Senin, 28 Mei 2012

Ponpes Ittihadul Ummah Poso

PONDOK PESANTREN ITTIHADUL UMMAH
KABUPATEN POSO
( Suatu Tinjauan Sosial )

1.      Gambaran Umum Kabupaten Poso
Kabupaten Poso adalah sebuah kabupaten di propinsi Sulawesi Tengah, dengan kota  Poso sebagai ibukotanya, dan memiliki luas daratan sekitar 8.712,25 km atau 12,81%.Secara administratif pemerintahan daerah ini terdiri atas 18 kecamatan, yaitu: Pamona Selatan, Pamona Barat, Pamona Tenggara, Pamona Utara, Pamona Timur, Lore Selatan, Lore Barat, Lore Utara , Lore Tengah, Lore Timur, Lore Peore, Poso Pesisir, Poso Pesisir Selatan, Poso Pesisir Utara, Poso Kota, Poso Kota Selatan, Poso Kota Utara, Lage.(Sumber BAPPEDA Sulteng).
Secara geologis, wilayah Kabupaten Poso terletak pada deretan pegunungan lipatan, yakni pegunungan Fennema dan Tineba dibagian barat, pegunungan Takolekaju dibagian barat daya, pegunungan Verbeek dibagian tenggara, pegunungan Pompangeo dan pegunungan Lumut dibagian timur laut.
Kabupaten Poso memiliki potensi sumber air yang besar, baik air tanah maupun air permukaan yang terdapat di danau dan sungai-sungai besar. Kabupaten Poso juga memiliki  potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk dikembangkan, diantaranya sektor perkebunan dengan komoditi utama yang dihasilkan berupa kakao, kelapa, kopi arabika, kopi robusta, cengkeh, lada, kemiri dan jambu mete. Pertanian di daerah ini menjadikan tanaman pangan sebagai komoditas unggulan berupa padi, tanaman holtikultura dan palawija.
Salah satu potensi sumber daya alam sekaligus potensi wisata terbaik yang menjadi ikon Kabupaten Poso dan sudah terkenal hingga ke mancanegara adalah Danau Poso. Danau Poso terletak di kota Tentena Kabupaten Poso pada posisi strategis lintasan perjalanan Trans Sulawesi antara Toraja, Poso, Gorontalo, dan Manado. Posisi ini membuat Danau Poso selalu disinggahi wisatawan. Danau Poso adalah danau kedua terbesar yang ada di Indonesia. Luasnya  mencapai 32.000 hektar yang membentang dari utara ke selatan sepanjang 32 Km dengan lebar 16 Km dan kedalaman mencapai 510 meter. Danau yang berada pada ketinggian 657 meter diatas permukaan laut ini, memiliki keunikan karena berpasir putih dan bergelombang seperti air laut.
Danau Poso sendiri memiliki sumber daya alam yang bernilai tinggi, yaitu satu spesis ikan yang terkenal, ikan Sidat (orang Poso menyebutnya Sogili).  Potensi spesis ikan Sidat Danau Poso bukan hanya bagi pasar lokal, regional dan nasional, tetapi juga bagi pasar internasional. Selain karena kualitas dan populasinya yang tinggi, besarnya prospek bisnis ikan Sidat di pasar dunia internasional, juga dikarenakan jenis Sidat ini sudah dikenal luas masyarakat dunia.
            Dari aspek kependudukan (demogafi) digambarkan bahwa kabupaten Poso berpenduduk sebanyak 194.139 jiwa, terdiri dari 99.491 jiwa laki-laki dan 94.648 jiwa perempuan. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan juga mengalami peningkatan. kepadatan penduduk tercatat 22 jiwa/km, dengan luas wilayah kabupaten Poso 8.712,25 km (data penduduk pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada lampiran).
Berdasarkan kepadatan penduduk pada tingkat kecamatan, sebagian besar penduduk lebih banyak tinggal di kecamatan Pamona utara, Pamona selatan dan Poso pesisir suatu kawasan dataran dan pebukitan dengan prediksi 16,22%, 9,38% dan 9,36%.  Kondisi tersebut menandakan bahwa sebagian besar masyarakat Poso lebih banyak berprofesi sebagai petani, pekerja tambak dan nelayan.
2. Eksistensi Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso
a.       Profil Pondok Modern Ittihadul Ummah Poso
            Pondok Modern Ittihadul Ummah bertempat didesa Tokorondo, Kecamatan Poso Pesisir Kabupaten Poso Provinsi Sulawesi Tengah, awalnya merupakan lembaga pendidikan filial (binaan) dari Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo dan untuk  lebih jelasnya hal ini akan dikaji pada pembahasan selanjutnya.
1)     Latar belakang berdirinya
            Kabupaten Poso adalah salah satu kabupaten yang menjadi target pemerintah pusat dalam percepatan pembangunan serta pemulihan pasca konflik horizontal sosial. Dalam hal ini, pemerintah pusat menginstruksikan kementrian koordinator bidang kesejahteraan rakyat (menkokesra) untuk melaksanakan program pembangunan tersebut. Peningkatan taraf ekonomi dan pendidikan juga menjadi salah satu program utama  dalam pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas di kabupaten ini.
Berkaitan dengan hal tersebut, pasca konflik, masyarakat Poso atas nama tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh wanita dan pemuda berinisiatif bahwa di poso saat itu (pasca konflik) dibutuhkan kehadiran lembaga pendidikan yang bernuansa Islam yang berstatus moderat dan nasionalis. Maka menghadaplah salah seorang tokoh agama Poso (H.M Adnan Arsal) kepada Wapres yang waktu itu dijabat oleh  bapak H. Jusuf Kalla nada tutur sebagai berikut; Pak.... !; kami datang menghadap bapak, untuk menanyakan bagaimana kepedulian pemerintah pusat terhadap masyarakat Poso yang sudah babak belur ini, kami masyarakat muslim yang dulunya teraniaya dibantai, sekarang teraniaya lagi karena dari pembalasan kami terhadap umat Kristen, kami dianggap melawan pemerintah dan kami juga dianggap telah banyak mencederai hukum, dan kami sudah diproses. Jadi kami yang sudah hancur, masih juga ter-dzalimi. Saat ini kami yang sudah ter-dzalimi kedua kali ini mohon dibantu dan diberdayakan pak, kebetulan kami adalah pengasuh pondok pesantren Amanah, bagaimana agar pesantren kami ini bisa dibantu. Beliau menjawab, saya akan membantu, dengan pembangunan Pondok Pesantren tetapi harus ada kerjasama dengan pihak Pesantren Gontor Ponorogo! Saya menjawab, apapun namanya pak, apalah arti sebuah nama. Yang penting bagi kami bisa mendidik dan memberdayakan masyarakat muslim Poso secara ilmu pengetahuan agar bisa memahami Islam. Maka dipertemukanlah saya dengan bapak KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, dan pak KH. Syukri Zarkasyih merespon, saya akan membantu Poso, tetapi saya ingin meninjau poso terlebih dahulu. Dan setelah ditinjau ternyata layak untuk dibangun pondok pesantren yang bermodel Gontor Ponorogo.
Sebagai implementasi dari rencana tersebut maka diutuslah Menkokesra pada waktu itu untuk melihat lokasi sekaligus memberikan  bantuan untuk  pembangunan pesantren Gontor di Poso, dan saya hanya sekedar memfasilitasi. Dan ketika akan dibangun oleh Wapres ditanyakan yayasannya apa? Bukan yayasan Gontor, tetapi yayasan yang dibangun oleh masyarakat muslim Poso sendiri. Maka sepakatlah ormas-ormas Islam kemudian membuat rapat untuk membentuk sebuah yayasan yang bernama “Yayasan Ittihadul Ummah. Pada awalnya disepakati saya yang diangkat sebagai ketuanya. Akan tetapi tiba-tiba ada pernyataan dari menkokesra melalui telepon, bahwa karena bantuan ini dari pemerintah maka yayasan ini harus dipimpin oleh birokrasi. Maka pada saat itu  digantilah saya sebagai ketua, dan saya menyetujuinya. Maka yang kemudian diangkat sebagai ketua yayasan, dari pihak birokrat adalah wakil bupati Poso, H. Abdul Muthallib Rimi.
Selanjutnya untuk teknis pembangunan, dirumuskanlah Memorandum of Understanding (MoU) antara Kementrian Kordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Yayasan Ittihadul Ummah Poso (nomor 01/MoU/KMK/Dep.I/V/2007 dan Nomor 04/IU/V/2007) dan MoU antara Yayasan Ittihadul Ummah Poso dan Pondok Modern Darussalam Gontor (nomor 05/IU/V/2007 dan nomor 224/PM-A-4/1428).  Sesuai dengan kesepakatan segitiga tersebut, dana bantuan akan disalurkan kepada yayasan kemudian akan disalurkan kepada Gontor sebagai  pelaksana pembangunan dan pelaksana pengembangan manajemen pesantren selama 10 tahun pertama yang dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan bersama.
Peletakan batu pertama berdirinya Pondok  Modern Ittihadul Ummah gontor di Poso yaitu pada tanggal 1 Mei 2007 oleh bapak H. Susilo Bambang Yudhoyono dan diresmikan pada tanggal 18 Juli 2008 oleh bapak H. Jusuf Kalla,. Sekaligus membuka penerimaan santri baru. Untuk lebih jelasnya struktur kepengurusan Yayasan Ittihadul Ummah dan struktur organisasi Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso dapat dilihat pada bagian lampiran.                                                                                      
Adapun tujuan dari pembangunan pondok pesantren ini untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya pendidikan Islam di Kabupaten Poso dan sekitarnya, dengan tetap mengacu pada sistem dan manajemen Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, sebagaimana yang dijelaskan oleh salah seorang guru dalam wawancara penulis berikut: Sesuai dengan perjanjian bahwa pondok Modern Ittihadul Ummah mengacu kepada sistem dan manajemen Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur, maka tak heran jika visi dan misi Pondok ini sama persis dengan Pondok Darussalam Gontor Ponorogo yaitu: mencetak kader-kader pemimpin umat, menjadi tempat ibadah t}olab al-ilmi, sumber ilmu pengetahuan Islam, bahasa Alquran, dan ilmu pengetahuan umum dengan tetap berjiwa pondok. Dan misinya adalah: (1) Membentuk generasi yang unggul menuju terbentuknya khoir ummah. (2) Mendidik dan mengembangkan generasi mukmin-muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada masyarakat. (3) Mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum secara seimbang menuju terbentuknya ulama yang intelek. (4) Mewujudkan warga negara yang berkepribadian indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt.
Seiring waktu, memasuki tahun ketiga pendirian Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso, berdasarkan hasil konsultasi Badan Pengurus Yayasan Ittihadul Ummah dengan Bapak Drs. H Moh. Jusuf Kalla (mantan Wakil Presiden) pada tanggal 27 Juni dan 7 September 2010 di Jakarta, maka Badan Pengurus Yayasan Ittihadul Ummah Poso, telah menyerahkan seluruh urusan dan kewenangan Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso kepada Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, sesuai dengan surat pernyataan tertanggal 28 Oktober 2010 yang ditandatangani langsung oleh Ketua Yayasan Ittihadul Ummah Poso, Bapak Abdul Muthalib Rimi, dan Pimpinan Pondok Pesantren Darussalam Gontor Ponorogo K.H Abdullah Syukri Zarkasyi Ponorogo, yang meliputi :
1.      Urusan dan kewenangan pengelolaan pendidikan
2.      Urusan dan kewenangan pengelolaan keuangan
3.      Urusan dan kewenangan pengelolaan perlengkapan/infrastruktur.
Demikian pula segala hal yang berkaitan dengan aset yayasan yang berbentuk fisik tidak bergerak, semuanya telah diserahkan kepada Pondok Modern Gontor sesuai dengan peraturan yang berlaku, dan resmilah Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso sebagai cabang Gontor yang ke 13 untuk putra, dan cabang Gontor ke-6 untuk Gontor Putri. Sehingga pengelolaan Pondok Modern ittihadul Ummah Gontor Poso sepenuhnya telah menjadi urusan dan kewenangan dari Pondok Modern Darussalam Gontor  serta lepas dari ketergantungan dana dan biaya-biaya dari luar pondok.
2)     Jenjang Pendidikan
            Secara akademis, jenjang pendidikan yang akan ditempuh oleh santri/santriwati di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso ini adalah jenjang pendidikan menengah. Sebagaimana pada Pondok Modern Gontor Darussalam,  di tingkat menengah ada dua lembaga yang secara langsung menangani pendidikan dan pengajaran, yaitu Kulliyatu al-Muallimi>n al-Isla>miyah (KMI) dan pengasuhan santri. Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan oleh KMI, dan dipimpin oleh direktur KMI. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler  dilaksanakan oleh lembaga kepengasuhan santri, dan dipimpin oleh pengasuh santri.    
            Jenjang  pendidikan yang ditempuh para santri/santriwati di Pondok  Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso ini adalah: santri tamatan SD/MI atau sederajat akan menempuh pendidikan selama 6 tahun, yakni ditempuh secara berurutan dari kelas 1-6 Dan bagi santri tamatan SMP/MTS atau sederajat akan menempuh pendidikan selama 4 tahun, yakni dengan urutan jenjang kelas 1-3-5 dan 6. Adapun sistem pendidikan yang diterapkan di Pondok Modern Ittihadul Ummah  Gontor  Poso adalah sistem pendidikan wajib berasrama, dan dalam proses belajar mengajar para santri akan diberikan materi pelajaran agama (al-dirasah al-Islamiyah) dan materi pelajaran umum (al-dira>sah al-’ammiyah).
3)     Kurikulum    
            Kurikulum di Pondok Modern Ittihadul Ummah ada yang bersifat non akademis dan akademis. Kurikulum yang bersifat non akademis yaitu segala aktivitas santri yang ada di pondok selama 24  jam. Adapun kurikulum yang diterapkan di KMI yang bersifat akademik dibagi menjadi beberapa bidang studi, yakni;  Pertama, bahasa  Arab meliputi; al-imla>’, al-insya>’, tamri>n al-lughah, al-mut}a>la’ah, al-nahwu, al-s}arf , al-bala>gah, tarikh al-adab, dan al-khat} al-‘arabi. Semua materi ini disampaikan dalam bahasa Arab  Kedua; Dirasah Islamiyah yang meliputi al-Qura>n , al-tajwi>d, al-tawhi>d, al-tafsi>r, al-h}adi>s{,  mus}t}alah} al-h{adi>s, al-fiqh, ushu>l al-fiqh, al-fara>id}, al-di>n al-isla>mi, muqa>ranat al-adya>n, tari>kh al-isla>m, al-manti>q dan al-tarja>mah. Semua materi ini juga menggunakan bahasa Arab. Ketiga, ilmu keguruan yang meliputi; al-tarbiyah wa al-ta’li>m (pendidikan dan pengajaran) yang disampaikan dalam bahasa Arab, dan psikologi pendidikan yang disampaikan dalam bahasa Indonesia. Keempat; bahasa Inggris, yang meliputi reading and comprehension, grammar, composition dan dictation. Kelima; ilmu pasti, mencakup berhitung dan matematika. Keenam;  ilmu pengetahuan alam, meliputi fisika dan biologi. Ketujuh; ilmu pengetahuan sosial sejarah nasional dan internasional, serta geografi.  Kedelapan; yaitu keindonesiaan/kewarganegaraan, mencakup bahasa Indonesia dan tata negara. Dan para santri diwajibkan untuk menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari.
Komposisi kurikulum yang disebutkan diatas sudah ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu. Pengetahuan bahasa Arab ditetapkan untuk santri sebagai kunci untuk memahami sumber-sumber Islam dan khazanah pemikiran Islam. Sedangkan bahasa Inggris digunakan untuk media komunikasi modern dan mempelajari pengetahuan umum, bahkan juga pengetahuan agama, karena saat ini tidak sedikit karya-karya di bidang studi Islam ditulis dalam bahasa Inggris. Diharapkan setelah 2 atau 3 tahun belajar di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso, santri sudah bisa membaca kitab-kitab tersebut.  Kurikulum pengetahuan agama, (Dirasah Islamiyah), dan ilmu pengetahuan umum, (ilmu pasti,  IPA dan IPS), diselenggarakan agar para santri memiliki wawasan komprehensif yang integral. Mata pelajaran keindonesiaan atau kewarganegaraan ditujukan agar para santri mampu memahami dan menghayati tradisi, budaya dan nilai-nilai luhur yang diwariskan bangsa Indonesia. Sedang materi-materi ilmu pendidikan dan keguruan dimaksudkan untuk menanamkan kepada santri jiwa mendidik, yang merupakan investasi dalam kehidupan.
Penting diketahui, bahwa setiap pelajaran yang diberikan selalu merujuk kepada tujuan umum pendidikan dan pengajaran di Pondok Modern Darussalam Gontor,  dan selalu bersentuhan dengan nilai-nilai yang ditanamkan oleh pondok ke dalam diri santri. Misalnya ada materi pelajaran yang sarat dengan pesan jiwa kebebasan (berpikir) para santri, yang meniscayakan akan tumbuh jiwa berpikir kritis, terbuka, open minded, komparatif, dan sebagainya.
4)     Kualifikasi kegiatan Pondok terhadap santri
 Kegiatan yang dilaksanakan pondok terhadap santri diklasifikasikan dalam dua macam, yaitu:
1.      Kegiatan Intrakurikuler
            Adapun kegiatan intrakurikuler yang sudah dilaksanakan dipondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso adalah sebagai berikut:
1)     Mengadakan ujian masuk Kulliyatul Muallimin al-Islamiyyah (KMI)
2)     Mengadakan pembukaan tahun ajaran baru
3)     Menstabilkan proses kegiatan belajar mengajar di kelas
4)     Mengaktifkan pelajaran sore
5)     Mengadakan ujian pra-ulangan umum
6)     Mengadakan ulangan umum
7)     Mengaktifkan bagian-bagian organisasi pondok modern diantaranya
a.      Bagian pengasuhan santri
b.      Bagian administrasi
c.      Bagian KMI (Kulliyatul muallimin al-Islamiyah)
d.      Bagian koperasi belajar (kopel)
e.      Bagian  koperasi dapur
f.       Bagian pembangunan
g.      Majelis pembimbing koordinator pramuka (Mabikori)
h.      Bagian suara Gontor Poso FM.

