuan diadakan muh}a>d}arah ini, selain melatih
penguasaan, kecakapan dan keterampilan berbahasa juga sekaligus menumbuhkan
kepercayaan diri. Adapun pelaksanaan teknisnya, santri dibagi dalam beberapa
kelompok dan dibimbing oleh pengajar/pengasuh baik putra maupun putri. Dalam observasi, beberapa kali penulis mengikuti jalannya kegiatan muh}a>d}arah ini. Ada hal menarik
yang penulis saksikan, yaitu kegiatan
dilaksanakan di halaman atau lapangan terbuka, terdiri dari beberapa
kelompok, dengan setting yang menarik;
diantaranya ada podium yang dibuat secara dadakan, dengan hiasan yang semarak,
cahaya lilin, serta sorak-sorai dari penonton, setiap santri selesai berpidato.
Bahkan disipkan hadiah-hadiah kecil seperti wafer, biscuit dan lain sebagainya.
2.
Penyebaran kosa kata baru dan
kontemporer dengan tulisan yang diletakkan di tempat-tempat strategis, di
gedung-gedung, maupun di jalan-jalan pondok.
3.
Muh}ada>s}ah (conversation), aktifitas ini dilakukan
dua kali dalam seminggu, dengan lawan bicara antar sesama santri selama 1 jam.
Setelah muh}a>das}ah mereka
diwajibkan lari pagi yang dilakukan secara tertib sembari menyanyikan lagu-lagu
ringan atau yel-yel yang menjadi kekhasan pondok dengan tetap menggunakan kedua
bahasa tersebut, guna menepis penat sekaligus menciptakan suasana riang.
4.
Pementasan drama bahasa Arab dan Inggris
yang dilakukan sekali dalam satu semester.
Selain itu,
praktik kedua bahasa tersebut dilakukan di hampir seluruh kegiatan pondok.
Seperti kegiatan dalam kelas, di dapur, ketika berolah raga, di asrama, hingga
saat antri di kamar mandi sekalipun. Termasuk ketika mengomentari berjalannya
pertandingan basket dan sepakbola bagi putra atau latihan menari yang dilakukan
santri putri pun dalam pengamatan penulis, selalu ditekankan untuk menggunakan
bahasa Arab dan Inggris.
Akan tetapi
bukan berarti hanya pelajaran tiga bahasa tersebut yang digeluti, melainkan
masih banyak pelajaran-pelajaran lainnya yang tak kalah penting untuk dikaji
bahkan harus dihafal, oleh santri KMI. Dan seperti diketahui bahwa KMI (Kulliyatul Muallimin al-Islamiyah)
pondok modern Gontor adalah salah satu lembaga yang menangani pendidikan
tingkat menengah dengan lama masa belajar 6 tahun (bagi lulusan SD) dan 3 Tahun
(bagi lulusan SLTP/MTS). Lembaga ini memiliki kurikulum KMI yang seimbang
antara ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum.
Pengaturannya diintegrasikan dengan sistem pondok pesantren. Santri hidup
selama 24 jam dalam asrama dengan bimbingan guru dan kyai.
Kurikulum
KMI tidak terbatas pada pelajaran di kelas saja melainkan keseluruhan kegiatan
di dalam dan diluar kelas merupakan
proses pendidikan yang tidak terpisahkan.
Melalui pelajaran-pelajaran di KMI, santri memacu
diri untuk dapat menguasainya dan kelak setelah terjun di masyarakat dapat
menjadi panutan bagi masyarakat. Materi pelajaran dalam kurikulum
merupakan hal yang tak kalah pentingnya dengan yang lain, karena materi
pelajaran berguna untuk memberikan jawaban terhadap apa yang dikerjakan dalam
mencetak manusia yang diharapkan dalam tujuan pendidikan. Olehnya
itu materi pelajaran yang terdapat pada
kurikulum tidak saja berkisar pada pengetahuan agama, melainkan juga pada
pengetahuan umum yang sudah merupakan suatu keharusan dikuasai oleh peserta
didik.
- Sistem Pengasuhan santri
Pengasuhan santri merupakan lembaga
yang mendidik dan membina
langsung seluruh
kegiatan ekstrakurikuler santri atau seluruh aktivitas kehidupan santri di
Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso di luar jam
belajar santri di KMI mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Aktivitas santri
tersebut mencakup kegiatan-kegiatan santri ditingkat menengah, yang diselenggarakan oleh Organisasi Pelajar Pondok
Modern (OPPM) dan organisasi kepramukaan. Selain itu beberapa kegiatan santri
di tingkat KMI juga ditangani oleh lembaga pengasuhan ini, dan semua itu
merupakan tingkat integritas pendidikan dan pengajaran di Ittihadul
Ummah.
Kehidupan
santri di Ittihadul Ummah selama 24 jam tidak lepas dari disiplin yang selalu didasari oleh
nilai-nilai dan ajaran-ajaran kepondok modernan, yang
meliputi berbagai aspek termasuk dalam ubudiyah, akhlak, belajar, berbahasa
Arab dan Inggris, pakaian, absensi dan lain sebagainya. Hal ini tidak lain dimaksudkan untuk mendidik pola
kecerdasan santri, baik secara intelektual, emosional, sosial maupun spritual.
Sistem
kepengasuhan santri di Pondok Modern
Ittihadul Ummah Gontor Poso lebih menekankan pada kesadaran
preventif dan meminimalisir hukuman fisik. Hal ini dimaksudkan agar sistem
kekeluargaan lebih terpelihara di antara santri dan ustadz-ustadzah sebagai
tenaga pengajar/pengasuh. Tentunya
hal-hal tersebut dimaksudkan agar tercipta proses belajar mengajar dan
kehidupan yang kondusif di lingkungan Pondok Modern
Ittihadul Ummah Gontor Poso.
Dengan demikian pengasuhan santri
bertugas memberikan pengarahan-pengarahan tentang muatan filosofis dan manfaat
dari setiap kegiatan di pesantren. Selain menangani masalah santriwan dan
santriwati, ada hal-hal yang menjadi tugas pengasuhan santri yaitu membina
organisasi santri (tim dinamisator
rayon), membina
kegiatan kepramukaan, membina
disiplin santri secara menyeluruh dan melaksanakan
bimbingan/penyuluhan santri.
Dengan tugas yang kompleks dan
menyeluruh, pengasuhan santri terus berusaha untuk meningkatkan
kebersamaan dan komunikasi dengan lembaga-lembaga lain demi kelancaran seluruh
aktifitas kegiatan di Pondok Modern Gontor Poso untuk
mencetak kader-kader umat yang berkualitas yang nantinya akan menjadi
ulama yang intelek, sehingga dalam kegiatan
pengasuhan santri selalu berusaha untuk mempesantrenkan
pesantren, menggurukan guru dan
menyantrikan santri, bekerja all out dan maksimal walaupun masih
terdapat banyak kekurangan. Lembaga ini
dibimbing langsung oleh pengasuh Pondok Modern Ittihadul Ummah kampus
putra ustadz Cecep Sobar Rakhmat, dan untuk kampus putri
ustadz Abdul Fatah.
c.
Perkembangan Pondok Pesantren Modern Ittihadul Ummah Poso
Eksistensi Pondok Modern
Ittihadul Ummah merupakan suatu respon agamawi dari masyarakat muslim Poso
bersama para pemimpin keagamaan. Dalam langkah ini terjadi upaya bagaimana
menjadikan Islam sebagai etos dalam kehidupan masyarakat, keagamaan,
kebudayaan, ekonomi, sosial dan lain sebagainya.
Berkaitan dengan hal tersebut,
tidaklah heran jika pada awal diresmikannya Ittihadul Ummah sebagai sebuah Pondok Modern,
mendapat respon yang cukup baik dari kalangan masyarakat. Hal ini terbukti
melalui data yang penulis rekrut dimana sejak awal berdirinya yaitu tahun 2007 jumlah
santri masih berjumlah 82 orang, tapi
sekarang di tahun ketiga ini jumlah tersebut sudah melonjak
menjadi 241 orang.
Jumlah tersebut merupakan
kegembiraan bagi umat Islam Poso. Karena setelah keterpurukan konflik, ternyata
masyarakat Islam Poso tidak putus harapan untuk bangkit lagi dan menyekolahkan
anak-anak mereka pada sekolah yang berlebel Islam. Hal ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2
Keadaan Santri Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor
Poso Tahun 2010-2011
NO
|
KELAS
|
PRIA
|
WANITA
|
JUMLAH
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Kelas I/MTs kelas I
Kelas II/MTs kelas II
Kelas III/MTs kelasIII
I Intensif/ MA kelas I
II intensif/MA kelas II
III intensif/MA kelas III
|
30 orang
49 orang
24 orang
15 orang
15 orang
7 orang
|
34 orang
28 orang
11 orang
14 orang
7 orang
7 orang
|
64 orang
77 orang
35 orang
29 orang
22 orang
14 orang
|
JUMLAH
|
140
|
101
|
241
|
Sumber : Kantor
Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso.
Data
pada tabel di atas menggambarkan
kecendrungan meningkat. Ini berarti bahwa fluktuasi santri dari tahun pertama
dan tahun kedua terkait dengan tingginya minat masyarakat memasukkan
anak-anaknya di lembaga pendidikan pesantren sebagai tempat menimba ilmu
pengetahuan.
Perlu dikemukakan bahwa selama ini Pondok Modern
Ittihadul Ummah Gontor Poso belum mempunyai alumni karena seperti yang telah di
paparkan sebelumnya bahwa pesantren ini baru berdiri sekitar tiga tahun.
Dari 241 orang
santri Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso
di asuh oleh 47 orang tenaga pengajar yang berasal dari berbagai
daerah. Dalam tata tertib guru-guru Pondok Pesantren Modern Ittihadul Ummah Gontor
Poso di sebutkan bahwa yang dapat di terima menjadi guru pada Pondok Modern
Ittihadul Ummah Gontor Poso ialah, hanya alumni-alumni yang ada
dibawah naungan Gontor Darussalam
Ponorogo. Dengan kata lain diluar dari Gontor tidak dibolehkan untuk mengajar
di Ittihadul Ummah Poso. Ini karena Gontor menganut sistem kaderisasi dan
selalu selektif dalam menentukan, agar non alumni tidak merusak sistem yang
telah dijalankan selama ini. Dengan demikian, yang dapat
mengajar di Pondok Modern Ittihadul Ummah Poso adalah orang-orang yang menurut
Pondok Modern Darussalam Gontor sudah teruji loyalitasnya, dedikasinya dan
tentunya berasal dari Gontor itu sendiri.
Para
guru yang mengajar di KMI adalah tamatan dari KMI sendiri, yang kemudian
melanjutkan studi ke Institut Studi Islam Darussalam (ISID) maupun berbagai
perguruan tinggi lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri. Sistem rekrutmen
guru dari produk sendiri ini, merupakan suatu hal yang tak kalah pentingnya.
Untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mendidik santri, mereka telah lebih
dulu dipersiapkan melalui berbagai program oleh bagian pembinaan karir guru di
Pondok Modern Darussalam Gontor, baik dalam bentuk penataran guru, pengayaan
materi pelajaran (tauji>h), dan
pelatihan-pelatihan.
C.
Kendala dan Solusi Pelaksanaan Pendidikan Islam di Pondok
Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso.
1.
Kendala Pelaksanaan Pendidikan Islam.
Menurut
penuturan Pimpinan Pondok, ada tiga kendala utama yang dihadapi dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso, tiga
kendala itu adalah:
a.
Keterbatasan sarana pendukung
pendidikan.
Keterbatasan
sarana pendukung pendidikan di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso
terutama pada sarana-sarana laboratorium fisika-kimia, komputer dan bahasa.
Meskipun sarana-sarana ini sebenarnya telah tersedia, namun jumlah yang ada
masih sangat terbatas. Ini belum lagi jika dilihat dari segi tenaga pengajar
untuk bidang studi-bidang studi biologi, fisika dan kimia. Sebab merekalah yang
nantinya akan membimbing di laboratorium tersebut. Tetapi khusus untuk tenaga
pengajar bahasa seperti bahasa Arab dan Inggris dapat dikatakan telah mencukupi
sebab memang tenaganya telah tersedia.
b.
Perbedaan kemampuan peserta didik
Kendala yang
kedua adalah input santri yang masuk ke Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor
Poso, memiliki kemampuan dasar pengetahuan agama yang berbeda-beda. Terutama
yang sangat dirasakan pada saat penerimaan santri baru. Kebanyakan santri yang
masuk justru belum mampu dalam hal baca tulis al-Qur’an.
Santri
KMI sendiri memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Ada santri
yang masuk telah mampu membaca dan menulis al-Qur’an, tetapi banyak juga yang
masuk sama sekali belum bisa membaca dan menulis al-Qur’an. Kondisi seperti ini
tentunya sedikit mengganggu proses peningkatan mutu yang telah dicanangkan,
sebab santri yang masuk semestinya tidak lagi mempunyai kendala-kendala dasr
tersebut. Tetapi kondisi seperti ini tidak bisa dihindari. Sebagaimana
dikatakan oleh Pimpinan Pondok: “bagaimanapun mereka telah datang ke Pondok
Modern Ittihadul Ummah, terlebih lagi jika datang jauh-jauh dari luar Poso,
tentunya pihak Pondok tidak seharusnya menolak mereka”.
Berdasarkan hasil penelitian,
ternyata di Ittihadul Ummah masih banyak santri yang awalnya belum paham baca tulis Al-Qur’an. Persoalan ini setelah di konfirmasi
pada sebagian santri, ternyata hal tersebut disebabkan oleh beberapa kendala di
antaranya:
1) Karena sebelum masuk ke pesantren,
santri belum pernah belajar mengaji.
2) Kesulitan untuk menulis dan membaca al-Qur’an adalah karena orang tua tidak pernah
membimbing bahkan menurut sebagian santri orang tua mereka juga belum paham
dengan baca tulis Al-Qur’an.
Kondisi tersebut sangat mempengaruhi tingkat kemampuan dan
keterampilan baca tulis al-Qur’an santri. Apalagi mengingat bahwa di Ittihadul Ummah
pelajaran agama seimbang dengan pelajaran umum.
c.
Keterbatasan tenaga pengajar
Kendala lain
yang dihadapi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah keterbatasan
tenaga pengajar khususnya bidang studi eksakta, seperti matematika, biologi,
fisika dan kimia. Karena kebanyakan guru yang mengajar di KMI Ittihadul Ummah
Gontor Poso adalah alumni KMI sendiri dan Perguruan Tinggi agama, sehingga
pendalaman materi-materi serta kemampuan untuk mengajar mata pelajaran eksakta
sangatlah terbatas.
2.
Solusi Pelaksanaan Pendidikan Islam.
Pada sub masalah tentang upaya-upaya Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso sebagai lembaga pendidikan Islam
pasca konflik Poso, merupakan langkah-langkah yang ditempuh untuk menunjang
pelaksanaan pendidikan Islam di pondok tersebut. Upaya-upaya yang ditempuh tersebut pada dasarnya,
juga merupakan merupakan solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi antara
lain:
a.
Menambah sarana dan prasarana penunjang
pendidikan.
Upaya yang
dilakukan oleh Pondok Modern Ittihadul Ummah dalam mengatasi keterbatasan
sarana penunjang pendidikan, adalah dengan terus menambah sarana-sarana
laboratorium biologi, fisika, dan kimia. Karena tanpa sarana laboratorium
tersebut, sulit rasanya para santri bisa akrab dengan dunia praktikum fisika
kimia dan biologi, ketika mereka tidak akrab, maka peningkatan mutu pendidikan
akan berjalan di tempat. Artinya tidak ada peningkatan sama sekali, sebab
pengetahuan santri baru pada tataran yang abstrak tentang suatu pengetahuan yang
seharusnya dipraktekkan di laboratorium.
Saat ini telah
diupayakan pembangunan ruang untuk sarana tersebut, dan pada kali terakhir
penulis mengunjungi Pondok Modern Ittihadul Ummah di Poso, ada ketambahani dua
lokal gedung yang sedang dalam proses pembangunan,
yang merupakan bantuan dari Kementerian Agama Kabupaten Poso.
Selain itu juga
pengadaan berbagai perlengkapan sarana penunjang lainnya, diantaranya adalah
gedung serba guna yang dilengkapi dengan sarana pendidikan audio visual. Hal
ini tentunya akan membantu santri untuk lebih cepat memahami mata pelajarannya,
disamping itu tentunya pembelajaran akan lebih menyenangkan jika didukung oleh
fasilitas-fasilitas tersebut.
Keberadaan
sarana dan prasarana penunjang pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak
perlu, untuk itu dari pihak pondok telah mengupayakan berbagai sarana tersebut,
walaupun belum sepenuhnya bisa terpenuhi, mengingat pondok ini memang masih
dalam tahap pengembangan. Oleh karena itu
secara perlahan-lahan terus diupayakan
pemenuhan kebutuhan akan sarana dan prasarana penunjang tersebut.
Sementara untuk
media komputer saat ini telah dapat terpenuhi, sekalipun jika dilihat dari
jumlah santri dan jumlah unit komputer yang tersedia masih jauh dari cukup.
Sebagaimana diketahui, salah satu bentuk perkembangan mutakhir adalah
intervensi teknologi informasi yang semakin meluas. Teknologi komputer
merupakan salah satu yang terpesat, baik menyangkut software (perangkat lunak) maupun hardware (perangkat keras). Kehadiran komputer sebagai salah satu
sarana penunjang pendidikan, sudah tak terelakkan, tidak terkecuali di
pesantren. Saat ini Pondok Modern Ittihadul Ummah, telah didukung oleh
ketersedian komputer sebanyak 20 unit, 10 unit untuk putera dan 10 unit untuk
puteri. Di luar sarana komputer untuk bagian administrasi. Sebagaimana yang
sudah dipaparkan diatas, jumlah tersebut masih jauh dari cukup. Namun
upaya-upaya untuk terus mengembangkan dan melengkapi ketersediaan sarana dan
prasarana tersebut terus dilakukan.
b.
Peningkatan kualitas santri
Untuk memecahkan
persoalan input santri yang beragam, KMI melakukan penyaringan ujian masuk.
Penyaringan ini tidak dimaksudkan untuk menolak atau tidak menerima santri yang
belum memiliki kemampuan-kemampuan dasar yang disyaratkan, tetapi lebih
merupakan upaya untuk mengetahui kemampuan santri baru secara menyeluruh, untuk
kemudian diambil kebijakan-kebijakan pengayaan.