2.      Bagian Ekstra kurikuler
Materi keterampilan, kesenian dan olahraga  tidak dimasukkan dalam kurikulum, tetapi  menjadi aktivitas ekstra kurikuler agar para santri dapat lebih bebas memilih serta mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan minat yang ada pada santri, untuk itu diadakanlah beberapa kursus yang secara resmi dibuka pada tanggal 06 Februari 2009. Berkaitan dengan kegiatan ekstra kurikuler ini, dimaksudkan untuk memberikan manfaat yang begitu besar bagi para santri diantaranya sebagai wadah untuk mengasuh dan menggali potensi serta bakat yang ada pada diri santri.
            Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang sudah terlaksana di pondok Modern Ittihadul Ummah ini sebagai berikut:
1.      Mengadakan pengajaran al-Quran setiap magrib
2.      Mengadakan latihan kepramukaan setiap hari kamis siang
3.      Mengadakan perkemahan kamis dan jumat (Perkajum)
4.      Mengadakan latihan muh{a>d}arah/pidato bahasa Arab dan bahasa Inggris setiap hari kamis dan pidato  bahasa  Indonesia pada hari ahad malam
5.      Kegiatan seni dan ketrampilan, diantaranya: kaligrafi, letter, lukis perspektif dan kartun, Komputer, Qira>’ah, masak memasak dan menjahit
6.      Mengadakan latihan pencak silat  Persedima (Persatuan bela diri Ittihadul Ummah)
7.      Mengadakan latihan drum band
8.      Mengaktifkan kegiatan olahraga seperti, lari pagi, sepak bola, bola basket, bola volly, bulu tangkis, takraw dan bola kasti
9.      Mengadakan pertunjukan seni musik islami dan pementasan drama kontes dua bahasa (Arab dan Inggris)
10. Pagelaran seni panggung gembira dan lomba vokal grup
11.  Mengadakan pekan olahraga dan seni (porseni)
12.  Mengirim kontingen pramuka dalam acara jamrana dan raimuna Jambore Nasional pesantren se-Indonesia ke Pondok Modern Darussalam Gontor.
13.  Mengikuti perkemahan akbar se-Sulawesi Tengah (Boder Powell scoat day) di bumi perkemahan Paneki Palu.

Pondok  Modern Ittihadul Ummah dalam melatih dan membina serta mendidik para santrinya untuk mampu hidup bermasyarakat atau bersosialisasi aktif, memiliki 2 organisasi santri yaitu  Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) dan Organisasi Gerakan Pramuka Ittihadul Ummah.
Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) Ittihadul Ummah dimulai pada tahun 2009 bertujuan untuk membantu dan mengatur atas terlaksananya program dan tatanan kegiatan santri non akademis secara teratur dan efisien dan juga sebagai ajang latihan santri dalam bermasyarakat. Untuk data pengurus dan bagian-bagian Organisasi Pelajar Pondok Modern dapat dilihat pada lampiran.
            Selanjutnya mengenai jumlah santri yang ada di Gontor Poso, Ustadz Cecep Sobar Rahmat menjelaskan ;Memasuki tahun ketiga ini jumlah santri sudah berjumlah 241 orang, putra 140 orang dan putri 101 orang. Keseluruhan santri adalah sekitar 70% berasal dari Poso, dan 30% dari luar Poso, diantaranya berasal dari Palu, Parigi, Ampana, bahkan dari Sulawesi Selatan dan Kalimantan.
            Melihat jumlah santri yang lebih banyak berasal dari Poso, penulis berasumsi bahwa masyarakat Poso, pasca konflik lebih berantusias untuk menggali pendidikan agama Islam bagi keluarganya. Ini terbukti dengan memasukkan anak-anak mereka pada pondok pesantren modern Ittihadul Ummah  Poso yang  dua tahun berdirinya mendapat ketambahan santri lebih dari 100% dari tahun pertama dibukanya pesantren tersebut
            Memasuki abad ke-21 khususnya dalam 66 tahun usia kemerdekaan Indonesia, tampak bahwa dunia pesantren tak pernah kehilangan peminat. Ini tentunya dikarenakan pesantren memiliki kemampuan untuk mempertahankan eksistensinya yang sesuai dengan sosiologis masyarakat lingkungannya. Untuk lebih jelasnya hal ini akan dibahas pada sub berikutnya.
b.      Strategi Pengajaran di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso
            Demi keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di Pondok  Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso, maka diterapkanlah secara kuat tradisi proses belajar mengajar dengan konsep Kulliyyatu al-Mu’allimi>n al-Isla>miyah (KMI) dan pengasuhan santri. Sistem Kulliyatul Muallimi>n al-Isla>miyyah (KMI)
            Berdasarkan pembagian tugas KMI ada beberapa kegiatan dalam proses belajar mengajar (PBM) di KMI yang meliputi kegiatan harian, mingguan dan tahunan. Pelaksanaan semua kegiatan tersebut selalu mengacu pada perencanaan, pelaksanaan, supervisi, maupun evaluasi. Berikut ini penulis paparkan kegiatan di Pondok Modern  Ittihadul Ummah Poso:
1.        Kegiatan harian
Kegiatan harian santri Pondok Modern Ittihadul Ummah dimulai pukul 03.30—22.00 wita, diawali dengan bangun subuh sampai istirahat malam. Berikut timing kegiatan harian santri:
Tabel 1
Kegiatan Harian

No
Jam
Kegiatan
1
03.30 – 04.15
Bangun pagi dan shalat tahajjud
2
04.15 – 04.30
Membaca al-Qur’an
3
04.30 – 04.45
Shalat subuh berjama’ah
4
04.45 – 05.00
Membaca al-Qur’an
5
05.00 – 05.30
Penyampaian kosakata (Arab-Inggris)
6
05.30 – 06.00
Olahraga pagi
7
06.00 – 06.55
Persiapan masuk kelas dan makan pagi
8
06.55 – 07.45
Proses belajar jam pelajaran I
9
07.4508.30
Proses belajar jam pelajaran II
10
08.3008.55
Istirahat
11
09.00 – 09.45
Proses belajar jam pelajaran III
12
09.4510.30
Proses belajar jam pelajaran IV
13
10.30 – 10.45
Istirahat
14
10.45 – 11.30
Proses belajar jam pelajaran V
15
11.30 – 12.15
Proses belajar jam pelajaran VI
16
12.15 – 12.30
Persiapan shalat dzuhur berjama’ah
17
12.30 – 13.00
Shalat dzuhur
18
13.00 – 13.55
Makan siang
19
14.00 – 14.45
Kursus sore
20
14.4515.00
Persiapan shalat ashar
21
15.00 – 15.25
Shalat ashar berjama’ah
22
15.25 – 15.45
Baca al-Qur’an terbimbing
23
15.45 – 16.45
Olahraga sore
24
16.45 – 17.25
Persiapan ke Masjid
25
17.30 – 18.00
Baca al-Qur’an terbimbing
26
18.00 – 18.15
Shalat magrib berjama’ah
27
18.15 – 18.30
Baca al-Qur’an terbimbing
28
18.30 – 19.15
Makan malam
29
19.15 – 19.30
Persiapan shalat isya’
30
19.30 – 19.45
Shalat isya’ berjama’ah
31
19.45 – 20.30
Belajar malam terbimbing
32
20.30 – 22.00
Istirahat
33
22.00 – 03.30
Tidur malam
Sumber : Kantor Pondok Modern Ittihadul Ummah Poso
Dari gambaran kegiatan harian yang dipaparkan diatas, dapat dipahami bahwa kegiatan dalam Pondok berlangsung selama 24 jam; dari mulai tidur sampai akan tidur lagi semuanya telah diatur sedemikian rupa, hingga terlihat bahwa tidak ada waktu yang terbuang percuma, selain waktu istirahat tentunya, semua dimanfaatkan dengan berbagai kegiatan. Pendek kata, sebagaimana yang diamanahkan oleh Pimpinan Pondok Darussalam Gontor bahwa : “Pondok tidak tidur, banyak yang mendoakan, banyak santri yang puasa senin-kamis dan banyak pula yang tahajjud, baik dalam kelompok maupun sendiri-sendiri.
Tentu saja semua aktifitas itu dijalankan melalui mekanisme pengawasan. Pengawasan itu sendiri berlangsung dengan juga melibatkan santri yang senior. Jadi, aktifitas santri dimonitor oleh kakak kelas mereka, yang juga diawasi oleh para guru, serta dibawah pengarahan dan pengawasan Pimpinan Pondok sendiri.
Kegiatan harian di KMI ini dikelompokkan atas beberapa aturan yang meliputi: gerakan tabki>r, tafti>siy, al-i’da>d, naqd al-tadri>s, kontrol kelas dan al-ta’allum al-muwajjah. Untuk lebih jelasnya akan penulis uraikan satu persatu.
Gerakan tabki>r adalah gerakan masuk kelas tepat waktu. Kegiatan ini dilakukan oleh staf KMI dengan cara mengontrol santri ke asrama, dapur, dan tempat-tempat keberadaan santri lainnya di Pondok agar dapat masuk kelas dengan segera. Santri yang terlambat akan dicatat, menjadi pertimbangan dalam menilai sikap mental mereka, dan santri tersebut dapat diberikan sangsi.
Tafti>sy al-i’da>d adalah pemeriksaan persiapan mengajar guru pada buku i’dad (persiapan) khusus, yang dilakukan oleh guru-guru senior ataupun pimpinan Pondok. Pembuatan i’da>d ini wajib dilakukan oleh para guru. Guru yang tidak membuatnya tidak diizinkan mengajar. Sedangkan naqd al-tadri>s, yakni evaluasi (kritik) mengajar. Sebagai pesantren yang memiliki sistem dan metodologi tersendiri, terutama dalam kurikulum bahasa Arab dan Dirasah Islamiyah, Gontor perlu melestarikan sistem dan metodologi tersebut, dan naqd al-tadri>s ini merupakan salah satu cara peningkatan kedua mutu tersebut. Guru senior, baik yang memiliki jam mengajar pada hari itu maupun yang tidak, sudah di jadwal rolling di tiap-tiap kelas untuk memastikan kegiatan ini berlangsung. Apabila ditemukan kesalahan dalam menggunakan metode ajar, guru yang bersangkutan akan diberi bimbingan. Dengan cara demikian sistem Gontor dapat dipertahankan dan dikembangkan menjadi lebih baik. Lebih dari itu selain adanya pengawasan (supervisi) seperti yang diterangkan diatas, ada sistem supervisi di kelas dan asrama di tengah berlangsungnya jam pelajaran. Model kedua ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya kelas kosong, keterlambatan guru dalam mengajar, dan untuk memastikan absen atau tanda keterangan tidak masuk kelas—dalam istilahnya disebut tas}ri>h—bagi santri, misalnya karena alasan sakit.
Selanjutnya, al-ta’allum al-muwajjah, yakni belajar terbimbing pada setiap malam. Cara belajar ini dilakukan untuk mengulangi pelajaran yang telah diberikan kepada santri pada jam belajar formal di pagi hari, atau memberikan bimbingan individual bagi santri yang dianggap lemah kemampuan akademiknya, dengan cara dibimbing oleh para wali kelas, dan diawasi oleh guru-guru senior dan staf KMI secara langsung.
2.        Kegiatan mingguan
1.      Percakapan dua bahasa (Arab dan Inggris)
2.      Latihan pidato tiga bahasa (Arab, Inggris dan Indonesia)
3.      Latihan kepramukaan (kamis siang)
4.      Latihan pesatuan beladiri Ittihadul Ummah (Perbedima)
5.      Latihan baca al-Qur’an (ahad dan jumat)
6.      Evaluasi kegiatan dan pengabsenan disiplin mingguan.