Setelah prosesi
tes ini dilalui, diketahuilah mana santri yang telah memiliki kemampuan dasar
pengetahuan al-Qur’an, seperti menulis dan membaca al-Quran, dan mana santri
yang belum memiliki kemampuan dasar tersebut. Setelah kondisi diketahui, maka
mereka yang dinilai tidak memiliki kemampuan dasar membaca dan menulis
al-Qur’an akan diberikan kursus-kursus mengenai cara membaca dan menulis
al-Qur’an. Instruktur dari kegiatan ini diisi oleh guru yang ditunjuk dan
dengan jadwal yang telah ditentukan. Kegiatan kursus ini berlangsung selama
satu bulan. Setiap santri yang mengikuti kegiatan tersebut diharapkan dalam
satu bulan telah mampu membaca dan menulis al-Qur’an.
Selain itu, untuk meningkatkan kualitas atau
prestasi belajar santri Ittihadul Ummah, pihak pesantren mencanangkan beberapa
program, yakni: ulangan umum, lomba cerdas cermat pada materi-materi hafalan
oleh bagian Proses
Belajar Mengajar (PBM), pemeriksaan buku catatan santri,
optimalisasi pemanfaatan perpustakaan, dengan memberikan jadwal masuk untuk
semua kelas, mengadakan ta’hi>l (pengayaan) terhadap beberapa materi
yang dianggap sulit pada belajar malam, membuat jadwal hafalan materi-materi
pelajaran serta mengadakan insya’ dan tamrina>t seminggu sekali.
Sementara itu, untuk memantau
perkembangan santri, para wali kelas dibekali buku khusus yang harus dilaporkan
kepada pimpinan pesantren setiap akhir semester. Selain itu secara rutin juga
diadakan pertemuan dengan pimpinan pesantren atau pertemuan dengan wali kelas
untuk membahas
perkembangan santri. Untuk itu hal-hal yang harus diperhatikan santri agar
belajar menjadi efektif dan produktif diantarnya: santri harus menyadari
sepenuhnya akan arah dan tujuan belajarnya sehingga ia senantiasa siap siaga
untuk menerima dan mencernakan bahan. Jadi bukan belajar asal belajar saja,
santri harus memiliki niat yang murni, niat yang benar karena Allah bukan
karena sesuatu yang lain, sehingga terdapat keikhlasan dalam belajar,
Bukan itu saja, para santripun harus senantiasa memusatkan perhatiannya
terhadap apa yang sedang dipelajari dan berusaha menjauhkan hal-hal yang
mengganggu konsentrasi sehingga terbina suasana ketertiban dan keamanan bekajar
bersama dan/atau sendiri. Dan yang tak kalah penting adalah santri Ittihadul
Ummah harus memandang bahwa semua ilmu (bidang studi) itu sama penting bagi
dirinya, termasuk bidang baca tulis al-Qur’an, sehingga semua bidang studi dipelajarinya dengan
sungguh-sungguh.
Untuk itu berdasarkan pantauan
penulis bahwa pihak Pondok Modern Ittihadul Ummah senantiasa mengadakan bimbingan terhadap
santri salah satunya dengan cara mengadakan pendekatan dengan orang tua santri.
Dan tentunya hal ini mudah saja untuk dimengerti, agar lebih memudahkan
mengindentifikasi setiap masalah yang ditemukan pada setiap santri sebagai
peserta didik. Oleh karena itu, guru berkewajiban memperhatikan masalah yang dihadapi
santri dan menjelaskan serta memberi peluang kepada murid untuk memperoleh bimbingan. Sehingga
dalam hal ini bukan saja tercipta hubungan baik antara orang tua dan guru
melainkan juga terbina hubungan antara guru dengan santri. Tetapi hubungan ini
tidak boleh meniadakan jarak dan rasa hormat murid terhadap guru. Wibawa harus
senantiasa ditegakkan, namun keakraban juga harus terjalin.
c.
Peningkatan Kualitas guru
Mengingat
peranan guru sangatlah penting dan dominan demi keberhasilan pendidikan dan
peningkatan kualitas santri, maka seorang guru harus benar-benar professional
dalam bidangnya, dan mampu mengembangkan pengetahuan dan potensi diri dalam
mengajar. Untuk itu Pimpinan Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso
mengupayakan peningkatan kualitas guru/pendidik.
Diantara upaya Pondok dalam meningkatkan kualitas guru
adalah dengan melakukan kontrol terhadap kehadiran guru dikelas, dengan jadwal
sistematis dan kongkritnya dan mengintensifkan pemeriksaan batasan pelajaran.
Upaya terakhir ini dengan melibatkan ketua kelas, yakni dengan memberikan buku
khusus yang dibagikan oleh bagian Proses Belajar Mengajar (PBM) dan dilaporkan setiap
minggu.
Adapun kegiatan Pondok Modern Ittihadul Ummah berdasarkan hasil
pendataan, dalam rangka peningkatan kompetensi keguruan, yakni: penataran guru baru. Penataran guru baru dilaksanakan dengan menghadirkan
guru-guru senior, dengan program pokok:
a)
Kopondokmoderenan.
b)
Profesi
keguruan dan guru KMI Pondok Modern
ala Gontor.
c)
Pembelajaran
Bahasa Inggris.
d)
Pembelajaran
Bahasa Arab.
e)
Petunjuk
menjaga kesehatan.
f)
Pembelajaran
dirasah Islamiyah.
g)
Ilmu
keguruan dan strategi belajar mengajar.
h)
Bimbingan
dan penyuluhan
i)
Pemantapan materi-materi eksakta
Dalam upaya meningkatkan
kompetensi guru, bagian karir guru Pondok Modern Ittihadul Ummah mengadakan pengayaan
dan pendalaman materi pelajaran. Tekanan kegiatan ini terletak pada pendalaman
materi yang sudah dan akan diajarkan secara rinci, baik pemahaman maupun
metodologi pengajaran yang dilakukan dengan pola bimbingan tutorial secara
intensif.
Dalam rangka pendalaman materi-materi
eksakta bagi guru,
Pondok
Modern Ittihadul
Ummah Gontor Poso ini,
meminta agar dikirimkan guru senior (master
teacher) untuk menjadi tutor terutama dalam materi-materi tertentu yang
dianggap urgen untuk di bahas. Tujuannya adalah untuk menyamakan persepsi dalam
metode pengajaran, serta upaya peningkatan kompetensi guru. Sebab guru akan
menunaikan tugasnya dengan baik atau dapat bertindak sebagai tenaga pengajar
yang efektif, jika pada guru tersebut berbagai kompetensi keguruan dan
melaksanakan fungsinya sebagai guru.
Penting diketahui bahwa antara guru yang satu
dan guru lainnya berbeda dan memiliki kompetensi kepribadian sendiri-sendiri
yang unik. Tidak ada guru yang sama, walaupun mereka sama-sama memiliki pribadi
keguruan. Dan pribadi keguruan ini perlu dikembangkan agar setiap guru terampil
dalam mengenal dan mengakui harkat serta potensi dari setiap individu atau atau
santri yang diajar, membina suatu suasana sosial yang meliputi interaksi belajar
mengajar/pengasuhan santri. Sehingga tercipta dan terbina suatu perasaan saling
menghormati, saling bertanggung jawab dan saling mempercayai antara guru dan
santri.
Untuk itu, berdasarkan pengamatan
penulis, guru-guru di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso tidak bosan-bosannya menyusun komponen-komponen
secara epistemologi sedemikian rupa dan disampaikannnya kepada para santri melalui
informasi-informasi dan kecakapan yang dimilikinya. Serta merencanakan atau
menyusun setiap program pembelajaran, mempergunakan dan mengembangkan media
pendidikan (alat peraga), serta mempergunakan metode-metode mengajar sehingga
terjadilah cara belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Upaya
peningkatan kualitas guru/pendidik juga dilakukan dengan cara mengirim beberapa
orang guru untuk belajar, melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi.
Saat ini beberapa orang guru di Pondok Modern Gontor sedang kuliah pada Sekolah
Tinggi Agama Islam (STAI) Poso, dan bahkan Pimpinan Pondok Modern Ittihadul
Ummah Gontor Poso, sedang menyelesaikan pada Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri (STAIN) Datokarama Palu.
D. Peran
Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso
1.
Peran sebagai Lembaga Pendidikan
Dewasa ini lembaga pendidikan yang
semakin berkembang, berinovasi dan berupaya menghasilkan out put yang siap
pakai, tidak semata hanya dimiliki oleh sekolah umum saja. Namun pondok
pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia juga mulai
merestrukturisasi kurikulum pendidikan dan sistem pembelajaran dengan
menyesuaikan terhadap perkembangan zaman, dalam artian pesantren tidak selalu
diidentikkan dengan lembaga pendidikan yang masih tradisional, tetapi pesantren
sudah mulai berinovasi dengan mengintegrasikan sistem pendidikannya pada
kurikulum nasional. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan dan peran pesantren
semakin signifikan terhadap pengembangan pendidikan Islam pada masyarakat yang
selanjutnya dapat berimplikasi terhadap pembentukan sikap yang baik.
Oleh karena dapat dikatakan bahwa itu peran Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso dalam peningkatan pendidikan Islam pada masyarakat khususnya di Kabupaten Poso sangat penting sekali, dan hal ini sebenarnya sudah merupakan tugas dan tanggung jawab Pondok sesuai dengan azaz dasar didirikannya pondok Modern Ittihadul Ummah.
Oleh karena dapat dikatakan bahwa itu peran Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso dalam peningkatan pendidikan Islam pada masyarakat khususnya di Kabupaten Poso sangat penting sekali, dan hal ini sebenarnya sudah merupakan tugas dan tanggung jawab Pondok sesuai dengan azaz dasar didirikannya pondok Modern Ittihadul Ummah.