3.        Kegiatan bulanan dan atau 1 semester
1.      Perkemahan akbar
2.      Lomba drama contest dua bahasa (Arab dan Inggris)
3.      Art show (pertunjukan/pameran seni)
4.      Lomba vokal grup antar kelas
5.      Lomba menghias kamar
6.      Ulangan umum materi pelajaran pagi
7.      Ujian kursus sore
8.      Ujian pelajaran pagi
Kegiatan mingguan dan bulanan selain ditujukan untuk santri, juga  ditujukan untuk guru. Untuk guru, diadakan pertemuan mingguan bersama Pimpinan Pondok, biasanya dilakukan pada hari kamis (di Gontor dikenal dengan istilah kemisan). Selain sebagai media penyamaan persepsi, tujuan pertemuan tersebut adalah untuk menyampaikan informasi penting mengenai kegiatan Pondok dan perkembangannya. Lebih dari itu juga dilakukan evaluasi kegiatan belajar-mengajar selama satu minggu. Adapun untuk siswa, staf KMI mengkoordinir ketua-ketua kelas berkumpul, untuk menyampaikan informasi program-program KMI, dan mendengarkan laporan para ketua kelas terkait dengan keadaan siswa dan keadaan kelas. Kemudian pada setiap akhir bulan, ketua kelas dilibatkan KMI untuk mengecek batas-batas pelajaran, dengan memberikan buku khusus pengecekan pelajaran dari bagian Proses Belajar Mengajar (PBM).
4.        Kegiatan tahunan
1.      Pembukaan tahun ajaran baru
2.      Apel tahunan santri Pondok Pesantren Modern Ittihadul Ummah
3.      Jambore dan raimuna penggalang dan penegak (Jamrana ) di Pondok Modern Gontor 1 Ponorogo
4.      Musyawarah kerja rayon (asrama)
5.      Halal bi halal bersama wali santri
6.      Membentuk panitia idul adha
7.      Membentuk panitia peringatan 17 Agustus
Sebagai salah satu lembaga di Pondok Modern Ittihadul Ummah,  KMI mempunyai kontribusi penting dalam merealisasikan  motto pondok  modern, sehingga  terlahir kader-kader umat yang berfungsi sebagai  munz}ir al-qaum. Guru-guru Islam KMI  dengan berbagai program-programnya selalu berupaya meningkatkan kualitasnya, walaupun peningkatan tersebut  belum mencapai hasil yang optimal. Berikut adalah  program kerja rutinitas KMI 2010—2011:
1.      Melaksanakan program naqdu al-tadri>s (evaluasi mengajar) secara terjadwal.
2.      Melaksanakan tafti>sy (pemeriksaan) buku catatan siswi.
3.      Mengontrol target pelajaran.
4.      Melaksanakan program insya’ yaumi (kosa kata sehari-hari)
5.      Mengadakan al-ta’allum al-muwajjah (belajar terpimpin) dengan anak didik
6.      Mengadakan perkumpulan dengan ketua kelas setiap sabtu malam  minggu setelah sholat isya, yang bertujuan untuk mendata siswi perkelas, evaluasi, pengungkapan permasalahan dan solusinya serta memberikan beberapa pengarahan dan pengumuman. 
7.      Mengadakan pendalaman materi biologi melalui visualisasi materi
8.      Meningkatkan kualitas insya ’yaumi siswi melalui:
a)     Mewajibkan  para santri untuk menggunakan ushlub bahasa yang telah dipelajari dalam penulisan insya’ yaumi.
b)     Merekapitulasi nilai insya’ yaumi perkelas dan menempelkannya.
c)     Mensosialisasikan insya’ yaumi terbaik.
9.      Peningkatan cara belajar santri melalui:
a)     Mewajibkan para santri untuk membawa kamus dalam pelajaran bahasa.
b)     Mengoptimalkan buku prestasi santri dengan memeriksanya seminggu sekali.
c)     Mengadakan pemeriksaan buku catatan santri secara berkala.
10. Meningkatkan motivasi belajar santri dengan:
a)     Membagi kelompok belajar perkelas dengan didampingi guru pembimbing.
b)     Mengumumkan santri terajin dalam menghafal pelajaran.
c)     Membagikan angket permasalahan proses belajar santri kepada wali kelas.
11. Meningkatkan disiplin santri melalui:
a)     Meminimalisasikan perizinan keluar kelas ketika proses belajar mengajar sedang berlangsung.
b)     Meminimalisasikan perizinan tidak masuk kelas bagi santri yang sakit.
c)     Mengadakan pengabsenan ketika muwajjah malam
12. Mengefektifkan peran dan fungsi wali kelas dan asistennya dengan:
a)     Mengadakan evaluasi mingguan wali kelas dan asistennya dengan staf KMI.
b)     Mengadakan perkumpulan sebulan sekali antara wali kelas dan siswa yang diadakan setelah sholat magrib.
c)     Mengadakan perlombaan antar kelas yang dikoordinir oleh ketua kelas.
13. Meningkatkan cara belajar dan prestasi belajar santri dengan:
a)     Mewajibkan kepada santri untuk memiliki buku catatan untuk setiap materi.
b)     Mengadakan tafti>sy buku dan buku catatan dengan rutin.
c)     Optimalisasi penggunaan PBS.
14. Meningkatkan kualitas penulisan insya’ yaumi dengan:
a)     Mewajibkan kepada santri untuk menggunakan uslub-uslub bahasa yang telah dipelajari.
b)     Mengumumkan dan mensosialisasikan insya’yaumi terbaik dan memberi hadiah.
15. Mengoptimalkan pelaksanaan manasik haji dengan memberikan pengarahan secara umum melalui visualisasi manasik haji.
16. Meningkatkan motivasi belajar santri dengan mengefektifkan proses belajar bimbingan dengan wali kelas beserta asisten kelas.[2]

Dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar santri dapat belajar secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan yang diharapkan, terutama dalam menghadapi perbedaan kemampuan belajar santri. Salah satu langkah untuk memiliki strategi  itu adalah guru harus menguasai metode-metode pengajaran, teknik-teknik penyajian materi pelajaran. Strategi pengajaran yang dimaksud adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru dalam menyajikan bahan pelajaran kepada santri di dalam kelas, agar pelajaran dapat ditangkap dan dipahami oleh siswa dengan baik.
Dalam menghadapi perbedaan kemampuan belajar santri agar secara merata dapat menerima secara maksimal pelajaran yang diajarkan, guru/pengasuh pada  Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso  telah melakukan berbagai upaya untuk menerapkan berbagai strategi pendidikan dan pengajaran.
Sesuai dengan hasil penelitian yang penulis lakukan, maka dapat dikemukakan berbagai upaya para guru dalam menghadapi berbagai perbedaan kemampuan belajar siswa sebagai berikut:
1.   Pengajaran dengan berbagai metode
Metode adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pelajaran. Metode yang digunakan oleh guru-guru di KMI cukup bervariasi, ada metode ceramah, latihan, demonstrasi, tanya jawab, dan penugasan. Dalam proses belajar mengajar di dalam kelas, dipergunakan berbagai metode secara bervariasi seperti ceramah, tanya jawab, demonstrasi, pemberian tugas, metode latihan dan berbagai metode lainnya yang dapat menunjang keberhasilan belajar mengajar. Dengan metode tadi, kami dapat meningkatkan minat belajar mereka dengan demikian perbedaan-perbedaan kemampuan belajar siswa dapat diatasi.

Metode yang diterapkan di KMI tidaklah kaku, dalam satu materi pelajaran, bisa mengacu pada dua metode bahkan lebih, yang saling melengkapi.  Hal ini penulis dapatkan ketika melakukan observasi, penulis mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Pada pengajaran materi Dira>sah al-Isla>miyah, pada bab praktek shalat jenazah, dalam materi fiqih, guru tidak hanya menggunakan metode ceramah, tetapi diperkuat dengan metode demonstrasi dan tanya jawab agar pelajaran menjadi lebih menarik, dan untuk mencapai tujuan pengajaran dengan lebih baik.
Dari berbagai metode yang diterapkan tersebut, tentunya berhubungan dengan tujuan atau bahan materi pelajaran yang akan disajikan. Olehnya itu pemilihan metode yang tepat harus memperhatikan tujuan pengajaran, keadaan siswa, situasi, fasilitas, media, termasuk  guru itu sendiri.  Karena inti dari metode pembelajaran materi-materi akademis di pesantren Ittihadul Ummah, tak lain adalah membentuk cara berfikir santri yang rasional-kreatif, dengan melibatkan para santri berpikir dan aktif bernalar dengan sendiri, yang tentunya selalu dikawal dan diawasi oleh para pengajar.  
2. Penggunaan media dalam pengajaran
Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu guru dalam memperkaya wawasan peserta didik. Aneka macam bentuk media pendidikan sebagai  alat bantu untuk tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini dilandasi dengan kenyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan bantuan media pengajaran mempertinggi kegiatan belajar santri dalam tenggang waktu yang cukup lama. Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso, mempergunakan media pengajaran dengan memperhatikan prinsip tertentu  agar penggunaan media tersebut dapat mencapai hasil yang baik. Adapun prinsip tersebut adalah:
a.    Menentukan jenis media dengan tepat, artinya para guru memilih terlebih dahulu media manakah yang sesuai dengan tujuan dan bahan pelajaran yang akan dibawakan.
b.   Menetapkan dan memperhitungkan subjek dengan  tepat artinya media tersebut sesuai dengan kematangan dan kemampuan siswa.
c.    Menyajikan media dengan tepat artinya teknik dan metode penggunaan media dalam pengajaran haruslah disesuaikan dengan tujuan, bahan, waktu, metode dan sarana yang ada.
Melalui penggunaan media pengajaran tersebut, maka sasaran pengajaran dapat tercapai. Artinya santri yang tadinya memiliki perbedaan  kemampuan belajarnya akan teratasi dengan sendirinya.  
3. Memiliki bentuk motivasi yang akurat
Para guru di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso, sengaja menciptakan dan berusaha agar santri senang dan bergairah dalam belajar para tenaga pengajar di pondok ini dalam menghadapi perbedaan belajar santri, mereka berusaha memberikan motivasi belajar berupa pemberian nilai yang bagus, pujian, pemberian tugas, pemberian hadiah, bagi siswa yang meningkat prestasinya, dengan demikian rata-rata dapat mengikuti proses belajar mengajar dan kegiatan ekstrakurikuler secara aktif.
4. Pengembangan variasi mengajar
Untuk menghindari kebosanan santri dalam belajar di pondok, maka guru perlu mengembangkan variasi yang  meliputi tiga aspek: variasi dalam mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pelajaran serta variasi interaksi antara santri dan guru.
Penggunaan variasi dalam mengajar sangat penting dalam jumlah santri yang banyak biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar perhatian santri tetap dalam materi yang diberikan. Karena di antara santri tersebut tentunya mempunyai perbedaan pemahaman pengajaran sehingga guru harus menguasai variasi mengajar dalam pengajaran mata pelajaran-mata pelajaran. Sebab pelajaran yang santri terima langsung dipratekkan dalam kehidupan sehari-hari seperti akhlak, tauhid, ibadah.
5. Kerjasama dengan orang tua santri
Pendidikan bukanlah tanggungjawab guru semata, melainkan juga tanggung jawab orang tua di rumah. Oleh karena itu  guru di Pondok Modern Ittihadul Ummah  melakukan kerjasama dengan orang tua santri. Hal ini dilakukan agar antara orang tua santri dengan guru saling mengetahui keadaan santri, seperti mentalnya, kesehatannya, dan lain-lain. Dengan adanya  kerjasama ini maka santri dapat  dikontrol pergaulannya di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso.
6. Pengelolaan kelas yang baik
Pengelolaan kelas merupakan masalah tingkah laku yang kompleks, dan guru menggunakannya untuk menciptakan serta mempertahankan kondisi kelas sedemikian rupa sehingga anak didik dapat mencapai tujuan pengajaran  secara efisien dan memungkinkan mereka dapat belajar.
Upaya yang dilakukan oleh pengasuh/guru di Pondok Modern Ittihadul Ummah  Poso dilakukan dengan pendekatan kelompok peninjauan pada aspek individual santri. Misalnya, penempatan tempat duduk santri memerlukan pertimbangan pada aspek postur tubuh santri, dimana menempatkan santri yang mempunyai tubuh besar dan tinggi atau rendah, menempatkan yang mempunyai kelainan pendengaran dan penglihatan,  siswa yang cerdas, yang bodoh, yang pendiam yang lincah dan yang suka berbicara dilakukan pemisahan agar kelompok tidak didominasi oleh satu kelompok tertentu sehingga  persaingan dalam kelas berjalan  dengan  seimbang.
Dari uraian di atas, dapat ditarik pengertian bahwa penerapan strategi pengajaran  di pondok pesantren modern Ittihadul Ummah Gontor Poso sesuai dengan sumber daya  yang mereka miliki.
Pesantren diperuntukkan untuk memberdayakan masyarakat melalui kharisma seorang kyai atau ulama. Oleh karena itu diera modern ini diharapkan agar alumni pondok pesantren mampu menempatkan diri ditengah kemajuan zaman yang dibarengi dengan semangat religius.
            Hal yang demikianlah yang dilakukan pimpinan dan pengasuh/pengajar dalam mengelola Pondok Modern Ittihadul Ummah. Penting untuk diketahui bahwa diawal berkembangnya ini Pondok Modern Ittihadul Ummah tidak terlalu terikat dalam hal persyaratan masuk pondok seperti calon santri harus tahu baca tulis al-Quran.  Ini dimaksudkan agar Pondok ini banyak peminatnya, terlebih lagi disesuaikan dengan kondisi keagamaan masyarakat sekitar yang anak-anaknya mayoritas tidak mengerti baca tulis al-Qur'an. Walaupun demikian Pondok tetap menerapkan disiplin wajib berbahasa Arab/Inggris minimal dua bulan setelah berada di pondok pesantren.
Pada materi bahasa Arab/Inggris ini, metode pengajaran direct method yang sudah diterapkan  sejak berdirinya KMI selalu mendapatkan penekanan, sekaligus dikembangkan sesuai dengan berkembangnya metode yang lebih kreatif-inovatif.  Misalnya para guru bahasa Arab/Inggris di KMI tidak boleh menggunakan sistem terjemahan. Metode langsung ini diarahkan kepada penguasaan secara aktif dengan memperbanyak latihan baik lisan maupun tulisan, yang dilengkapi dengan media penggunaan alat peraga dengan berbagai variasinya.   Untuk penerapan hal tersebut maka diadakan berbagai macam latihan dan muha>d{arah (lomba pidato) tiga bahasa yaitu bahasa Arab, bahasa Inggris dan bahasa Indonesia,  semua ini dimaksudkan sebagai upaya memacu kreatifitas para santriwan dan santriwati agar termotivasi untuk senatiasa belajar.
            Ada semboyan menarik yang diungkapkan oleh K.H Imam Zarkasyih (pendiri Pondok Modern Gontor Ponorogo):  al-kalimah al-wa>h}idah fi> alfi jumlah, khairun min alfi kalimah fi jumalatin wa>hidah” yang artinya, mengetahui satu kata dan mampu meletakkannya dalam seribu kalimat sempurna, lebih baik daripada mengetahui seribu kata, tetapi hanya dapat meletakkannya masing-masing dalam satu kalimat sempurna. Para pakar bahasa telah menggaris bawahi empat skill berbahasa asing dengan baik, yaitu:
1.      Mendengar/listening/al-istima’
2.      Berbicara/speaking/al-muha>das}ah
3.      Membaca/reading/al-qira>’ah
4.      Menulis/writing/al-kita>bah.
Dalam didaktik-metodik di Pondok Gontor ada tambahan kemampuan (menjadi kemampuan kelima), yaitu kemampuan mengajar bahasa dengan baik. Untuk mengasah kelima kemampuan tersebut, Gontor menggunakan sistem perpaduan antar dua teori yang saling menopang, yakni: all in one system (nad}a>riyat al-wih}dah) dan  polysystemic approach (nad}a>riyat al-furu’).
Dalam proses pengajaran bahasa asing tersebut, pondok Gontor lebih menitikberatkan pada penggunaan direct method atau yang dikenal dengan al-tari>qah al-muba>syarah (penggunaan bahasa secara langsung) yang diarahkan kepada penguasaan bahasa secara aktif  baik lisan maupun tulisan. Dengan kata lain, santri  diarahkan untuk memfungsikan kalimat secara sempurna, dan bukan sekedar teori grammatikal tanpa mampu berbahasa.
Sebagaimana yang menjadi arus utama sistem pendidikan dan pengajaran di Gontor, tidak ada dikotomi antara intrakurikuler dan ekstrakurikuler. Karena menurut paham Gontor, yang disebut dengan kurikulum adalah segala hal yang meliputi seluruh aktifitas kehidupan yang berlangsung di pondok. Hal demikian diterapkan, tak lain agar menumbuhkan kepekaan rasa dan artikulasi berbahasa asing yang sesungguhnya. Adapun kegiatan ekstra yang ikut mendukung kemajuan berbahasa asing baik secara lisan ataupun tulisan, adalah sebagai berikut:
1.      Muh}a>d}arah.  Muh}a>d}arah atau latihan berpidato ini diselenggarakan tiga kali dalam satu minggu, dengan menggunakan tiga bahasa, yaitu bahasa Inggris pada Minggu malam, bahasa Arab pada Kamis malam, dan bahasa Indonesia pada Jumat malam. Tujuan diadakan muh}a>d}arah ini, selain melatih penguasaan, kecakapan dan keterampilan berbahasa juga sekaligus menumbuhkan kepercayaan diri. Adapun pelaksanaan teknisnya, santri dibagi dalam beberapa kelompok dan dibimbing oleh pengajar/pengasuh baik putra maupun putri.  Dalam observasi, beberapa  kali penulis mengikuti jalannya kegiatan muh}a>d}arah ini. Ada hal menarik yang  penulis saksikan, yaitu kegiatan dilaksanakan di halaman atau lapangan terbuka, terdiri dari beberapa kelompok,  dengan setting yang menarik; diantaranya ada podium yang dibuat secara dadakan, dengan hiasan yang semarak, cahaya lilin, serta sorak-sorai dari penonton, setiap santri selesai berpidato. Bahkan disipkan hadiah-hadiah kecil seperti wafer, biscuit dan lain sebagainya.
2.      Penyebaran kosa kata baru dan kontemporer dengan tulisan yang diletakkan di tempat-tempat strategis, di gedung-gedung, maupun di jalan-jalan pondok.
3.      Muh}ada>s}ah (conversation), aktifitas ini dilakukan dua kali dalam seminggu, dengan lawan bicara antar sesama santri selama 1 jam. Setelah muh}a>das}ah mereka diwajibkan lari pagi yang dilakukan secara tertib sembari menyanyikan lagu-lagu ringan atau yel-yel yang menjadi kekhasan pondok dengan tetap menggunakan kedua bahasa tersebut, guna menepis penat sekaligus menciptakan suasana riang.
4.      Pementasan drama bahasa Arab dan Inggris yang dilakukan sekali dalam satu semester.
Selain itu, praktik kedua bahasa tersebut dilakukan di hampir seluruh kegiatan pondok. Seperti kegiatan dalam kelas, di dapur, ketika berolah raga, di asrama, hingga saat antri di kamar mandi sekalipun. Termasuk ketika mengomentari berjalannya pertandingan basket dan sepakbola bagi putra atau latihan menari yang dilakukan santri putri pun dalam pengamatan penulis, selalu ditekankan untuk menggunakan bahasa Arab dan Inggris.
Akan tetapi bukan berarti hanya pelajaran tiga bahasa tersebut yang digeluti, melainkan masih banyak pelajaran-pelajaran lainnya yang tak kalah penting untuk dikaji bahkan harus dihafal, oleh santri KMI. Dan seperti diketahui bahwa KMI (Kulliyatul Muallimin al-Islamiyah) pondok modern Gontor adalah salah satu lembaga yang menangani pendidikan tingkat menengah dengan lama masa belajar 6 tahun (bagi lulusan SD) dan 3 Tahun (bagi lulusan SLTP/MTS). Lembaga ini memiliki kurikulum KMI yang seimbang antara ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum. Pengaturannya diintegrasikan dengan sistem pondok pesantren. Santri hidup selama 24 jam dalam asrama dengan bimbingan guru dan kyai.
Kurikulum KMI tidak terbatas pada pelajaran di kelas saja melainkan keseluruhan kegiatan di dalam dan  diluar kelas merupakan proses pendidikan yang tidak terpisahkan. Melalui pelajaran-pelajaran di KMI, santri memacu diri untuk dapat menguasainya dan kelak setelah terjun di masyarakat dapat menjadi panutan bagi masyarakat.  Materi pelajaran dalam kurikulum merupakan hal yang tak kalah pentingnya dengan yang lain, karena materi pelajaran berguna untuk memberikan jawaban terhadap apa yang dikerjakan dalam mencetak manusia yang diharapkan dalam tujuan pendidikan. Olehnya itu  materi pelajaran yang terdapat pada kurikulum tidak saja berkisar pada pengetahuan agama, melainkan juga pada pengetahuan umum yang sudah merupakan suatu keharusan dikuasai oleh peserta didik.
  1. Sistem Pengasuhan santri
            Pengasuhan santri merupakan lembaga yang mendidik dan membina
langsung seluruh kegiatan ekstrakurikuler santri atau seluruh aktivitas kehidupan santri di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso di luar jam belajar santri di KMI mulai bangun tidur sampai tidur kembali. Aktivitas santri tersebut mencakup kegiatan-kegiatan santri ditingkat  menengah, yang  diselenggarakan oleh Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) dan organisasi kepramukaan. Selain itu beberapa kegiatan santri di tingkat KMI juga ditangani oleh lembaga pengasuhan ini, dan semua itu merupakan tingkat integritas pendidikan dan pengajaran di Ittihadul Ummah.
Kehidupan santri di Ittihadul Ummah selama 24 jam tidak lepas dari  disiplin yang selalu didasari oleh nilai-nilai dan ajaran-ajaran kepondok modernan, yang meliputi berbagai aspek termasuk dalam ubudiyah, akhlak, belajar, berbahasa Arab dan Inggris, pakaian, absensi dan lain sebagainya. Hal ini  tidak lain dimaksudkan untuk mendidik pola kecerdasan santri, baik secara intelektual, emosional, sosial maupun spritual.
Sistem kepengasuhan santri di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso lebih menekankan pada kesadaran preventif dan meminimalisir hukuman fisik. Hal ini dimaksudkan agar sistem kekeluargaan lebih terpelihara di antara santri dan ustadz-ustadzah sebagai tenaga pengajar/pengasuh. Tentunya hal-hal tersebut dimaksudkan agar tercipta proses belajar mengajar dan kehidupan yang kondusif di lingkungan Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso.    
            Dengan demikian pengasuhan santri bertugas memberikan pengarahan-pengarahan tentang muatan filosofis dan manfaat dari setiap kegiatan di pesantren.  Selain menangani masalah santriwan dan santriwati, ada hal-hal yang menjadi tugas pengasuhan santri yaitu membina organisasi santri  (tim  dinamisator  rayon),  membina kegiatan kepramukaan,  membina disiplin santri secara menyeluruh dan melaksanakan bimbingan/penyuluhan santri.
            Dengan tugas yang kompleks dan menyeluruh, pengasuhan santri terus berusaha untuk meningkatkan kebersamaan dan komunikasi dengan lembaga-lembaga lain demi kelancaran seluruh aktifitas kegiatan di Pondok Modern Gontor Poso untuk mencetak kader-kader umat yang berkualitas yang nantinya akan menjadi ulama  yang  intelek, sehingga dalam kegiatan pengasuhan  santri  selalu berusaha untuk mempesantrenkan pesantren,  menggurukan guru dan menyantrikan santri, bekerja all out dan maksimal walaupun masih terdapat banyak  kekurangan. Lembaga ini dibimbing langsung oleh pengasuh Pondok  Modern Ittihadul Ummah kampus putra ustadz Cecep Sobar Rakhmat, dan untuk kampus putri ustadz Abdul Fatah.
c.                  Perkembangan  Pondok Pesantren Modern Ittihadul Ummah Poso
            Eksistensi Pondok Modern Ittihadul Ummah merupakan suatu respon agamawi dari masyarakat muslim Poso bersama para pemimpin keagamaan. Dalam langkah ini terjadi upaya bagaimana menjadikan Islam sebagai etos dalam kehidupan masyarakat, keagamaan, kebudayaan, ekonomi, sosial dan lain sebagainya.
            Berkaitan dengan hal tersebut, tidaklah heran jika pada awal diresmikannya  Ittihadul Ummah sebagai sebuah Pondok Modern, mendapat respon yang cukup baik dari kalangan masyarakat. Hal ini terbukti melalui data yang penulis rekrut dimana sejak awal berdirinya yaitu tahun 2007 jumlah santri  masih berjumlah 82 orang, tapi sekarang di tahun ketiga ini jumlah tersebut sudah melonjak menjadi 241 orang.
            Jumlah tersebut merupakan kegembiraan bagi umat Islam Poso. Karena setelah keterpurukan konflik, ternyata masyarakat Islam Poso tidak putus harapan untuk bangkit lagi dan menyekolahkan anak-anak mereka pada sekolah yang berlebel Islam. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:




Tabel 2
Keadaan Santri Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso Tahun 2010-2011

NO
KELAS
PRIA
WANITA
JUMLAH
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Kelas I/MTs kelas I
Kelas II/MTs kelas II
Kelas III/MTs kelasIII
I Intensif/ MA kelas I
II intensif/MA kelas II
III intensif/MA kelas III
30 orang
49 orang
24 orang
15 orang
15 orang
  7 orang
34 orang
28 orang
11 orang
14 orang
  7 orang
  7 orang
64 orang
77 orang
35 orang
29 orang
22 orang
14 orang
JUMLAH
140
101
241
Sumber : Kantor Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso.
Data pada tabel  di atas menggambarkan kecendrungan meningkat. Ini berarti bahwa fluktuasi santri dari tahun pertama dan tahun kedua terkait dengan tingginya minat masyarakat memasukkan anak-anaknya di lembaga pendidikan pesantren sebagai tempat menimba ilmu pengetahuan.
            Perlu dikemukakan bahwa selama ini Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso belum mempunyai alumni karena seperti yang telah di paparkan sebelumnya bahwa pesantren ini baru berdiri sekitar tiga tahun.
            Dari 241 orang santri Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso di asuh oleh 47 orang tenaga pengajar yang berasal dari berbagai daerah. Dalam tata tertib guru-guru Pondok Pesantren Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso di sebutkan bahwa yang dapat di terima menjadi guru pada Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso ialah, hanya alumni-alumni yang ada dibawah naungan Gontor  Darussalam Ponorogo. Dengan kata lain diluar dari Gontor tidak dibolehkan untuk mengajar di Ittihadul Ummah Poso. Ini karena Gontor menganut sistem kaderisasi dan selalu selektif dalam menentukan, agar non alumni tidak merusak sistem yang telah dijalankan selama ini. Dengan demikian, yang dapat mengajar di Pondok Modern Ittihadul Ummah Poso adalah orang-orang yang menurut Pondok Modern Darussalam Gontor sudah teruji loyalitasnya, dedikasinya dan tentunya berasal dari Gontor itu sendiri.
Para guru yang mengajar di KMI adalah tamatan dari KMI sendiri, yang kemudian melanjutkan studi ke Institut Studi Islam Darussalam (ISID) maupun berbagai perguruan tinggi lainnya, baik di dalam maupun di luar negeri. Sistem rekrutmen guru dari produk sendiri ini, merupakan suatu hal yang tak kalah pentingnya. Untuk meningkatkan kompetensi guru dalam mendidik santri, mereka telah lebih dulu dipersiapkan melalui berbagai program oleh bagian pembinaan karir guru di Pondok Modern Darussalam Gontor, baik dalam bentuk penataran guru, pengayaan materi pelajaran (tauji>h), dan pelatihan-pelatihan.
C.      Kendala dan Solusi Pelaksanaan Pendidikan Islam di Pondok Modern  Ittihadul Ummah Gontor Poso.