Lebih
lanjut tentang seperti apa dan bagaimana peran Pondok Modern Ittihadul Ummah
Gontor Poso dapat dikemukakan sebagai
berikut
Sebenarnya keberadaan pondok pesantren khususnya di Poso ini sangat penting sekali perannya terhadap peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat, karena masyarakat banyak yang beranggapan bahwa pondok pesantren itu merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. nilai khususnya dalam hal spritual. Kenapa saya katakan demikian, karena sejak berdirinya pondok pesantren Ittihadul Ummah, pesantren ini sudah menjadi tempat pendalaman ilmu pengetahuan Islam dan memantapkan posisinya dalam pengembangan agama Islam. Maka dari itu banyak masyarakat yang mempercayai proses pendidikan anaknya kepada pesantren ini dengan cara memondokkan anak-anaknya dengan tujuan agar mereka bisa mempunyai pengetahuan yang luas yang dibarengi dengan akhlak yang baik.
Sebenarnya keberadaan pondok pesantren khususnya di Poso ini sangat penting sekali perannya terhadap peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat, karena masyarakat banyak yang beranggapan bahwa pondok pesantren itu merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. nilai khususnya dalam hal spritual. Kenapa saya katakan demikian, karena sejak berdirinya pondok pesantren Ittihadul Ummah, pesantren ini sudah menjadi tempat pendalaman ilmu pengetahuan Islam dan memantapkan posisinya dalam pengembangan agama Islam. Maka dari itu banyak masyarakat yang mempercayai proses pendidikan anaknya kepada pesantren ini dengan cara memondokkan anak-anaknya dengan tujuan agar mereka bisa mempunyai pengetahuan yang luas yang dibarengi dengan akhlak yang baik.
Dari hasil
wawancara tersebut dapat diketahui bahwa keberadaan Pondok Modern Ittihadul Ummah dalam upaya peningkatan pendidikan Islam bagi masyarakat Poso
dinilai memiliki
peran yang cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan
kepercayaan masyarakat untuk memasukkan anak-anak mereka ke Pondok Modern
Ittihadul Ummah Gontor Poso.
Sebagaimana Pondok
Darussalam Gontor,
Ittihadul Ummah Poso juga menekankan pentingnya pengetahuan dasar yang harus dimiliki
santri dan para alumninya, yaitu pelaksanaan ibadah sehari-hari dengan baik dan
benar, lancar
membaca al-Qur’an dan menulis huruf Arab, menguasai
dasar-dasar berhitung (matematika), bahasa Indonesia, dan pengetahuan umum lainnya. Sebagaimana
dijelaskan oleh Ustad Cecep selaku pimpinan Pondok:
“Untuk mendapatkan input yang memadai,
Pondok Ittihadul
Ummah Gontor Poso mengadakan proses seleksi sebagai quality control dan
sebagai titik tolak untuk menghasilkan output yang berkualitas”.
Namun tidak jarang seleksi yang
diselenggarakan terbentur dengan realitas, bahwa pesantren biasanya dituntut
untuk berpenampilan populis (merakyat), apa lagi diketahui bahwa kebanyakan
anak-anak yang berminat masuk ke pesantren ini tidak tahu atau belum
terlalu tahu baca tulis al-Qur'an.
Hal tersebut tidak menjadi masalah bagi
Pondok Modern Ittihadul Ummah, semua dapat diatasi, karena para tenaga pengajar dan
pengasuhnya bertekad agar Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso tetap tumbuh efektif dan berwibawa dihadapan
masyarakat dalam jangka panjang. Dan alhamdulillah, dengan keberadaan sistem yang diterapkan pondok modern Ittihadul Ummah Gontor
Poso, mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dalam menyekolahkan anaknya ke Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso. Ini dapat dilihat dari setiap tahun ajaran
baru calon santri yang mendaftar sudah lebih banyak dari tahun sebelumnya
seperti jumlah yang telah disebutkan pada sub sebelumnya.
Kenyataan
di atas memberi keyakinan kepada penulis bahwa memang pada dasarnya manusia itu
mencintai yang ma’ruf dan membenci yang munkar. Kebaikan hidup akan terwujud
apabila manusia bisa memaknai kehadirannya di muka bumi sebagai khali>fah
fi> al-ard{. Kesadaran
akan posisi
strategis inilah yang khususnya menjadi motivasi lahirnya berbagai program
kreatif dan inovatif dalam mengarahkan fungsi kekhalifhan manusia di atas bumi
sesuai dengan ajaran agama melalui proses-proses pendidikan.
Sebagai lembaga pendidikan pondok
pesantren modern Ittihadul Ummah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki
kemandirian, dalam hal kurikulum dikatakan mandiri karena lembaga ini tidak
mengambil kurikulum nasional melainkan kurikulum tersendiri yang dibuat
langsung oleh Gontor Ponorogo sebagai
pembinanya.
Proses pendidikan di pondok ini
melibatkan para santri sebagai subjek bukan objek dari pendidikan, artinya
di pondok ini para santri mendidik diri mereka sendiri dengan melalui berbagai
aktivitas, kreativitas dan interaksi sosial yang sangat penting bagi pertumbuhan/
penyempurnaan karakter santriawan dan santriwati yang tentunya hal ini
dimaksudkan sebagai persiapan santri kelak terjun dalam kehidupan
bermasyarakat.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa Ittihadul Ummah berperan membantu
mengaktualisasikan diri para santrinya agar menjadi tangguh baik sebagai
individu maupun dalam kelompok. Tangguh
dalam artian bukan sekedar bisa hidup di masyarakat melainkan bisa menghidupi
masyarakat bukan saja dipimpin tetapi
juga sanggup memimpin, alias menggerakkan masyarakat.
Untuk
menumbuhkan potensi-potensi tersebut diperlukan latihan-latihan melalui
program-program ekstra kurikuler, inilah yang dimaksud dengan mendidik diri
sendiri dengan tidak menggantungkan diri kepada orang lain karena pemuda yang
terdidik menolong diri sendiri dapat menghadapi masa depan dengan penuh harapan
serta jalan hidup yang terbentang luas didepannya. Itulah
sebabnya sistem pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Modern Ittihadul
Ummah Gontor Poso adalah sistem pendidikan wajib berasrama.
Pondok
adalah tempat berlatih agar menjadi orang yang suka dan pandai menolong, bukan
yang hanya selalu minta tolong. Oleh
karena itu disini dilatih mengurus diri sendiri, mencuci
sendiri, termasuk pegang keuangan sendiri. Tapi bukan berarti santri
pondok pesantren modern Ittihadul Ummah menganut paham kebebasan dan terlepas
dari pengawasan. Karena dengan tidak adanya pengawasan, belajarnyapun seenaknya
pula, sehingga waktu yang terpakai tidak
seimbang dengan ilmu yang didapat. Dipondok pesantren
modern Ittihadul Ummah dilaksanakan sistem pendidikan pertengahan. Artinya
tidak terlalu bebas dan tidak terlalu sempit. Jadi para santri masih mendapat
kebebasan seluas mungkin dalam batas-batas yang tidak membahayakan pendidikan
dan disiplin antara para santri sendiri
yang dijalankan dengan penuh kesadaran tidak ada paksaan. Sebagaimana
yang disampaikan oleh ustadz Cecep Sobar Rahmat “Kehidupan dalam
pondok pesantren ini dijiwai oleh suasana-suasana yang
dikatakan sebagai panca jiwa yaitu keikhlasan, kesederhanaan, berdikari,
ukhuwah diniyah dan kebebasan”.
Pertama, keikhlasan
merupakan pangkal perbuatan yang dilaksanakan tanpa pamrih, melainkan
semata-mata karena ibadah kepada Allah swt. Karena bagi santri Ittihadul Ummah
keikhlasan adalah kunci dari diterimanya amal di sisi Allah swt. Begitulah
suasana pendidikan yang diterapkan di Pondok Modern
Ittihadul Ummah Gontor Poso dalam mengembangkan perannya sebagai
lembaga pendidikan.
Di
Ittihadul Ummah, suasana dimana semua tindakan didasarkan pada keikhlasan.
Yaitu ikhlas dalam bergaul, dalam nasihat menasihati dalam mempimpin dan
dipimpin, ikhlas mendidik dan dididik, ikhlas berdisplin dan
sebagainya. Suasana seperti ini dilaksanakan antar sesama santri, antara santri
dengan guru, antara santri dengan kyai,
antara guru dengan guru dan sebagainya. Contoh
konkrit dari penanaman jiwa keikhlasan ini seperti dalam mendidik santri, kyai dan
guru ikhlas tidak dibayar. Jadi di
Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso tidak
ada sistem gaji untuk guru.
Dengan
demikian segala gerak gerik dalam Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor
Poso berjalan dalam suasana keiklasan yang mendalam. Sehingga tercipta suasana
hidup yang harmonis antara guru yang disegani
dan santri yang taat dan penuh cinta serta hormat dengan segala keikhlasan.
Kedua, kehidupan
dalam pondok diliputi suasana kesederhanan. Sederhana
bukan berarti pasif atau mau saja menerima,
tapi sederhana disini diartikan kekuatan atau
ketabahan hati, penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup dengan segala
kesulitan. Dengan jiwa kesederhanaan ini
pula terpancar jiwa besar, berani maju serta pantang mundur dalam segala
keadaan. Dengan jiwa kesederhanaan ini juga tumbuh karakter yang kuat yang menjadi
syarat bagi suksesnya perjuangan dalam segala segi kehidupan. Kebiasaan
ini menjadi modal yang berharga untuk membangun sikap pantang mundur dalam
menghadapi hidup.