1.                  Kendala Pelaksanaan Pendidikan Islam.
Menurut penuturan Pimpinan Pondok, ada tiga kendala utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso, tiga kendala itu adalah:
a.                  Keterbatasan sarana pendukung pendidikan.
Keterbatasan sarana pendukung pendidikan di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso terutama pada sarana-sarana laboratorium fisika-kimia, komputer dan bahasa. Meskipun sarana-sarana ini sebenarnya telah tersedia, namun jumlah yang ada masih sangat terbatas. Ini belum lagi jika dilihat dari segi tenaga pengajar untuk bidang studi-bidang studi biologi, fisika dan kimia. Sebab merekalah yang nantinya akan membimbing di laboratorium tersebut. Tetapi khusus untuk tenaga pengajar bahasa seperti bahasa Arab dan Inggris dapat dikatakan telah mencukupi sebab memang tenaganya telah tersedia.
b.                  Perbedaan kemampuan peserta didik
Kendala yang kedua adalah input santri yang masuk ke Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso, memiliki kemampuan dasar pengetahuan agama yang berbeda-beda. Terutama yang sangat dirasakan pada saat penerimaan santri baru. Kebanyakan santri yang masuk justru belum mampu dalam hal baca tulis al-Qur’an.
Santri KMI sendiri memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Ada santri yang masuk telah mampu membaca dan menulis al-Qur’an, tetapi banyak juga yang masuk sama sekali belum bisa membaca dan menulis al-Qur’an. Kondisi seperti ini tentunya sedikit mengganggu proses peningkatan mutu yang telah dicanangkan, sebab santri yang masuk semestinya tidak lagi mempunyai kendala-kendala dasr tersebut. Tetapi kondisi seperti ini tidak bisa dihindari. Sebagaimana dikatakan oleh Pimpinan Pondok: “bagaimanapun mereka telah datang ke Pondok Modern Ittihadul Ummah, terlebih lagi jika datang jauh-jauh dari luar Poso, tentunya pihak Pondok tidak seharusnya menolak mereka”.
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata di Ittihadul Ummah masih banyak santri yang awalnya belum paham baca tulis Al-Qur’an. Persoalan ini setelah di konfirmasi pada sebagian santri, ternyata hal tersebut disebabkan oleh beberapa kendala di antaranya:
1)       Karena sebelum masuk ke pesantren, santri belum pernah    belajar mengaji.
2)       Kesulitan untuk menulis dan membaca al-Qur’an adalah karena orang tua tidak pernah membimbing bahkan menurut sebagian santri orang tua mereka juga belum paham dengan baca tulis Al-Qur’an.
Kondisi tersebut sangat mempengaruhi tingkat kemampuan dan keterampilan baca tulis al-Qur’an santri. Apalagi mengingat bahwa di Ittihadul Ummah pelajaran agama seimbang dengan pelajaran umum.
c.                  Keterbatasan tenaga pengajar
Kendala lain yang dihadapi dalam upaya peningkatan mutu pendidikan adalah keterbatasan tenaga pengajar khususnya bidang studi eksakta, seperti matematika, biologi, fisika dan kimia. Karena kebanyakan guru yang mengajar di KMI Ittihadul Ummah Gontor Poso adalah alumni KMI sendiri dan Perguruan Tinggi agama, sehingga pendalaman materi-materi serta kemampuan untuk mengajar mata pelajaran eksakta sangatlah terbatas.
2.    Solusi Pelaksanaan Pendidikan Islam.
Pada sub masalah tentang upaya-upaya Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso sebagai lembaga pendidikan Islam pasca konflik Poso, merupakan langkah-langkah yang ditempuh untuk menunjang pelaksanaan pendidikan Islam di pondok tersebut. Upaya-upaya yang ditempuh tersebut pada dasarnya, juga merupakan merupakan solusi untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi antara lain:
a.           Menambah sarana dan prasarana penunjang pendidikan.
Upaya yang dilakukan oleh Pondok Modern Ittihadul Ummah dalam mengatasi keterbatasan sarana penunjang pendidikan, adalah dengan terus menambah sarana-sarana laboratorium biologi, fisika, dan kimia. Karena tanpa sarana laboratorium tersebut, sulit rasanya para santri bisa akrab dengan dunia praktikum fisika kimia dan biologi, ketika mereka tidak akrab, maka peningkatan mutu pendidikan akan berjalan di tempat. Artinya tidak ada peningkatan sama sekali, sebab pengetahuan santri baru pada tataran yang abstrak tentang suatu pengetahuan yang seharusnya dipraktekkan di laboratorium. 
Saat ini telah diupayakan pembangunan ruang untuk sarana tersebut, dan pada kali terakhir penulis mengunjungi Pondok Modern Ittihadul Ummah di Poso, ada ketambahani dua lokal gedung  yang sedang dalam proses pembangunan, yang merupakan bantuan dari Kementerian Agama Kabupaten Poso.
Selain itu juga pengadaan berbagai perlengkapan sarana penunjang lainnya, diantaranya adalah gedung serba guna yang dilengkapi dengan sarana pendidikan audio visual. Hal ini tentunya akan membantu santri untuk lebih cepat memahami mata pelajarannya, disamping itu tentunya pembelajaran akan lebih menyenangkan jika didukung oleh fasilitas-fasilitas tersebut.
Keberadaan sarana dan prasarana penunjang pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak perlu, untuk itu dari pihak pondok telah mengupayakan berbagai sarana tersebut, walaupun belum sepenuhnya bisa terpenuhi, mengingat pondok ini memang masih dalam tahap pengembangan.  Oleh karena itu secara perlahan-lahan  terus diupayakan pemenuhan kebutuhan akan sarana dan prasarana penunjang tersebut.

Sementara untuk media komputer saat ini telah dapat terpenuhi, sekalipun jika dilihat dari jumlah santri dan jumlah unit komputer yang tersedia masih jauh dari cukup. Sebagaimana diketahui, salah satu bentuk perkembangan mutakhir adalah intervensi teknologi informasi yang semakin meluas. Teknologi komputer merupakan salah satu yang terpesat, baik menyangkut software (perangkat lunak) maupun hardware (perangkat keras). Kehadiran komputer sebagai salah satu sarana penunjang pendidikan, sudah tak terelakkan, tidak terkecuali di pesantren. Saat ini Pondok Modern Ittihadul Ummah, telah didukung oleh ketersedian komputer sebanyak 20 unit, 10 unit untuk putera dan 10 unit untuk puteri. Di luar sarana komputer untuk bagian administrasi. Sebagaimana yang sudah dipaparkan diatas, jumlah tersebut masih jauh dari cukup. Namun upaya-upaya untuk terus mengembangkan dan melengkapi ketersediaan sarana dan prasarana tersebut terus dilakukan.
b.      Peningkatan kualitas santri
Untuk memecahkan persoalan input santri yang beragam, KMI melakukan penyaringan ujian masuk. Penyaringan ini tidak dimaksudkan untuk menolak atau tidak menerima santri yang belum memiliki kemampuan-kemampuan dasar yang disyaratkan, tetapi lebih merupakan upaya untuk mengetahui kemampuan santri baru secara menyeluruh, untuk kemudian diambil kebijakan-kebijakan pengayaan.
Setelah prosesi tes ini dilalui, diketahuilah mana santri yang telah memiliki kemampuan dasar pengetahuan al-Qur’an, seperti menulis dan membaca al-Quran, dan mana santri yang belum memiliki kemampuan dasar tersebut. Setelah kondisi diketahui, maka mereka yang dinilai tidak memiliki kemampuan dasar membaca dan menulis al-Qur’an akan diberikan kursus-kursus mengenai cara membaca dan menulis al-Qur’an. Instruktur dari kegiatan ini diisi oleh guru yang ditunjuk dan dengan jadwal yang telah ditentukan. Kegiatan kursus ini berlangsung selama satu bulan. Setiap santri yang mengikuti kegiatan tersebut diharapkan dalam satu bulan telah mampu membaca dan menulis al-Qur’an.
Selain itu, untuk meningkatkan kualitas atau prestasi belajar santri Ittihadul Ummah, pihak pesantren mencanangkan beberapa program, yakni: ulangan umum, lomba cerdas cermat pada materi-materi hafalan oleh bagian Proses Belajar Mengajar (PBM), pemeriksaan buku catatan santri, optimalisasi pemanfaatan perpustakaan, dengan memberikan jadwal masuk untuk semua kelas, mengadakan ta’hi>l (pengayaan) terhadap beberapa materi yang dianggap sulit pada belajar malam, membuat jadwal hafalan materi-materi pelajaran serta mengadakan insya dan tamrina>t seminggu sekali.
Sementara itu, untuk memantau perkembangan santri, para wali kelas dibekali buku khusus yang harus dilaporkan kepada pimpinan pesantren setiap akhir semester. Selain itu secara rutin juga diadakan pertemuan dengan pimpinan pesantren atau pertemuan dengan wali kelas untuk membahas perkembangan santri. Untuk itu hal-hal yang harus diperhatikan santri agar belajar menjadi efektif dan produktif diantarnya: santri harus menyadari sepenuhnya akan arah dan tujuan belajarnya sehingga ia senantiasa siap siaga untuk menerima dan mencernakan bahan. Jadi bukan belajar asal belajar saja, santri harus memiliki niat yang murni, niat yang benar karena Allah bukan karena sesuatu yang lain, sehingga terdapat keikhlasan dalam belajar,
  Bukan itu saja, para santripun harus senantiasa memusatkan perhatiannya terhadap apa yang sedang dipelajari dan berusaha menjauhkan hal-hal yang mengganggu konsentrasi sehingga terbina suasana ketertiban dan keamanan bekajar bersama dan/atau sendiri. Dan yang tak kalah penting adalah santri Ittihadul Ummah harus memandang bahwa semua ilmu (bidang studi) itu sama penting bagi dirinya, termasuk bidang baca tulis al-Qur’an, sehingga semua bidang studi dipelajarinya dengan sungguh-sungguh.
Untuk itu berdasarkan pantauan penulis bahwa pihak Pondok Modern Ittihadul Ummah senantiasa mengadakan bimbingan terhadap santri salah satunya dengan cara mengadakan pendekatan dengan orang tua santri. Dan tentunya hal ini mudah saja untuk dimengerti, agar lebih memudahkan mengindentifikasi setiap masalah yang ditemukan pada setiap santri sebagai peserta didik. Oleh karena itu, guru berkewajiban memperhatikan masalah yang dihadapi santri dan menjelaskan serta memberi peluang kepada murid untuk memperoleh bimbingan. Sehingga dalam hal ini bukan saja tercipta hubungan baik antara orang tua dan guru melainkan juga terbina hubungan antara guru dengan santri. Tetapi hubungan ini tidak boleh meniadakan jarak dan rasa hormat murid terhadap guru. Wibawa harus senantiasa ditegakkan, namun keakraban juga harus terjalin.
c.      Peningkatan Kualitas guru
Mengingat peranan guru sangatlah penting dan dominan demi keberhasilan pendidikan dan peningkatan kualitas santri, maka seorang guru harus benar-benar professional dalam bidangnya, dan mampu mengembangkan pengetahuan dan potensi diri dalam mengajar. Untuk itu Pimpinan Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso mengupayakan peningkatan kualitas guru/pendidik.
Diantara upaya Pondok dalam meningkatkan kualitas guru adalah dengan melakukan kontrol terhadap kehadiran guru dikelas, dengan jadwal sistematis dan kongkritnya dan mengintensifkan pemeriksaan batasan pelajaran. Upaya terakhir ini dengan melibatkan ketua kelas, yakni dengan memberikan buku khusus yang dibagikan oleh bagian Proses Belajar Mengajar (PBM) dan dilaporkan setiap minggu.
Adapun kegiatan Pondok Modern Ittihadul Ummah berdasarkan hasil pendataan, dalam rangka peningkatan kompetensi keguruan, yakni: penataran guru baru. Penataran guru baru dilaksanakan dengan menghadirkan guru-guru senior, dengan program pokok:
a)                  Kopondokmoderenan.
b)                 Profesi keguruan dan guru KMI Pondok Modern ala Gontor.
c)                  Pembelajaran Bahasa Inggris.
d)                 Pembelajaran Bahasa Arab.
e)                  Petunjuk menjaga kesehatan.
f)                   Pembelajaran dirasah Islamiyah.
g)                  Ilmu keguruan dan strategi belajar mengajar.
h)                 Bimbingan dan penyuluhan
i)                   Pemantapan materi-materi eksakta
Dalam upaya meningkatkan kompetensi guru, bagian karir guru Pondok Modern Ittihadul Ummah mengadakan pengayaan dan pendalaman materi pelajaran. Tekanan kegiatan ini terletak pada pendalaman materi yang sudah dan akan diajarkan secara rinci, baik pemahaman maupun metodologi pengajaran yang dilakukan dengan pola bimbingan tutorial secara intensif.
Dalam rangka pendalaman materi-materi eksakta bagi guru,  Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso ini, meminta agar dikirimkan guru senior (master teacher) untuk menjadi tutor terutama dalam materi-materi tertentu yang dianggap urgen untuk di bahas. Tujuannya adalah untuk menyamakan persepsi dalam metode pengajaran, serta upaya peningkatan kompetensi guru. Sebab guru akan menunaikan tugasnya dengan baik atau dapat bertindak sebagai tenaga pengajar yang efektif, jika pada guru tersebut berbagai kompetensi keguruan dan melaksanakan fungsinya sebagai guru.
Penting diketahui bahwa antara guru yang satu dan guru lainnya berbeda dan memiliki kompetensi kepribadian sendiri-sendiri yang unik. Tidak ada guru yang sama, walaupun mereka sama-sama memiliki pribadi keguruan. Dan pribadi keguruan ini perlu dikembangkan agar setiap guru terampil dalam mengenal dan mengakui harkat serta potensi dari setiap individu atau atau santri yang diajar, membina suatu suasana sosial yang meliputi interaksi belajar mengajar/pengasuhan santri. Sehingga tercipta dan terbina suatu perasaan saling menghormati, saling bertanggung jawab dan saling mempercayai antara guru dan santri.
Untuk itu, berdasarkan pengamatan penulis, guru-guru di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso tidak bosan-bosannya menyusun komponen-komponen secara epistemologi sedemikian rupa dan disampaikannnya kepada para santri melalui informasi-informasi dan kecakapan yang dimilikinya. Serta merencanakan atau menyusun setiap program pembelajaran, mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan (alat peraga), serta mempergunakan metode-metode mengajar sehingga terjadilah cara belajar mengajar yang efektif dan efisien.
Upaya peningkatan kualitas guru/pendidik juga dilakukan dengan cara mengirim beberapa orang guru untuk belajar, melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Saat ini beberapa orang guru di Pondok Modern Gontor sedang kuliah pada Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Poso, dan bahkan Pimpinan Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso, sedang menyelesaikan pada Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Datokarama Palu.
D.  Peran Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso
1.      Peran sebagai Lembaga Pendidikan
Dewasa ini lembaga pendidikan yang semakin berkembang, berinovasi dan berupaya menghasilkan out put yang siap pakai, tidak semata hanya dimiliki oleh sekolah umum saja. Namun pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia juga mulai merestrukturisasi kurikulum pendidikan dan sistem pembelajaran dengan menyesuaikan terhadap perkembangan zaman, dalam artian pesantren tidak selalu diidentikkan dengan lembaga pendidikan yang masih tradisional, tetapi pesantren sudah mulai berinovasi dengan mengintegrasikan sistem pendidikannya pada kurikulum nasional. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan dan peran pesantren semakin signifikan terhadap pengembangan pendidikan Islam pada masyarakat yang selanjutnya dapat berimplikasi terhadap pembentukan sikap yang baik.
Oleh karena dapat dikatakan bahwa itu peran Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso dalam peningkatan pendidikan  Islam pada masyarakat khususnya di Kabupaten Poso sangat penting sekali, dan hal ini sebenarnya sudah merupakan tugas dan tanggung jawab Pondok sesuai dengan azaz dasar didirikannya pondok Modern Ittihadul Ummah.
Lebih lanjut tentang seperti apa dan bagaimana peran Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso dapat dikemukakan sebagai berikut
Sebenarnya keberadaan pondok pesantren khususnya di
Poso ini sangat penting sekali perannya terhadap peningkatan pendidikan agama Islam pada masyarakat, karena masyarakat banyak yang beranggapan bahwa pondok pesantren itu merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan lembaga-lembaga pendidikan lainnya. nilai khususnya dalam hal spritual. Kenapa saya katakan demikian, karena sejak berdirinya pondok pesantren Ittihadul Ummah, pesantren ini sudah menjadi tempat pendalaman ilmu pengetahuan Islam dan memantapkan posisinya dalam pengembangan agama Islam. Maka dari itu banyak masyarakat yang mempercayai proses pendidikan anaknya kepada pesantren ini dengan cara memondokkan anak-anaknya dengan tujuan agar mereka bisa mempunyai pengetahuan yang luas yang dibarengi dengan akhlak yang baik.