Contoh
kesederhanaan yang diajarkan antara lain: kesederhanaan dalam berpakaian,
potongan rambut, makan, tidur, berbicara, bersikap dan bahkan berfikir. Contoh
kesederhanaan ini dapat penulis saksikan dari kehidupan kyai dalam hal ini ustadz Cecep, baik
dirumah, cara berpakaian, pola makan,
bertingkah laku, serta sikap hidupnya. Begitupun pada kehidupan para santri,
dimana tidak terlihat perbedaan antara santri yang kaya dan miskin. Hal ini
membuat santri yang kurang mampu tidak minder dan santri yang kaya tidak
sombong.
Ketiga adalah
berdikari atau disebut juga kesanggupan menolong diri sendiri. Hal ini tidak
saja berlaku untuk santri sebagai individu, tetapi juga pondok pesantren
sebagai institusi, contoh dari jiwa berdikari adalah dalam kehidupan keseharian
Ittihadul Ummah, santri dididik untuk mengurus segala keperluannya secara
mandiri termasuk kebersihan kampus juga menjadi tanggung jawab santri. Setiap
hari ada piket dari santri yang membersihkan kamar, asrama, depan asrama,
kelas, masjid, aula, kantor-kantor dan sebagainya. Untuk pendidikan kemandirian
ini santri lebih ditekankan agar mampu bertanggung jawab terhadap beban yang
diberikan kepadanya.
Sikap
berdikari/disiplin yang dimaksud dalam ayat tersebut termasuk etos
kerja diantaranya:
a.
Disiplin dalam beribadah kepatuhan dalam
beribadah merupakan ketaatan yang berhubungan kepada Allah swt.
b.
Disiplin menuntut ilmu pengetahuan. Dalam
menuntut ilmu pengetahuan baik yang bersifat duniawi dan ukhrawi dan atau
keduanya hukumnya wajib
c.
Disiplin sebagai warga negara.
Sebagai
warga negara yang baik, disiplin harus menaati undang-undang dan peraturan-peraturan serta berbagai
produk hukum lainnya. Tindakan seperti ini merupakan sikap dan perilaku yang
terpuji menuju negara adil, makmur dan sejahtera.
Dengan
demikian, sikap berdikari dapat dikatakan sebagai satu langkah mendidik santri
dalam memberi inspirasi memainkan peran tentang perubahan nasib yang dalam hal
ini sangat tergantung pada diri santri itu sendiri.
Keempat adalah ukhu>wah dini>yah/jiwa
persaudaraan. Jiwa persaudaraan ini menjadi dasar hubungan antara santri, kyai dan guru dalam sistem kehidupan pondok
pesantren. Dari sinilah tumbuh kerelaan untuk saling
berbagi dalam suka dan duka, hingga kesenangan dan kesedihan dirasakan bersama.
Kesadaran berbagi seperti ini diharapkan
tidak hanya berlaku ketika santri berada dipondok pesantren, melainkan menjadi
bagian dari kualitas pribadi yang dia miliki setelah tamat dari pondok dan
berkiprah di masyarakat.
Kelima adalah jiwa
kebebasan jiwa ini terkait dengan kemandirian, karena dengan memiliki jiwa
mandiri seseorang dapat bebas menentukan pilihannya. Jiwa inilah yang dianut
oleh Gontor dalam menentukan kurikulum, kalender pendidikan dan program
pendidikan.
Kelima
panca jiwa tersebut diharapkan mampu dimiliki oleh
setiap santri sebagai bekal terjun dimasyarakat
kelak. Untuk Itu guru/pengasuh sebagai tenaga pendidik merupakan salah
satu faktor yang amat penting, karena pendidik itulah yang bertanggung jawab
dalam pembentukan pribadi anak didiknya, keberhasilan seorang pendidik dapat
dilihat dari hasil luaran pondok pesantren yang menjadi tempat pengabdiannya.
Santri/anak didik yang berkualitas menunjukkan kualitas terhadap pendidiknya.
Menjadi seorang pendidik yang baik yakni bukan saja menguasai bahan mata
pelajaran yang akan disajikan akan tetapi mengetahui juga bagaimana cara
penyajiannya, begitu pula dengan metode pengajaran yang akan diterapkan karena
tanpa itu semua maka pendidikan yang diselenggarakan akan mengalami stagnasi
(kemadekan).
Untuk
itu, sangat tepat apa yang dilakukan
Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso bahwa dalam meningkatkan
kualitas manusia, hal yang strategis dilakukan menurut ustad Cecep Sabar Rahmat
adalah:
1. Peningkatan kualitas
ibadah
2. Pengembangan kualitas
hidup manusia
3. Peningkatan kualitas
kerja manusia
4. Kemampuan untuk berkarya
dan
5. Kemampuan/kreativifitas
berfikir.
Pertama, peningkatan
kualitas ibadah dilakukan di pondok pesantren modern Ittihadul Ummah Gontor
Poso agar setiap santri mengerti betul tujuan penciptaan mereka dibumi yaitu
untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat setiap
santri mensyukuri nikmat Allah swt yang diberikan kepada manusia serta
mengingatkan kewajiban yang harus dijalankan dan berbagai larangan yang harus
dihindarkan.
Kedua, diperlukan
pengembangan kualitas hidup manusia dalam hal ini santri Pondok Modern
Ittihadul Ummah Gontor Poso, melalui peningkatan kualitas lingkungan hidup di
pondok dan kelak mereka tamat dari pondok. Dalam hal ini untuk menumbuhkan
semangat kebersihan diri santri, KMI Pondok Modern
Ittihadul Ummah Gontor Poso mengadakan lomba kebersihan antar kelas setiap
minggu. Pemenangannya akan mendapat hadiah, sedangkan kelas yang mendapatkan
nilai kebersihan terendah akan memperoleh sanksi, yakni pembersihan kompleks
kelas selama satu minggu. Selain itu untuk memperindah
ruang kelas dan memotivasi santri mencintai al-khat} al-‘arabi>,
diadakan juga lomba kaligrafi, dan masih banyak kegiatan kedisplinan lainnya.
Ketiga, peningkatan
kerja santri ini dimaksudkan agar para santri dapat melakukan kerja secara
profesional. Hal ini dilakukan dengan cara menggali minat dan bakat para santri
dan membuat mereka melakukan yang terbaik dalam bidang yang diminatinya.
Keempat, hal yang perlu
ditingkatkan pula adalah kemampuan untuk berkarya. Para guru terus membina
santri agar memiliki orientasi berbuat, berprestasi dan berkarya. Artinya para
santri dididik dan diarahkan untuk menghasilkan karya terbaik dalam bidang yang
diminatinya. Misalnya saja menghasilkan karya tulis, melukis, kaligrafi. Hasil
teknologi untuk pertanian, transportasi, komunikasi, rumah tangga, pakaian dan
seterusnya. Untuk peningkatan kualitas santri, di
Gontor Poso ini tidak hanya diajarkan ilmu pengetahuan dalam artian yang
disampaikan dikelas, tetapi juga diberi bekal keterampilan dengan beberapa kursus keterampilan seperti kaligrafi, menjahit, masak-memasak, elektronik, kursus komputer, dan keterampilan
bercocok tanam.
Kelima adalah
peningkatan kualitas berfikir para santri sebagai contoh; lomba cerdas cermat,
mengarang,
bahkan seperti di Gontor Ponorogo diterapkan kebiasaan bedah buku. Hal ini
dimaksudkan untuk memotivasi santri agar bisa, mau, serta cinta belajar dan
berfikir. Dengan kebiasaan seperti ini, para santri nantinya,dalam belajar dan berfikir, tidak lagi
merupakan hal yang dipaksakan, tetapi merupakan kegiatan yang dilakukan secara
aktif dengan penuh kesenangan.
Kelima komponen di atas menjadi
barometer Pondok
Modern Ittihadul
Ummah Gontor Poso dalam mengembangkan kualitas sumber daya santri. Untuk itu guru/pengasuh yang
ada tidak hanya bertugas mengajar dan mendidik tapi juga membimbing karena ada
beberapa hal yang perlu disadari bahwa peran Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Gontor Poso sebagai
lembaga pendidikan
amatlah strategis terutama karena Poso merupakan daerah yang populasi
umat Islam kurang lebih
sama dengan jumlah umat
lain dalam hal ini Kristen, Hindu dan Budha. Dengan demikian meningkatkan
kualitas santri adalah notabene mengangkat separuh jumlah masyarakat muslim dalam rangka pengembangan misi
Islam kedepan. Berarti pula tugas Ittihadul Ummah dalam meningkatkan kualitas
dirinya. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa pondok pesantren merupakan lembaga yang diharapkan
mampu ikut andil dalam meningkatkan kualitas generasi Islam.
Hal ini relevan dengan tujuan
didirikannya Pondok
Modern Gontor
sebagai berikut :
a.
Terwujudnya
generasi yang unggul menuju terbentuknya khair ummah
b. Terbentuknya generasi mukmin-muslim
yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas,
serta berkhidmat pada masyarakat.
c. Lahirnya ulama intelek yang memiliki
keseimbangan dzikir dan fikir.
d. Terwujudnya warga negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan
bertakwa kepada Allah swt.
Berdasarkan tujuan tersebut dapat
dikatakan bahwa peningkatan sumberdaya manusia/santri yang berkualitas dalam
hal ini tidak saja menguasai ilmu umum tapi lebih
dari itu ilmu keislaman adalah menjadi agenda penting. Artinya kelak
sebagai alumni pesantren dapat menjadi pemimpin umat yang memiliki
IMTAK dan IPTEK dan mampu menjadikan Islam sebagai rahmatan lil a>lami>n.
Hal tersebut tidak terlepas dengan
fungsi pesantren sebagai lembaga pengkaderan yang berhasil mencetak kader umat dan kader bangsa.
Ini dilihat dengan banyaknya alumni pesantren yang menjadi pemimpin umat dan bangsa atau menjadi
elit strategis dalam berbagai bidang kehidupan selain banyak yang menjadi guru atau
mubaligh, tidak sedikit keluaran pesantren yang menjadi pengusaha, tentara,
cendikiawan. Hal ini tidak lain karena agenda masa depan suatu pesantren tidak
terlepas dari agenda bangsa secara keseluruhan.
Sebagai bagian integral dari
kehidupan bangsa, Pondok
modern Ittihadul Ummah ikut bertanggung jawab terhadap masalah yang dihadapi
oleh umat khususnya
umat Islam Poso. Sebagai konsekwensinya, Ittihadul Ummah dituntut dapat
berperan serta dalam memecahkan masalah
dan tantangan, terlebih lagi keadaan setelah konflik Poso. Apalagi,
seperti yang telah diungkapkan oleh sebagian masyarakat Poso bahwa Poso saat
ini setelah konflik membutuhkan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bisa menciptakan kader-kader Islam yang kuat dan tangguh
yang mampu menjadi benteng dan pertahanan umat di masa datang”.
Dari
pemaparan diatas, dapat dipahami bahwa sejauh ini, sungguhpun keberadaan Pondok
Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso ini baru seumur jagung, namun harapan
masyarakat sangat besar terhadap perannya sebagai lembaga pendidikan Islam yang
akan menghasilkan kader-kader muslim yang unggul.
2.
Peran dalam Pengembangan Islam
Berbicara tentang peran Ittihadul
Ummah dalam pengembangan Islam berarti juga berbicara tentang perlunya
pengembangan manusia. Hal ini cukup menarik.
Tingginya peran pesantren kini makin
disadari terlebih Ittihadul Ummah yang keberadaannya
memiliki hubungan dengan keadaan masyarakat Poso pasca konflik ini merupakan trend
yang sangat baik untuk meningkatkan peran pesantren di dalam pengembangan syiar
Islam.
Perlunya meningkatkan kualitas
manusia juga sudah menjadi pokok bahasan di seluruh dunia. Di Indonesia hal ini
lebih dikenal dengan pengembangan sumberdaya manusia (SDM) yang diyakini sebagai sumber keunggulan kompetitif
bangsa di masa depan. Sedang pada tingkat global sering pula didengar istilah
pembangunan yang bertitik sentral pada manusia.
Peran Pondok Modern
Ittihadul Ummah Gontor Poso dan pengembangan Islam merupakan suatu hal yang
sangat strategis karena ini berarti juga pembinaan manusia yang berilmu dan
berkualitas serta faktor strategis yang secara spesifik diemban oleh Pondok
Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso dalam pembinaan manusia berilmu dan
berkualitas tersebut.
Hal ini
sesuai dengan harapan masyarakat sebagaimana yang disampaikan oleh H. Lili Sumarli selaku pejabat di Kementrian
Agama Kabupaten Poso bahwa Masyarakat
muslim Poso pada dasarnya mengharapkan dengan adanya pondok Pesantren Gontor
Poso ini, bisa membina anak-anak Poso pada khususnya, agar memiliki pengetahuan
agama dan pengetahuan umum secara luas, sehingga mereka bisa menjadi anak-anak
yang terampil dan bertanggung jawab
untuk memajukan kabupaten Poso.
Dengan demikian sangat pantaslah,
jika para orang tua memasukan anak-anak mereka ke Pondok Pesantren Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso, setelah konflik sosial terjadi di Poso. Hal ini tentu tidak lain
dimaksudkan sebagai suatu upaya pencarian potensi kedamaian yang mungkin dapat
diimplementasikan dalam mengatasi berbagai konflik serta memperkuat bangunan
kesatuan masyarakat Poso.
Dalam kaitan ini, tentunya menjadi
sangat relevan untuk membahas pesantren sebagai basis generasi masa depan yang
diharapkan muncul sebagai basis pendidikan yang mengutamakan akhlak (Imtak),
sehingga dapat memberikan kontribusi moral dan kemanusiaan pada dunia Iptek. Olehnya itu, dalam hal ini masyarakat Poso
berharap kepada pondok modern Ittihadul Ummah
sebagai sistem
dan institusi pendidikan yang bersifat khas dapat dikembangkan menjadi basis aktualisasi
generasi masa depan.
Dengan demikian dapat penulis katakan
bahwa eksistensi Ittihadul Ummah sebagai pesantren dalam perubahan sosial benar-benar berfungsi sebagai penyebaran
dan pengembangan Islam. Dan tentunya hal ini tidak lain karena pondok pesantren
merupakan basis penempaan dan tertanamnya tradisi proses belajar
mengajar dengan konsep Kulliyatu al-Mu’allimi>n al-Isla>miyah sebagai salah satu orientasi dan tujuan pendidikan pesantren
Ittihadul Ummah Gontor
Poso, yaitu pribadi yang utuh, mandiri dan
berakhlak tinggi, dan memiliki kecerdasan dan kepintaran jauh
lebih diutamakan.
Di samping itu pula, di pesantren ini
diterapkan tradisi pemondokan atau tinggal diasrama, dimana setiap santri
terlatih untuk menolong yang lain, disiplin untuk meneguhkan kepribadian serta
saling menghormati. pesantren
dengan kelebihan pendidikan intens 24 jamnya, memiliki banyak waktu untuk
menyisipkan aneka pendidikan. Salah satunya multikulturalisme. Pola umum yang
nyaris diberlakukan di berbagai Pondok Modern adalah sistem pendidikan multikultur yang menyatu dalam
aturan dan disiplin pondok. Salah satunya dalam urusan penempatan pemondokan
(asrama) santri. Di Pondok Modern
Ittihadul Ummah Gontor Poso, tidak diberlakukan penempatan permanen santri di sebuah asrama. Dalam
arti, seluruh santri harus mengalami perpindahan sistematis, setiap satu semester mereka
akan mengalami perpindahan antar kamar dalam asrama yang mereka huni. Hal ini ditujukan untuk
memberi variasi kehidupan bagi para santri, juga menuntun mereka memperluas
pergaulan dan membuka wawasan mereka terhadap aneka tradisi dan budaya
santri-santri lainnya, serta menumbuhkan jiwa sosial mereka terhadap
keragaman. Penempatan
santri tidak didasarkan pada daerah asal atau suku. Bahkan, penempatan telah
diatur sedemikian rupa oleh pengasuh pondok, dan secara maksimal diupayakan
kecilnya kemungkinan santri-santri dari daerah tertentu menempati sebuah kamar
yang sama.
Ketentuan yang diberlakukan, satu kamar maksimal tidak boleh
dihuni oleh lebih dari tiga orang santri
asal satu daerah. Menurut Abdullah
Syukri Zarkasyi, upaya ini untuk melebur semangat kedaerahan mereka ke dalam
semangat yang lebih universal. Di samping itu, agar santri juga dapat belajar
kehidupan bermasyarakat yang lebih luas, berskala nasional, bahkan
internasional bersama para santri lainnya. Namun,
penerapan pola pendidikan ini, menurut Syukri Zarkasyi, tidak berarti menafikan
unsur daerah. Karena unsur kedaerahan telah diakomodir dalam kegiatan daerah
yang disebut “konsulat”, yang ketentuan organisasi dan kegiatannya telah diatur,
khususnya untuk diarahkan menolaknya menjadi sumber fanatisme kedaerahan.
Di Pondok Ittihadul Ummah ini, kami upayakan agar
para santri dapat berbaur tanpa ada perbedaan, mengingat masa lalu Poso yang
pernah mengalami konflik, kami rasa sangat tepat untuk diajarkan bagaimana
hidup bertoleransi dan saling menghargai, untuk itu kami berlakukan berbagai
cara demi untuk menumbuhkan jiwa sosial dan saling menghargai terhadap
keragaman yaitu diantaranya dengan
menempatkan santri secara membaur tanpa adanya pengelompokan, dan secara
berkala mengatur penempatan santri dalam suasana yang berbeda-beda dengan
pergantian penghuni antara satu kamar dengan kamar yang lain. Hal ini dilakukan
agar santri dapat beradaptasi dan membaur dengan santri lainnya, dalam artian
mereka tidak monoton berteman dan akrab dengan teman yang itu-itu saja, dan
bisa saling mengenal budaya dan kebiasaan masing-masing.
Pendidikan multikulturalisme
lainnya dalam intensitas pendidikan Pondok Modern adalah diberlakukannya aturan
mengikat yang melarang santri berbicara menggunakan bahasa daerah. Selain
bahasa utama Arab dan Inggris, ketika masuk lingkungan pondok santri hanya
dibolehkan berbicara bahasa Indonesia dalam beberapa kesempatan dan
kepentingan. Pendisiplinan santri dalam pendidikan multikulturalisme lewat
bahasa ini sangat ketat. Bagi santri yang melanggarnya akan diberi hukuman
bervariasi yang edukatif. Pendidikan toleransi atas perbedaan juga kental
diajarkan dalam sistem pendidikan Pondok Modern ini. Keberagaman pemikiran dan ijtihad diajarkan kepada santri tanpa
pemaksaan, atau mengajarkan mereka untuk memaksakan ide. Sikap toleransi
terhadap perbedaan pendapat sangat diunggulkan sistem pendidikan Pondok Modern.