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa keberadaan Pondok Modern Ittihadul Ummah dalam upaya peningkatan pendidikan  Islam bagi masyarakat Poso dinilai memiliki peran yang cukup signifikan. Hal ini ditandai dengan kepercayaan masyarakat untuk memasukkan anak-anak mereka ke Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso.
Sebagaimana Pondok Darussalam Gontor, Ittihadul Ummah Poso juga menekankan pentingnya pengetahuan dasar yang harus dimiliki santri dan para alumninya, yaitu pelaksanaan ibadah sehari-hari dengan baik dan benar, lancar membaca al-Quran dan menulis huruf Arab, menguasai dasar-dasar berhitung (matematika), bahasa Indonesia, dan pengetahuan umum lainnya. Sebagaimana dijelaskan oleh Ustad Cecep selaku pimpinan Pondok:
Untuk mendapatkan input yang memadai, Pondok Ittihadul Ummah Gontor Poso mengadakan proses seleksi sebagai quality control dan sebagai titik tolak untuk menghasilkan output yang berkualitas.
Namun tidak jarang seleksi yang diselenggarakan terbentur dengan realitas, bahwa pesantren biasanya dituntut untuk berpenampilan populis (merakyat), apa lagi diketahui bahwa kebanyakan anak-anak yang berminat masuk ke pesantren ini tidak tahu atau belum terlalu tahu baca tulis al-Qur'an.
Hal tersebut tidak menjadi masalah bagi Pondok Modern Ittihadul Ummah, semua dapat diatasi, karena para tenaga pengajar dan pengasuhnya bertekad agar Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso  tetap tumbuh efektif dan berwibawa dihadapan masyarakat dalam jangka panjang. Dan alhamdulillah, dengan keberadaan sistem yang diterapkan pondok modern Ittihadul Ummah Gontor Poso, mendapatkan kepercayaan dari masyarakat dalam menyekolahkan anaknya ke Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso.  Ini dapat dilihat dari setiap tahun ajaran baru calon santri yang mendaftar sudah lebih banyak dari tahun sebelumnya seperti jumlah yang telah disebutkan pada sub sebelumnya.
Kenyataan di atas memberi keyakinan kepada penulis bahwa memang pada dasarnya manusia itu mencintai yang ma’ruf dan membenci yang munkar. Kebaikan hidup akan terwujud apabila manusia bisa memaknai kehadirannya di muka bumi sebagai khali>fah fi> al-ard{. Kesadaran akan posisi strategis inilah yang khususnya menjadi motivasi lahirnya berbagai program kreatif dan inovatif dalam mengarahkan fungsi kekhalifhan manusia di atas bumi sesuai dengan ajaran agama melalui proses-proses pendidikan.
            Sebagai lembaga pendidikan pondok pesantren modern Ittihadul Ummah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki kemandirian, dalam hal kurikulum dikatakan mandiri karena lembaga ini tidak mengambil kurikulum nasional melainkan kurikulum tersendiri yang dibuat langsung  oleh Gontor Ponorogo sebagai pembinanya.
            Proses pendidikan di pondok ini melibatkan para santri sebagai subjek bukan objek dari pendidikan, artinya di pondok ini para santri mendidik diri mereka sendiri dengan melalui berbagai aktivitas, kreativitas dan interaksi sosial yang sangat penting bagi pertumbuhan/ penyempurnaan karakter santriawan dan santriwati yang tentunya hal ini dimaksudkan sebagai persiapan santri kelak terjun dalam kehidupan bermasyarakat.
            Dengan demikian dapat dikatakan bahwa  Ittihadul Ummah berperan membantu mengaktualisasikan diri para santrinya agar menjadi tangguh baik sebagai individu maupun dalam kelompok. Tangguh dalam artian bukan sekedar bisa hidup di masyarakat melainkan bisa menghidupi masyarakat  bukan saja dipimpin tetapi juga sanggup memimpin, alias menggerakkan masyarakat.
Untuk menumbuhkan potensi-potensi tersebut diperlukan latihan-latihan melalui program-program ekstra kurikuler, inilah yang dimaksud dengan mendidik diri sendiri dengan tidak menggantungkan diri kepada orang lain karena pemuda yang terdidik menolong diri sendiri dapat menghadapi masa depan dengan penuh harapan serta jalan hidup yang terbentang luas didepannya. Itulah sebabnya sistem pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso adalah sistem pendidikan wajib berasrama.
Pondok adalah tempat berlatih agar menjadi orang yang suka dan pandai menolong, bukan yang hanya selalu minta tolong.  Oleh karena itu disini dilatih mengurus diri sendiri, mencuci sendiri, termasuk pegang keuangan sendiri. Tapi bukan berarti santri pondok pesantren modern Ittihadul Ummah menganut paham kebebasan dan terlepas dari pengawasan. Karena dengan tidak adanya pengawasan, belajarnyapun seenaknya pula, sehingga waktu  yang terpakai tidak seimbang dengan ilmu yang didapat. Dipondok pesantren modern Ittihadul Ummah dilaksanakan sistem pendidikan pertengahan. Artinya tidak terlalu bebas dan tidak terlalu sempit. Jadi para santri masih mendapat kebebasan seluas mungkin dalam batas-batas yang tidak membahayakan pendidikan dan  disiplin antara para santri sendiri yang dijalankan dengan penuh kesadaran tidak ada paksaan. Sebagaimana yang disampaikan oleh ustadz Cecep Sobar Rahmat “Kehidupan dalam pondok pesantren ini dijiwai oleh suasana-suasana   yang  dikatakan sebagai panca jiwa yaitu keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah diniyah dan kebebasan.
Pertama, keikhlasan merupakan pangkal perbuatan yang dilaksanakan tanpa pamrih, melainkan semata-mata karena ibadah kepada Allah swt. Karena bagi santri Ittihadul Ummah keikhlasan adalah kunci dari diterimanya amal di sisi Allah swt. Begitulah suasana pendidikan yang diterapkan di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso dalam mengembangkan perannya sebagai lembaga pendidikan.
Di Ittihadul Ummah, suasana dimana semua tindakan didasarkan pada keikhlasan. Yaitu ikhlas dalam bergaul, dalam nasihat menasihati dalam mempimpin dan dipimpin, ikhlas mendidik dan dididik, ikhlas berdisplin dan sebagainya. Suasana seperti ini dilaksanakan antar sesama santri, antara santri dengan guru, antara santri dengan kyai, antara guru dengan guru dan sebagainya. Contoh konkrit dari penanaman jiwa keikhlasan ini seperti dalam mendidik santri, kyai dan guru ikhlas tidak dibayar.  Jadi di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso tidak ada sistem gaji untuk guru.
Dengan demikian segala gerak gerik dalam Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso berjalan dalam suasana keiklasan yang mendalam. Sehingga tercipta suasana hidup yang harmonis antara guru yang disegani dan santri yang taat dan penuh cinta serta hormat dengan segala keikhlasan.
Kedua, kehidupan dalam pondok diliputi suasana kesederhanan. Sederhana bukan berarti pasif atau mau saja menerima,  tapi sederhana disini diartikan kekuatan atau ketabahan hati, penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup dengan segala kesulitan. Dengan jiwa  kesederhanaan ini pula terpancar jiwa besar, berani maju serta pantang mundur dalam segala keadaan. Dengan jiwa kesederhanaan ini juga tumbuh karakter yang kuat yang menjadi syarat bagi suksesnya perjuangan dalam segala segi kehidupan. Kebiasaan ini menjadi modal yang berharga untuk membangun sikap pantang mundur dalam menghadapi hidup.
Contoh kesederhanaan yang diajarkan antara lain: kesederhanaan dalam berpakaian, potongan rambut, makan, tidur, berbicara, bersikap dan bahkan berfikir. Contoh kesederhanaan ini dapat penulis saksikan dari kehidupan  kyai dalam hal ini ustadz Cecep, baik dirumah, cara  berpakaian, pola makan, bertingkah laku, serta sikap hidupnya. Begitupun pada kehidupan para santri, dimana tidak terlihat perbedaan antara santri yang kaya dan miskin. Hal ini membuat santri yang kurang mampu tidak minder dan santri yang kaya tidak sombong.
Ketiga adalah berdikari atau disebut juga kesanggupan menolong diri sendiri. Hal ini tidak saja berlaku untuk santri sebagai individu, tetapi juga pondok pesantren sebagai institusi, contoh dari jiwa berdikari adalah dalam kehidupan keseharian Ittihadul Ummah, santri dididik untuk mengurus segala keperluannya secara mandiri termasuk kebersihan kampus juga menjadi tanggung jawab santri. Setiap hari ada piket dari santri yang membersihkan kamar, asrama, depan asrama, kelas, masjid, aula, kantor-kantor dan sebagainya. Untuk pendidikan kemandirian ini santri lebih ditekankan agar mampu bertanggung jawab terhadap beban yang diberikan kepadanya.

Sikap berdikari/disiplin yang dimaksud dalam ayat tersebut termasuk etos kerja diantaranya:
a.      Disiplin dalam beribadah kepatuhan dalam beribadah merupakan ketaatan yang berhubungan kepada Allah swt. 
b.      Disiplin menuntut ilmu pengetahuan. Dalam menuntut ilmu pengetahuan baik yang bersifat duniawi dan ukhrawi dan atau keduanya hukumnya wajib
c.      Disiplin sebagai warga negara.
Sebagai warga negara yang baik, disiplin harus menaati undang-undang  dan peraturan-peraturan serta berbagai produk hukum lainnya. Tindakan seperti ini merupakan sikap dan perilaku yang terpuji menuju negara adil, makmur dan sejahtera.
Dengan demikian, sikap berdikari dapat dikatakan sebagai satu langkah mendidik santri dalam memberi inspirasi memainkan peran tentang perubahan nasib yang dalam hal ini sangat tergantung pada diri santri itu sendiri.
Keempat adalah ukhu>wah dini>yah/jiwa persaudaraan. Jiwa persaudaraan ini menjadi dasar hubungan antara santri, kyai  dan guru dalam sistem kehidupan pondok pesantren. Dari sinilah tumbuh kerelaan untuk saling berbagi dalam suka dan duka, hingga kesenangan dan kesedihan dirasakan bersama. Kesadaran  berbagi seperti ini diharapkan tidak hanya berlaku ketika santri berada dipondok pesantren, melainkan menjadi bagian dari kualitas pribadi yang dia miliki setelah tamat dari pondok dan berkiprah di masyarakat.
Kelima adalah jiwa kebebasan jiwa ini terkait dengan kemandirian, karena dengan memiliki jiwa mandiri seseorang dapat bebas menentukan pilihannya. Jiwa inilah yang dianut oleh Gontor dalam menentukan kurikulum, kalender pendidikan dan program pendidikan.
Kelima panca jiwa tersebut diharapkan mampu dimiliki oleh setiap santri sebagai bekal terjun dimasyarakat  kelak. Untuk Itu guru/pengasuh sebagai tenaga pendidik merupakan salah satu faktor yang amat penting, karena pendidik itulah yang bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi anak didiknya, keberhasilan seorang pendidik dapat dilihat dari hasil luaran pondok pesantren yang menjadi tempat pengabdiannya. Santri/anak didik yang berkualitas menunjukkan kualitas terhadap pendidiknya. Menjadi seorang pendidik yang baik yakni bukan saja menguasai bahan mata pelajaran yang akan disajikan akan tetapi mengetahui juga bagaimana cara penyajiannya, begitu pula dengan metode pengajaran yang akan diterapkan karena tanpa itu semua maka pendidikan yang diselenggarakan akan mengalami stagnasi (kemadekan).
Untuk itu, sangat tepat apa yang dilakukan  Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso bahwa dalam meningkatkan kualitas manusia, hal yang strategis dilakukan menurut ustad Cecep Sabar Rahmat adalah:
1.      Peningkatan kualitas ibadah
2.      Pengembangan kualitas hidup manusia
3.      Peningkatan kualitas kerja manusia
4.      Kemampuan untuk berkarya dan
5.      Kemampuan/kreativifitas berfikir.