Keutamaan pendidikan
multikulturalisme di pondok modern juga tercermin dari muatan/isi kurikulum
yang mengajarkan pewawasan santri akan keragaman keyakinan. Dalam
kelompok bidang studi Dirasah Islamiyah, sebagai contoh, diajarkan materi khusus muqa>ranat al-adya>n (Perbandingan Agama) yang konten luasnya memaparkan
sejarah, doktrin, isme, fenomena dan dinamika keagamaan di dunia. Materi ini
sangat substansial dalam pendidikan multikulturalisme, karena santri diwawaskan
berbagai perbedaan mendasar keyakinan agama mereka (Islam) dengan agama-agama
lain di dunia. Materi ini sangat potensial membangun kesadaran toleransi
keragaman keyakinan yang akan para santri temui saat hidup bermasyarakat kelak. Untuk
pendidikan multikultural secara formal, sudah masuk dalam kurikulum muqa>ranat al-adya>n, disitu
diajarkan tentang berbagai agama, bukan hanya agama-agama di Indonesia saja,
tetapi semua agama-agama di dunia. Diantaranya agama Shinto, Konghucu, Yahudi,
Nasrani dan sebagainya. Sedangkan untuk aplikasinya, kita sudah mengadakan
interaksi dengan masyarakat yang non-muslim, meskipun baru sebatas partisipasi
dalam pertandingan-pertandingan olahraga. Jadi tidak ada yang namanya sikap
menutup diri dari komunitas diluar Islam. Bahkan beberapa waktu yang lalu kami
juga mengikuti kegiatan DIAN (Dialog antar Agama), yang salah satunya dihadiri
oleh Guru Besar ilmu Antropologi Prof. Tamrin Tamagola yang sempat juga datang
berkunjung kesini.
Dalam pendidikan sikap
multikulturalistik, Pondok Modern
Ittihadul Ummah juga
menerapkan pewawasan rutin melalui visualisasi aneka kultur dan budaya para
santrinya. Setiap tahun ajaran baru digelar seremoni besar khutbatul arsy (pekan perkenalan) dengan salah satu materi acara berupa
pertunjukan aneka kreasi dan kreativitas pelangi budaya semua elemen santri,
berdasarkan kategori “konsulat” (kedaerahan). Dalam acara ini dilombakan
demontrasi keunikan khazanah dan budaya tempat domisili asal santri. Semua
santri diwajibkan terlibat dalam kegiatan ini. Kegiatan pembuka tahun ajaran
baru ini ditujukan untuk menjadi pencerah awal dan pewawasan kebhinekaan budaya
dalam lingkungan yang akan mereka huni.
Kegiatan apel tahunan khutbatul arsy
dilakukan dengan tujuan untuk mengenalkan kepada santri kehidupan di Pondok
Modern Gontor secara menyeluruh. Terkait dengan cara pandang terhadap Gontor,
para pendirinya sangat menekankan agar jangan memandang secara
setengah-setengah, hal ini dikarenakan: pertama,
kepercayaan orang tua yang sudah dititipkan kepada Gontor untuk mendidik
anaknya, menuntut adanya keikhlasan dalam belajar, yang sepenuhnya diamanahkan
kepada pengelola pesantren. Kedua,
untuk mendukung penciptaan lingkungan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang
kondusif, rasa kepercayaan tersebut harus dikelola dengan totalitas.
Dua hal diatas, memerlukan sistem yang menjadi objek vital dalam PBM
peserta didik dalam sebuah pesantren. Sistem tersebut harus bersifat total, dan
harus mengikuti setiap aturan disiplin yang sudah terbina sejak lama tersebut.
Adapun jika tidak kuat, santri bebas untuk menentukan pilihan, antara keluar
dari Gontor atau tidak. Karena memang dari awal sistem rekrutmen para santri
untuk masuk Gontor sudah disetting, bahwa Gontor bukanlah tempat penampungan,
apalagi penampungan anak-anak nakal.
Berdasarkan hal di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa pendidikan pesantren disamping mendidik santri menjadi
cerdas, berakhlak, juga dilatih agar kelak dapat memiliki etos kerja
atau cara berbuat/semangat kerja, dan etos kerja ini akan tampak dalam sikap dan tindakan yang
dilandasi suatu kenyakinan bahwa bekerja
itu ibadah yang kelak akan memuliakan dirinya sebagaimana manusia pilihan (khairu ummah). Dan bekerjapun merupakan aktivitas
atau ikhtiar untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya,
seorang santri diharapkan bekerja sesuai dengan etika islami misalnya,
mencintai pekerjaan yang dilandasi semata-mata berbuat amal shaleh dan ikhlas
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kesanggupan dan berkesinambungan,
bekerja secara profesional dan diupayakan dalam cara yang halal.
Berkaitan
dengan persoalan etos kerja dalam pengembangan Islam, setiap santri juga harus
memiliki sikap disiplin seperti yang telah diupayakan di pondok modern Ittihadul Ummah Poso, jiwa kepemimpinan, sikap kerja keras
dan kematangan emosi.
Kompetensi tersebut telah perlahan-lahan dilatih dan diterapkan di
lingkungan pesantren Gontor Poso. Begitu pula di pondok ini para santri diterapkan untuk menganut sikap keterbukaan baik
antara santri dengan santri maupun antara
guru dan santri. Artinya, hal ini sebagai solusi dari setiap masalah yang dihadapi di
pondok modern Ittihadul Ummah Gontor Poso seperti pada penuturan salah seorang santriwati Vita Ramadhanti yang membuat saya tertarik untuk terus belajar dipondok ini yaitu adanya
sikap keterbukaan di antara kami para santri dan guru setiap ada masalah yang kami temukan misalnya dalam
hal pelajaran ustadzah di pondok ini dengan ikhlas turut serta memecahkannya.
Sehingga kami sebagai santri tidak merasa disepelekan. Melainkan kami selalu
merasa disayangi, diperhatikan, seperti kami berada
pada keluarga sendiri.
Demikianlah gambaran keterbukaan atau
persamaan yang ada di pondok modern Ittihadul Ummah Gontor Poso. Dimana para santri dan guru
tidak saling terasing dan menutup
diri dari lingkungannya. Para santri dan
guru senantiasa membuka diri, dalam hal ini menjalin
hubungan yang baik kepada sesamanya. Dengan terciptanya hubungan yang baik, mereka akan sadar
terhadap keberadaan dirinya. Yakni keberadaan sebagai manusia yang tidak dapat tumbuh dan berkembang tanpa adanya orang lain.
Olehnya itu, manusia di dunia harus hidup bersama karena dengan kebersamaan itu
akan tercipta kesadaran hakiki, yaitu kesadaran sebagai hamba yang memiliki
keterbatasan.
Dengan terbinanya sikap dan perilaku
di atas, maka dapatlah dipastikan bahwa fungsi dan peranan pesantren Ittihadul
Ummah sebagai wadah penyiaran agama dan pengembangan Islam dapat terealisasi di
Poso pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Dan tentunya sikap seperti demikian dekat dengan sikap
dan perilaku seorang ulama sebagai
pewaris nabi, yang kehadirannya
dirasakan sangat penting dalam struktur dan dinamika masyarakat terutama
masyarakat Islam Poso. Untuk menjadi seorang ulama atau kyai, maka santri dituntut untuk
menguasai berbagai disiplin, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama. Walaupun sekarang masih belum ada kader ulama
di pondok ini, alasannya karena pondok ini baru berusia sekitar tiga tahun. Namun upaya kearah itu sejak dari awal dibukanya pesantren ini sudah mulai dibina. Pembinaan tersebut misalnya
dengan melalui peningkatan kualitas siswa.
Dan tentunya semua itu dimaksudkan, agar tercipta
kader-kader yang berkualitas
yang dapat diharapkan dalam pengembangan Islam kedepan pada masyarakat muslim dan muslimat
khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
3.
Peran dalam Pembinaan Masyarakat
Agar pesantren mampu menegaskan
dirinya sebagai lembaga pendidikan yang berbasis masyarakat, maka pesantren
dituntut untuk mendesain lembaga pendidikannya sebagai lembaga yang mampu
menyiapkan santrinya sebagai komponen penting dalam pengembangan masyarakat.
Pengembangan peran pesantren dalam
konteks pemberdayaan masyarakat dapat dibagi dalam beberapa :
a.
Peran dalam pengembangan keagamaan
masyarakat
Pondok pesantren dalam
posisi dianggap mampu menjadi transformatif, motivator dan
innovator dalam mengembangkan nilai-nilai Islam di tengah-tengah
masyarakat, mengarahkan ummat menuju pembangunan masyarakat berkembang
membangkitkan kemajuan ummat Islam memenuhi kualitas hidup beragama dan
berbangsa. Para ulama, juru dakwah ataupun muballigh yang bersumber dari pondok
pesantren sangatlah besar andilnya dalam pengembangan
keagamaan masyarakat yang dimanifestasikan dalam amar ma’ru>f nahyi> munka>r, sehingga masyarakat mempunyai
kesadaran tinggi menjalankan agamanya. Hal ini dapat
dilihat dari peran para pengajar yang sekaligus
muballigh di Pondok Modern Ittihadul Ummah yang turut berpartisipasi
dalam berbagai kegiatan keagamaan di masyarakat Poso pada umumnya dan khususnya
masyarakat disekitar lingkungan Pondok.