Pertama, peningkatan kualitas ibadah dilakukan di pondok pesantren modern Ittihadul Ummah Gontor Poso agar setiap santri mengerti betul tujuan penciptaan mereka dibumi yaitu untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat setiap santri mensyukuri nikmat Allah swt yang diberikan kepada manusia serta mengingatkan kewajiban yang harus dijalankan dan berbagai larangan yang harus dihindarkan.
Kedua, diperlukan pengembangan kualitas hidup manusia dalam hal ini santri Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso, melalui peningkatan kualitas lingkungan hidup di pondok dan kelak mereka tamat dari pondok. Dalam hal ini untuk menumbuhkan semangat kebersihan diri santri, KMI Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso mengadakan lomba kebersihan antar kelas setiap minggu. Pemenangannya akan mendapat hadiah, sedangkan kelas yang mendapatkan nilai kebersihan terendah akan memperoleh sanksi, yakni pembersihan kompleks kelas selama satu minggu. Selain itu untuk memperindah ruang kelas dan memotivasi santri mencintai al-khat} al-‘arabi>, diadakan juga lomba kaligrafi, dan masih banyak kegiatan kedisplinan lainnya.
Ketiga, peningkatan kerja santri ini dimaksudkan agar para santri dapat melakukan kerja secara profesional. Hal ini dilakukan dengan cara menggali minat dan bakat para santri dan membuat mereka melakukan yang terbaik dalam bidang yang diminatinya.
Keempat, hal yang perlu ditingkatkan pula adalah kemampuan untuk berkarya. Para guru terus membina santri agar memiliki orientasi berbuat, berprestasi dan berkarya. Artinya para santri dididik dan diarahkan untuk menghasilkan karya terbaik dalam bidang yang diminatinya. Misalnya saja menghasilkan karya tulis, melukis, kaligrafi. Hasil teknologi untuk pertanian, transportasi, komunikasi, rumah tangga, pakaian dan seterusnya.  Untuk peningkatan kualitas santri, di Gontor Poso ini tidak hanya diajarkan ilmu pengetahuan dalam artian yang disampaikan dikelas, tetapi juga diberi bekal keterampilan dengan  beberapa kursus keterampilan seperti  kaligrafi, menjahit, masak-memasak,  elektronik, kursus komputer, dan keterampilan bercocok tanam.
Kelima adalah peningkatan kualitas berfikir para santri sebagai contoh; lomba cerdas cermat, mengarang, bahkan seperti di Gontor Ponorogo diterapkan kebiasaan bedah buku. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi santri agar bisa, mau, serta cinta belajar dan berfikir. Dengan kebiasaan seperti ini, para santri nantinya,dalam belajar dan berfikir, tidak lagi merupakan hal yang dipaksakan, tetapi merupakan kegiatan yang dilakukan secara aktif dengan penuh kesenangan.
Kelima komponen di atas menjadi barometer Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso dalam mengembangkan kualitas sumber daya santri. Untuk itu guru/pengasuh yang ada tidak hanya bertugas mengajar dan mendidik tapi juga membimbing karena ada beberapa hal yang perlu disadari bahwa  peran Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Gontor Poso sebagai lembaga pendidikan amatlah strategis  terutama  karena Poso merupakan daerah yang populasi umat Islam kurang lebih sama dengan jumlah umat lain dalam hal ini Kristen, Hindu dan Budha. Dengan demikian meningkatkan kualitas santri adalah notabene  mengangkat separuh jumlah masyarakat muslim dalam rangka pengembangan misi Islam kedepan. Berarti pula tugas Ittihadul Ummah dalam meningkatkan kualitas dirinya. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa pondok  pesantren merupakan lembaga yang diharapkan mampu ikut andil dalam meningkatkan kualitas generasi Islam.
Hal ini relevan dengan tujuan didirikannya Pondok Modern Gontor  sebagai berikut :
a.      Terwujudnya generasi yang unggul menuju terbentuknya khair ummah
b.      Terbentuknya generasi mukmin-muslim yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas, serta berkhidmat pada masyarakat.
c.      Lahirnya ulama intelek yang memiliki keseimbangan dzikir dan fikir.
d.      Terwujudnya warga negara yang berkepribadian Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt.
Berdasarkan tujuan tersebut dapat dikatakan bahwa peningkatan sumberdaya manusia/santri yang berkualitas dalam hal ini tidak saja menguasai ilmu  umum tapi lebih dari itu  ilmu keislaman adalah menjadi agenda penting. Artinya kelak sebagai  alumni pesantren  dapat menjadi pemimpin umat yang memiliki IMTAK dan IPTEK dan mampu menjadikan Islam sebagai rahmatan lil a>lami>n.   
Hal tersebut tidak terlepas dengan fungsi pesantren sebagai lembaga pengkaderan yang berhasil mencetak kader umat dan kader bangsa. Ini dilihat dengan banyaknya alumni pesantren yang menjadi pemimpin umat dan bangsa atau menjadi elit strategis dalam berbagai bidang kehidupan selain banyak yang menjadi guru atau mubaligh, tidak sedikit keluaran pesantren yang menjadi pengusaha, tentara, cendikiawan. Hal ini tidak lain karena agenda masa depan suatu pesantren tidak terlepas dari agenda bangsa secara keseluruhan.
Sebagai bagian integral dari kehidupan bangsa, Pondok modern Ittihadul Ummah ikut bertanggung jawab terhadap masalah yang dihadapi oleh umat khususnya umat Islam Poso. Sebagai konsekwensinya, Ittihadul Ummah dituntut dapat berperan serta dalam memecahkan masalah  dan tantangan, terlebih lagi keadaan setelah konflik Poso. Apalagi, seperti yang telah diungkapkan oleh sebagian masyarakat Poso bahwa Poso saat ini setelah konflik membutuhkan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang bisa menciptakan kader-kader Islam yang kuat dan tangguh yang mampu menjadi benteng dan pertahanan umat di masa datang.

Dari pemaparan diatas, dapat dipahami bahwa sejauh ini, sungguhpun keberadaan Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso ini baru seumur jagung, namun harapan masyarakat sangat besar terhadap perannya sebagai lembaga pendidikan Islam yang akan menghasilkan kader-kader muslim yang unggul.
2.      Peran dalam Pengembangan Islam
            Berbicara tentang peran Ittihadul Ummah dalam pengembangan Islam berarti juga berbicara tentang perlunya pengembangan manusia. Hal ini cukup menarik.
            Tingginya peran pesantren kini makin disadari terlebih Ittihadul Ummah yang keberadaannya memiliki hubungan dengan keadaan masyarakat Poso pasca konflik ini merupakan trend yang sangat baik untuk meningkatkan peran pesantren di dalam pengembangan syiar Islam.
            Perlunya meningkatkan kualitas manusia juga sudah menjadi pokok bahasan di seluruh dunia. Di Indonesia hal ini lebih dikenal dengan pengembangan sumberdaya manusia (SDM)  yang diyakini sebagai sumber keunggulan kompetitif bangsa di masa depan. Sedang pada tingkat global sering pula didengar istilah pembangunan yang bertitik sentral pada manusia.
            Peran Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso dan pengembangan Islam merupakan suatu hal yang sangat strategis karena ini berarti juga pembinaan manusia yang berilmu dan berkualitas serta faktor strategis yang secara spesifik diemban oleh Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso dalam pembinaan manusia berilmu dan berkualitas tersebut.
Hal ini sesuai dengan harapan masyarakat sebagaimana yang disampaikan oleh  H. Lili Sumarli selaku pejabat di Kementrian Agama Kabupaten Poso bahwa Masyarakat muslim Poso pada dasarnya mengharapkan dengan adanya pondok Pesantren Gontor Poso ini, bisa membina anak-anak Poso pada khususnya, agar memiliki pengetahuan agama dan pengetahuan umum secara luas, sehingga mereka bisa menjadi anak-anak yang terampil dan  bertanggung  jawab  untuk memajukan kabupaten Poso.
Dengan demikian sangat pantaslah, jika para orang tua memasukan anak-anak mereka ke Pondok Pesantren Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso, setelah konflik sosial terjadi di Poso. Hal ini tentu tidak lain dimaksudkan sebagai suatu upaya pencarian potensi kedamaian yang mungkin dapat diimplementasikan dalam mengatasi berbagai konflik serta memperkuat bangunan kesatuan masyarakat Poso.
Dalam kaitan ini, tentunya menjadi sangat relevan untuk membahas pesantren sebagai basis generasi masa depan yang diharapkan muncul sebagai basis pendidikan yang mengutamakan akhlak (Imtak), sehingga dapat memberikan kontribusi moral dan kemanusiaan pada dunia Iptek. Olehnya itu, dalam hal ini masyarakat Poso berharap kepada pondok modern Ittihadul Ummah  sebagai sistem dan institusi pendidikan yang bersifat khas dapat dikembangkan  menjadi  basis aktualisasi generasi masa depan.
Dengan demikian dapat penulis katakan bahwa eksistensi Ittihadul Ummah sebagai pesantren dalam perubahan sosial benar-benar berfungsi sebagai penyebaran dan pengembangan Islam. Dan tentunya hal ini tidak lain karena pondok pesantren merupakan basis  penempaan dan tertanamnya tradisi proses belajar mengajar dengan konsep Kulliyatu al-Mu’allimi>n al-Isla>miyah  sebagai  salah  satu orientasi dan tujuan pendidikan pesantren Ittihadul  Ummah Gontor  Poso, yaitu  pribadi yang utuh, mandiri dan berakhlak tinggi, dan memiliki kecerdasan  dan  kepintaran jauh lebih diutamakan.
Di samping itu pula, di pesantren ini diterapkan tradisi pemondokan atau tinggal diasrama, dimana setiap santri terlatih untuk menolong yang lain, disiplin untuk meneguhkan kepribadian serta saling menghormati. pesantren dengan kelebihan pendidikan intens 24 jamnya, memiliki banyak waktu untuk menyisipkan aneka pendidikan. Salah satunya multikulturalisme. Pola umum yang nyaris diberlakukan di berbagai Pondok Modern adalah sistem pendidikan multikultur yang menyatu dalam aturan dan disiplin pondok. Salah satunya dalam urusan penempatan pemondokan (asrama) santri. Di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso, tidak diberlakukan penempatan permanen santri di sebuah asrama. Dalam arti, seluruh santri harus mengalami perpindahan sistematis,  setiap satu semester mereka  akan mengalami perpindahan antar kamar dalam asrama yang mereka huni. Hal ini ditujukan untuk memberi variasi kehidupan bagi para santri, juga menuntun mereka memperluas pergaulan dan membuka wawasan mereka terhadap aneka tradisi dan budaya santri-santri lainnya, serta menumbuhkan jiwa sosial mereka terhadap keragaman. Penempatan santri tidak didasarkan pada daerah asal atau suku. Bahkan, penempatan telah diatur sedemikian rupa oleh pengasuh pondok, dan secara maksimal diupayakan kecilnya kemungkinan santri-santri dari daerah tertentu menempati sebuah kamar yang sama.
Ketentuan yang diberlakukan, satu kamar maksimal tidak boleh dihuni oleh lebih dari tiga orang  santri asal satu daerah. Menurut  Abdullah Syukri Zarkasyi, upaya ini untuk melebur semangat kedaerahan mereka ke dalam semangat yang lebih universal. Di samping itu, agar santri juga dapat belajar kehidupan bermasyarakat yang lebih luas, berskala nasional, bahkan internasional bersama para santri lainnya. Namun, penerapan pola pendidikan ini, menurut Syukri Zarkasyi, tidak berarti menafikan unsur daerah. Karena unsur kedaerahan telah diakomodir dalam kegiatan daerah yang disebut “konsulat”, yang ketentuan organisasi dan kegiatannya telah diatur, khususnya untuk diarahkan menolaknya menjadi sumber fanatisme kedaerahan.
Di Pondok Ittihadul Ummah ini, kami upayakan agar para santri dapat berbaur tanpa ada perbedaan, mengingat masa lalu Poso yang pernah mengalami konflik, kami rasa sangat tepat untuk diajarkan bagaimana hidup bertoleransi dan saling menghargai, untuk itu kami berlakukan berbagai cara demi untuk menumbuhkan jiwa sosial dan saling menghargai terhadap keragaman yaitu diantaranya dengan  menempatkan santri secara membaur tanpa adanya pengelompokan, dan secara berkala mengatur penempatan santri dalam suasana yang berbeda-beda dengan pergantian penghuni antara satu kamar dengan kamar yang lain. Hal ini dilakukan agar santri dapat beradaptasi dan membaur dengan santri lainnya, dalam artian mereka tidak monoton berteman dan akrab dengan teman yang itu-itu saja, dan bisa saling mengenal budaya dan kebiasaan masing-masing.
Pendidikan multikulturalisme lainnya dalam intensitas pendidikan Pondok Modern adalah diberlakukannya aturan mengikat yang melarang santri berbicara menggunakan bahasa daerah. Selain bahasa utama Arab dan Inggris, ketika masuk lingkungan pondok santri hanya dibolehkan berbicara bahasa Indonesia dalam beberapa kesempatan dan kepentingan. Pendisiplinan santri dalam pendidikan multikulturalisme lewat bahasa ini sangat ketat. Bagi santri yang melanggarnya akan diberi hukuman bervariasi yang edukatif. Pendidikan toleransi atas perbedaan juga kental diajarkan dalam sistem pendidikan Pondok Modern ini. Keberagaman pemikiran dan ijtihad diajarkan kepada santri tanpa pemaksaan, atau mengajarkan mereka untuk memaksakan ide. Sikap toleransi terhadap perbedaan pendapat sangat diunggulkan sistem pendidikan Pondok Modern.
Keutamaan pendidikan multikulturalisme di pondok modern juga tercermin dari muatan/isi kurikulum yang  mengajarkan pewawasan santri akan keragaman keyakinan. Dalam kelompok bidang studi Dirasah Islamiyah, sebagai contoh, diajarkan materi khusus muqa>ranat al-adya>n (Perbandingan Agama) yang konten luasnya memaparkan sejarah, doktrin, isme, fenomena dan dinamika keagamaan di dunia. Materi ini sangat substansial dalam pendidikan multikulturalisme, karena santri diwawaskan berbagai perbedaan mendasar keyakinan agama mereka (Islam) dengan agama-agama lain di dunia. Materi ini sangat potensial membangun kesadaran toleransi keragaman keyakinan yang akan para santri temui saat hidup bermasyarakat kelak. Untuk pendidikan multikultural secara formal, sudah masuk dalam kurikulum muqa>ranat al-adya>n, disitu diajarkan tentang berbagai agama, bukan hanya agama-agama di Indonesia saja, tetapi semua agama-agama di dunia. Diantaranya agama Shinto, Konghucu, Yahudi, Nasrani dan sebagainya. Sedangkan untuk aplikasinya, kita sudah mengadakan interaksi dengan masyarakat yang non-muslim, meskipun baru sebatas partisipasi dalam pertandingan-pertandingan olahraga. Jadi tidak ada yang namanya sikap menutup diri dari komunitas diluar Islam. Bahkan beberapa waktu yang lalu kami juga mengikuti kegiatan DIAN (Dialog antar Agama), yang salah satunya dihadiri oleh Guru Besar ilmu Antropologi Prof. Tamrin Tamagola yang sempat juga datang berkunjung kesini.
Dalam pendidikan sikap multikulturalistik, Pondok Modern Ittihadul Ummah juga menerapkan pewawasan rutin melalui visualisasi aneka kultur dan budaya para santrinya. Setiap tahun ajaran baru digelar seremoni besar khutbatul arsy  (pekan perkenalan) dengan salah satu materi acara berupa pertunjukan aneka kreasi dan kreativitas pelangi budaya semua elemen santri, berdasarkan kategori “konsulat” (kedaerahan). Dalam acara ini dilombakan demontrasi keunikan khazanah dan budaya tempat domisili asal santri. Semua santri diwajibkan terlibat dalam kegiatan ini. Kegiatan pembuka tahun ajaran baru ini ditujukan untuk menjadi pencerah awal dan pewawasan kebhinekaan budaya dalam lingkungan yang akan mereka huni.
Kegiatan apel tahunan khutbatul arsy dilakukan dengan tujuan untuk mengenalkan kepada santri kehidupan di Pondok Modern Gontor secara menyeluruh. Terkait dengan cara pandang terhadap Gontor, para pendirinya sangat menekankan agar jangan memandang secara setengah-setengah, hal ini dikarenakan: pertama, kepercayaan orang tua yang sudah dititipkan kepada Gontor untuk mendidik anaknya, menuntut adanya keikhlasan dalam belajar, yang sepenuhnya diamanahkan kepada pengelola pesantren. Kedua, untuk mendukung penciptaan lingkungan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang kondusif, rasa kepercayaan tersebut harus dikelola dengan totalitas.
Dua hal diatas, memerlukan sistem yang menjadi objek vital dalam PBM peserta didik dalam sebuah pesantren. Sistem tersebut harus bersifat total, dan harus mengikuti setiap aturan disiplin yang sudah terbina sejak lama tersebut. Adapun jika tidak kuat, santri bebas untuk menentukan pilihan, antara keluar dari Gontor atau tidak. Karena memang dari awal sistem rekrutmen para santri untuk masuk Gontor sudah disetting, bahwa Gontor bukanlah tempat penampungan, apalagi penampungan anak-anak nakal.
Berdasarkan hal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan pesantren disamping mendidik santri menjadi  cerdas, berakhlak,  juga dilatih agar kelak dapat memiliki etos kerja atau cara berbuat/semangat kerja, dan etos kerja ini akan tampak dalam sikap dan tindakan yang dilandasi  suatu kenyakinan bahwa bekerja itu ibadah yang kelak akan memuliakan dirinya sebagaimana  manusia pilihan (khairu ummah). Dan bekerjapun merupakan aktivitas atau ikhtiar untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, seorang santri diharapkan bekerja sesuai dengan etika islami misalnya, mencintai pekerjaan yang dilandasi semata-mata berbuat amal shaleh  dan ikhlas  melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kesanggupan dan berkesinambungan, bekerja secara profesional dan diupayakan dalam cara yang halal.
Berkaitan dengan persoalan etos kerja dalam pengembangan Islam, setiap santri juga harus memiliki sikap disiplin seperti yang telah diupayakan di pondok  modern Ittihadul Ummah  Poso, jiwa kepemimpinan, sikap kerja keras dan kematangan emosi.
Kompetensi tersebut telah perlahan-lahan dilatih dan diterapkan di lingkungan pesantren  Gontor Poso. Begitu pula di pondok ini para santri  diterapkan  untuk  menganut  sikap keterbukaan baik antara santri dengan santri maupun  antara  guru  dan santri.  Artinya,  hal ini sebagai solusi dari setiap masalah yang dihadapi di pondok modern Ittihadul Ummah Gontor Poso seperti pada  penuturan  salah  seorang  santriwati  Vita Ramadhanti  yang membuat saya tertarik untuk terus belajar dipondok ini yaitu adanya sikap keterbukaan di antara kami para santri dan guru setiap ada masalah yang kami temukan misalnya dalam hal pelajaran ustadzah di pondok ini dengan ikhlas turut serta memecahkannya. Sehingga kami sebagai santri tidak merasa disepelekan. Melainkan kami selalu merasa disayangi, diperhatikan,  seperti kami berada pada keluarga sendiri.

Demikianlah gambaran keterbukaan atau persamaan yang ada di pondok modern Ittihadul Ummah  Gontor Poso. Dimana para santri dan guru tidak  saling  terasing dan menutup diri  dari lingkungannya. Para santri dan guru senantiasa membuka diri,  dalam hal ini menjalin hubungan yang baik kepada sesamanya. Dengan terciptanya hubungan yang baik, mereka akan sadar terhadap keberadaan dirinya. Yakni keberadaan sebagai manusia yang  tidak dapat  tumbuh dan berkembang tanpa adanya orang lain. Olehnya itu, manusia di dunia harus hidup bersama karena dengan kebersamaan itu akan tercipta kesadaran hakiki, yaitu kesadaran sebagai hamba yang memiliki keterbatasan.
Dengan terbinanya sikap dan perilaku di atas, maka dapatlah dipastikan bahwa fungsi dan peranan pesantren Ittihadul Ummah sebagai wadah penyiaran agama dan pengembangan Islam dapat terealisasi di Poso pada khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Dan tentunya sikap seperti demikian dekat dengan sikap dan perilaku  seorang ulama sebagai pewaris  nabi, yang kehadirannya dirasakan sangat penting dalam struktur dan dinamika masyarakat terutama masyarakat Islam Poso. Untuk menjadi seorang ulama atau kyai, maka santri dituntut untuk menguasai berbagai disiplin, baik itu ilmu umum maupun ilmu agama.  Walaupun sekarang masih belum ada kader ulama di pondok ini, alasannya karena pondok ini baru berusia sekitar tiga tahun. Namun upaya kearah itu sejak dari awal dibukanya pesantren ini  sudah mulai dibina. Pembinaan tersebut misalnya dengan melalui peningkatan kualitas siswa.
Dan tentunya semua itu dimaksudkan, agar tercipta kader-kader yang berkualitas yang dapat diharapkan dalam pengembangan Islam kedepan pada masyarakat muslim dan muslimat khususnya dan masyarakat luas pada umumnya.
3.      Peran dalam Pembinaan Masyarakat
Agar pesantren mampu menegaskan dirinya sebagai lembaga pendidikan yang berbasis masyarakat, maka pesantren dituntut untuk mendesain lembaga pendidikannya sebagai lembaga yang mampu menyiapkan santrinya sebagai komponen penting dalam pengembangan masyarakat.
Pengembangan peran pesantren dalam konteks pemberdayaan masyarakat dapat dibagi dalam beberapa :
a.      Peran dalam pengembangan keagamaan masyarakat
Pondok pesantren dalam posisi dianggap mampu menjadi transformatif, motivator dan innovator dalam mengembangkan nilai-nilai Islam di tengah-tengah masyarakat, mengarahkan ummat menuju pembangunan masyarakat berkembang membangkitkan kemajuan ummat Islam memenuhi kualitas hidup beragama dan berbangsa. Para ulama, juru dakwah ataupun muballigh yang bersumber dari pondok pesantren sangatlah besar andilnya dalam pengembangan keagamaan masyarakat yang dimanifestasikan dalam amar ma’ru>f nahyi> munka>r, sehingga masyarakat mempunyai kesadaran tinggi menjalankan agamanya. Hal ini dapat dilihat dari peran para pengajar yang sekaligus  muballigh di Pondok Modern Ittihadul Ummah yang turut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan keagamaan di masyarakat Poso pada umumnya dan khususnya masyarakat disekitar lingkungan Pondok.
Sejak dibukanya pesantren Gontor ini, kami merasakan manfaat yang cukup besar, karena selain sebagai tempat menuntut ilmu agama bagi santri di dalam Pondok,  kami masyarakat juga mendapat pengetahuan agama. Para ustadz di pesantren sering memberikan ceramah di pengajian-pengajian, mengisi khotbah jum’at di masjid-masjid, menghadiri dan mengisi acara-acara seperti tasyakuran, walimah, setiap bulan Ramadhan Pondok pesantren rutin mengajak serta masyarakat sekitar sini untuk berbuka puasa bersama, serta pada saat idul adha pihak pesantren memberikan bagian daging qurban kepada masyarakat yang kurang mampu.
Dari pemaparan tersebut diatas, dapat dijelaskan bahwa potensi pesantren sebagai agen perubahan sosial di pedesaan memang sangat strategis. Di samping secara umum pesantren berada di tengah-tengah masyarakat, bahkan bisa dikatakan kebanyakan Pondok Pesantren memang berada di desa, sehingga hubungan dengan masyarakat juga sangat dekat. Sehingga dapat dikatakan bahwa Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso telah berperan serta dalam pengembangan keagamaan masyarakat. Pembinaan yang dilakukan di masyarakat tidak lain merupakan upaya mengembangkan nilai keagamaan yang diharapkan dapat tertanam ke dalam jiwa masyarakat khususnya di wilayah kabupaten Poso.      
b.      Peran dalam pemberdayaan ekonomi.
Pesantren selain berperan sebagai lembaga pendidikan Islam, juga mempunyai peran strategis dalam pemberdayaan ekonomi. Hal ini mencakup  sektor internal dan sektor eksternal. Sektor internal merupakan pengembangan pemberdayaan ekonomi internal dalam pesantren yang manfaatnya dirasakan oleh santri dan guru dalam pesantren tersebut. Karena didalam pesantren dapat diintegrasikan praktek-praktek ekonomi yang bisa menjadi pengalaman berharga bagi para santri/siswa selepas dari pendidikan di pesantren. Misalnya di Pondok Modern Ittihadul Ummah yang mengembangkan usaha peternakan, perkebunan dan pengembangan manajemen koperasi (kapontren) . Selain sebagai pemberdayaan ekonomi pesantren, kegiatan tersebut merupakan pengalaman dan pelatihan bagi para santri yang berguna ketika terjun secara langsung di masyarakat nantinya. Kedua, sektor eksternal, dalam hal ini pesantren memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar pesantren. Jumlah kebutuhan santri dan siswa tidak mungkin dapat dipenuhi oleh koperasi pesantren secara keseluruhan.
Di Pondok Ittihadul Ummah ini kami juga mengembangkan usaha-usaha dibidang pertanian dan peternakan. Saat ini kami mengembangkan perkebunan coklat seluas satu setengah hektar, usaha peternakan dengan empat ekor sapi yang sudah kami punyai, dua bidang kolam ikan lele, dan yang sementara dicoba adalah pembudidayaan sarang burung walet. Dalam hal ini, selain memberdayakan santri, juga turut  memberdayakan masyarakat, diantaranya memperkerjakan masyarakat setempat dilingkungan Pondok  sebagai pekerja taman dan kebun, serta juru masak putra-putri, dan masyarakat sekitar yang memang kebanyakan bekerja di bidang perkebunan kami jadikan sebagai pemasok kebutuhan santri sehari-hari.
Dari pemaparan diatas, dapat dikatakan bahwa Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso telah mengembangkan ekonomi berbasis pesantren, sekalipun masih dalam skala kecil. Dengan demikian, keberadaan Pondok Modern Ittihadul Ummah telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar, dan dari praktek ekonomi inilah warga masyarakat sekitar Pondok mempunyai tambahan penghasilan yang  bermanfaat bagi kehidupan ekonominya.
c.      Peran dalam pengembangan sosial budaya.
Masalah sosiokultural erat sekali hubungannya dengan masalah kemasyarakatan. Dinamika masyarakat yang terus melaju seiring perkembangan informasi telah mengakibatkan bergesernya tata nilai masyarakat pedesaan yang merupakan penduduk mayoritas di Indonesia. Dapat dikatakan  bahwa proses pembaharuan dan perubahan sosial seyogyanya ditumbuhkan melalui pendayagunaan modal kebudayaan yang telah dikenal masyarakat kita seperti lembaga pesantren.
Dengan fungsi sosialnya, Pondok Pesantren diharapkan peka dan menanggapi persoalan-persoalan kemasyarakatan seperti mengatasi kemiskinan, memelihara tali persaudaraan, memberantas pengangguran, memberantas kebodohan dan menciptakan kehidupan yang sehat. Usaha-usaha yang memiliki watak sosial ini bukan saja kegiatan-kegiatan yang langsung ditujukan kepada masyarakat, melainkan juga melalui program internal (kurikuler) pesantren.
Jika  kita mengamati perkembangan dunia yang semakin pesat serta pengaruh globalisasi yang semakin trasnparan di semua aspek kehidupan manusia, maka Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso diharapkan mempunyai peranan dalam mengantisipasi perkembangan tersebut khususnya dalam agama, budaya serta ilmu pengetahuan.
Berbicara tentang persiapan para santri untuk bekal nantinya terjun kemasyarakat, maka sudah pasti persoalan  pembinaan yang harus diupayakan adalah meliputi:
1. Pembinaan Aqidah
            Aqidah selalu berhubungan dengan soal Islam, maka pada hakikatnya keduanya adalah satu kesatuan yang utuh yang saling  terlibat antara satu dengan yang lainnya. Dengan kata lain bahwa iman itu adalah kepercayaan kepada Allah swt. Sebab dengan menyakini akan Allah swt dengan sendirinya manusia juga percaya pada malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, kepada Rasul-rasul-Nya, kepada hari akhirat dan percaya pula pada qadha dan qadhar-Nya.
            Dengan menyakini akan Allah swt, pada diri santri dapat merubah perilaku masyarakat dari yang tidak beriman kepada perilaku yang taat. Sehingga dari perasaan iman itu terciptalah perasaan ingin berkorban untuk mempertahankan kebenaran terhadap yang diimani itu.
2. Pembinaan ibadah
            Pembinaan ibadah bagi santri pondok Pesantren Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso merupakan suatu hal yang mendapat perhatian serius dan dijadikan barometer untuk menilai tingkat kesadaran dan perubahan sikap dan tingkah laku para santri.
3. Pembinaan Akhlak
            Kegiatan ini dipadukan dengan bimbingan budi pekerti, lewat berbagai pendekatan, ditanamkan kepada santri, kesadaran untuk saling menghargai dan hormat menghormati serta memelihara kebersamaan di atas derita bersama. Tujuan pendidikan akhla>k al-kari>mah kepada para santri adalah pembinaan dan pendidikan mental untuk hari depan para santri setelah mereka kembali ketengah-tengah masyarakat untuk menjalankan tugas sosialnya.
Dengan demikian tergantung kepercayaan para orang tualah, mempercayakan anak-anak mereka untuk dibimbing di Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso. Pada saat observasi penulis sempat bertemu dengan salah seorang wali/orang tua santri yang datang mengunjungi anaknya di pondok,  ketika penulis menanyakan tentang bagaimana perubahan sikap dan tingkah laku putranya setelah menimba ilmu di Pondok Pesantren Ittihadul Ummah, kami merasakan perubahan yang sangat besar terhadap anak kami setelah tinggal disini. Sekarang anak kami sangat taat dalam ibadahnya, mengajinya juga sudah sangat lancar, padahal waktu masuk disini dia belum tau baca al-Qur’an. Dia juga sangat santun sekarang, padahal sebelumnya dia kalau berbicara sedikit kasar. Bahkan dia sekarang yang banyak menegur saudaranya kalau tidak mengerjakan shalat.

Berbicara mengenai peran sosial pesantren di masyarakat, Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso juga turut berperan dalam upaya mengentaskan kebodohan, hal ini dapat dilihat pada beberapa kegiatan yang dilakukan para guru Ittihadul Ummah, diantaranya membantu pengajaran muatan lokal, pendidikan Agama Islam, bahasa Arab dan bahasa Inggris di SDN Tokorondo. Mengadakan Taman Pengajian al-Qur’an (TPA) di Pondok, yang diikuti oleh anak-anak dari sekitar pondok. Mengadakan tranning (penataran) bagi guru-guru TPA se-kabupaten Poso. Mengadakan sarasehan pondok pesantren se-kabupaten Poso. Pondok Modern Ittihadul Ummah juga turut berpartisipasi dalam kegiatan acara 17 Agustus di desa Tokorondo, pengadaan lomba olahraga antar pemuda di desa Tokorondo dan sekitarnya. Serta beberapa kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pondok Modern Ittihadul Ummah sebagai lembaga pendidikan telah menyediakan ruang bagi berbagai kegiatan-kegiatan sosial seperti yang telah disebutkan di atas.
Demikianlah upaya pondok dalam melakukan upaya pembinaan masyarakat, dimana sebelumnya mereka upayakan pada diri para santri Ittihadul Ummah Gontor Poso itu sendiri.

WAALAHU ALAM.



[1]Kabupaten Poso Dalam Angka 2009, h. 41
[2]Kantor Pondok Modern Ittihadul Ummah Gontor Poso, Program Rutinitas KMI tahun 2010-2011 

1 komentar:

  1. terima kasih info tentang ponpes modern cabang gontor ITTIHADUL UMMAH di tokorondo, Poso. Semoga ponpes ini mampu mencetak generasi idaman umat (generasi yang shalih dan shaliha, alim, tawadlu', mukminin, muttaqin, muchlisin, terampil, terampil, sehat jasmani rohani, tangguh, tegar, ulet, sabar, dst.

    BalasHapus