Sejak dibukanya pesantren Gontor ini, kami merasakan manfaat yang cukup
besar, karena selain sebagai tempat menuntut ilmu agama bagi santri di dalam
Pondok, kami masyarakat juga mendapat
pengetahuan agama. Para ustadz di pesantren sering memberikan ceramah di pengajian-pengajian,
mengisi khotbah jum’at di masjid-masjid, menghadiri dan mengisi acara-acara
seperti tasyakuran, walimah, setiap bulan Ramadhan Pondok
pesantren rutin mengajak serta masyarakat sekitar sini untuk berbuka puasa
bersama, serta pada saat idul adha pihak pesantren memberikan bagian daging
qurban kepada masyarakat yang kurang mampu.
Dari pemaparan tersebut diatas, dapat dijelaskan bahwa potensi pesantren sebagai agen
perubahan sosial di pedesaan memang sangat strategis. Di samping secara umum
pesantren berada di tengah-tengah masyarakat, bahkan bisa dikatakan kebanyakan
Pondok Pesantren memang
berada di desa, sehingga hubungan dengan masyarakat juga sangat dekat. Sehingga dapat
dikatakan bahwa Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso telah berperan serta
dalam pengembangan keagamaan masyarakat. Pembinaan yang dilakukan di masyarakat tidak lain merupakan
upaya mengembangkan nilai keagamaan yang diharapkan dapat tertanam ke dalam jiwa masyarakat
khususnya di
wilayah kabupaten Poso.
b.
Peran dalam pemberdayaan ekonomi.
Pesantren selain berperan sebagai lembaga pendidikan Islam, juga mempunyai peran strategis
dalam pemberdayaan ekonomi. Hal ini mencakup
sektor internal dan sektor eksternal. Sektor internal merupakan
pengembangan pemberdayaan ekonomi internal dalam pesantren yang manfaatnya
dirasakan oleh santri dan guru dalam pesantren tersebut. Karena didalam pesantren dapat
diintegrasikan praktek-praktek ekonomi yang bisa menjadi pengalaman berharga
bagi para santri/siswa selepas dari pendidikan di pesantren. Misalnya di
Pondok Modern Ittihadul Ummah yang mengembangkan usaha peternakan, perkebunan dan pengembangan manajemen koperasi (kapontren) . Selain sebagai
pemberdayaan ekonomi pesantren, kegiatan tersebut merupakan pengalaman dan
pelatihan bagi para santri yang berguna ketika terjun secara
langsung di masyarakat nantinya. Kedua, sektor eksternal, dalam hal ini pesantren memberikan
kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar pesantren.
Jumlah kebutuhan santri dan siswa tidak mungkin dapat dipenuhi oleh koperasi
pesantren secara keseluruhan.
Di
Pondok Ittihadul Ummah ini kami juga mengembangkan usaha-usaha dibidang
pertanian dan peternakan. Saat ini kami mengembangkan perkebunan coklat seluas
satu setengah hektar, usaha peternakan dengan empat ekor sapi yang sudah kami
punyai, dua bidang kolam ikan lele, dan yang sementara dicoba adalah
pembudidayaan sarang burung walet. Dalam hal ini, selain memberdayakan santri,
juga turut memberdayakan masyarakat,
diantaranya memperkerjakan masyarakat setempat dilingkungan Pondok sebagai pekerja taman dan kebun, serta juru
masak putra-putri, dan masyarakat sekitar yang memang kebanyakan bekerja di
bidang perkebunan kami jadikan sebagai pemasok kebutuhan santri sehari-hari.
Dari
pemaparan diatas, dapat dikatakan bahwa Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor
Poso telah mengembangkan ekonomi berbasis pesantren, sekalipun masih dalam
skala kecil. Dengan demikian, keberadaan Pondok Modern Ittihadul Ummah telah
dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar, dan dari praktek ekonomi inilah
warga masyarakat sekitar Pondok mempunyai tambahan penghasilan yang bermanfaat bagi kehidupan ekonominya.
c.
Peran dalam pengembangan sosial budaya.
Masalah sosiokultural erat sekali hubungannya dengan masalah
kemasyarakatan. Dinamika masyarakat yang terus melaju seiring perkembangan
informasi telah mengakibatkan bergesernya tata nilai masyarakat pedesaan yang
merupakan penduduk mayoritas di Indonesia. Dapat dikatakan bahwa proses pembaharuan dan perubahan sosial
seyogyanya ditumbuhkan melalui pendayagunaan modal kebudayaan yang telah
dikenal masyarakat kita seperti lembaga pesantren.
Dengan fungsi sosialnya, Pondok Pesantren diharapkan peka dan menanggapi
persoalan-persoalan kemasyarakatan seperti mengatasi kemiskinan, memelihara
tali persaudaraan, memberantas pengangguran, memberantas kebodohan dan
menciptakan kehidupan yang sehat. Usaha-usaha yang memiliki watak sosial ini
bukan saja kegiatan-kegiatan yang langsung ditujukan kepada masyarakat,
melainkan juga melalui program internal (kurikuler) pesantren.
Jika kita mengamati perkembangan
dunia yang semakin pesat serta pengaruh globalisasi yang semakin trasnparan di
semua aspek kehidupan manusia, maka Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso
diharapkan mempunyai peranan dalam mengantisipasi perkembangan tersebut
khususnya dalam agama, budaya serta ilmu pengetahuan.
Berbicara
tentang persiapan para santri untuk bekal nantinya terjun kemasyarakat, maka
sudah pasti persoalan pembinaan yang harus diupayakan adalah meliputi:
1. Pembinaan
Aqidah
Aqidah selalu berhubungan dengan
soal Islam, maka pada hakikatnya keduanya adalah satu kesatuan yang utuh yang
saling terlibat antara satu dengan yang
lainnya. Dengan kata
lain bahwa iman itu adalah kepercayaan kepada Allah swt. Sebab dengan menyakini
akan Allah swt dengan sendirinya manusia juga percaya pada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-rasul-Nya, kepada hari akhirat dan percaya
pula pada qadha dan qadhar-Nya.
Dengan
menyakini akan Allah swt, pada diri santri dapat merubah perilaku masyarakat
dari yang tidak beriman kepada perilaku yang taat. Sehingga dari perasaan iman
itu terciptalah perasaan ingin berkorban untuk mempertahankan kebenaran
terhadap yang diimani itu.
2. Pembinaan
ibadah
Pembinaan ibadah bagi santri pondok
Pesantren Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso merupakan suatu hal yang mendapat
perhatian serius dan dijadikan barometer untuk menilai tingkat kesadaran dan
perubahan sikap dan tingkah laku para santri.
3. Pembinaan Akhlak
Kegiatan
ini dipadukan dengan bimbingan budi pekerti, lewat berbagai pendekatan,
ditanamkan kepada santri, kesadaran untuk saling menghargai dan hormat
menghormati serta memelihara kebersamaan di atas derita bersama. Tujuan pendidikan akhla>k al-kari>mah kepada para santri adalah pembinaan dan pendidikan
mental untuk hari depan para santri setelah mereka kembali ketengah-tengah
masyarakat untuk menjalankan tugas sosialnya.
Dengan demikian tergantung
kepercayaan para orang tualah, mempercayakan anak-anak mereka untuk dibimbing
di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso. Pada
saat observasi penulis sempat bertemu dengan salah seorang wali/orang tua
santri yang datang mengunjungi anaknya di pondok, ketika penulis menanyakan tentang bagaimana
perubahan sikap dan tingkah laku putranya setelah menimba ilmu di Pondok
Pesantren Ittihadul Ummah, kami merasakan perubahan yang sangat besar terhadap anak
kami setelah tinggal disini. Sekarang anak kami sangat taat dalam ibadahnya,
mengajinya juga sudah sangat lancar, padahal waktu masuk disini dia belum tau
baca al-Qur’an. Dia juga sangat santun sekarang, padahal sebelumnya dia kalau
berbicara sedikit kasar. Bahkan dia sekarang yang banyak menegur saudaranya
kalau tidak mengerjakan shalat.
Berbicara
mengenai peran sosial pesantren di masyarakat, Pondok Modern Ittihadul Ummah
Gontor Poso juga turut berperan dalam upaya mengentaskan kebodohan, hal ini
dapat dilihat pada beberapa kegiatan yang dilakukan para guru Ittihadul Ummah,
diantaranya membantu pengajaran muatan lokal, pendidikan Agama Islam, bahasa
Arab dan bahasa Inggris di SDN Tokorondo. Mengadakan Taman Pengajian al-Qur’an
(TPA) di Pondok, yang diikuti oleh anak-anak dari sekitar pondok. Mengadakan tranning (penataran) bagi guru-guru TPA
se-kabupaten Poso. Mengadakan sarasehan pondok pesantren se-kabupaten Poso.
Pondok Modern Ittihadul Ummah juga turut berpartisipasi dalam kegiatan acara 17
Agustus di desa Tokorondo, pengadaan lomba olahraga antar pemuda di desa
Tokorondo dan sekitarnya. Serta beberapa kegiatan-kegiatan sosial lainnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pondok Modern Ittihadul Ummah sebagai lembaga pendidikan telah menyediakan
ruang bagi berbagai kegiatan-kegiatan sosial seperti yang telah disebutkan di atas.
Demikianlah upaya pondok dalam
melakukan upaya pembinaan masyarakat, dimana sebelumnya mereka upayakan pada diri para santri Ittihadul Ummah
Gontor Poso itu sendiri.
WAALAHU ALAM.
terima kasih info tentang ponpes modern cabang gontor ITTIHADUL UMMAH di tokorondo, Poso. Semoga ponpes ini mampu mencetak generasi idaman umat (generasi yang shalih dan shaliha, alim, tawadlu', mukminin, muttaqin, muchlisin, terampil, terampil, sehat jasmani rohani, tangguh, tegar, ulet, sabar, dst.
BalasHapus